Perahu Tabangan
Perahu Tambangan di Samarinda, Tetap Bertahan di Tengah Kemajuan Zaman
Di era transportasi online, perahu tambangan merupakan transportasi yang sudah bertahan puluhan tahun.
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA- Matahari sudah berada di sebelah barat, saat itu menunjukkan pukul 17.00 Wita. Suara mesin perahu ini sangat nyaring.
Siap berjalan dari Dermaga Pasar Pagi Samarinda menuju Samarinda Seberang. Perahu Tambangan namanya.
Perahu Tambangan merupakan transportasi yang sudah bertahan puluhan tahun. Menurut pengakuan motoris, perahu ini sudah ada di tahun 1970an.
Meski sekarang banyak transportasi modern hingga berbasis online, perahu yang menjadi ciri khas Kota Samarinda ini masih bertahan hingga sekarang.

Warga Samarinda menyebutnya Perahu Tambangan. Perahu ini serupa dengan kapal klotok.
Hanya saja ukurannya lebih kecil dibanding klotok. Ukuran Perahu Tambangan yakni memiliki panjang 18 meter dengan lebar 2,5 meter.
Terbuat dari kayu ulin, yang merupakan jenis kayu yang kuat terlebih terkena air.
Bangku penumpang memanjang mengikuti panjangnya perahu ini. Penumpang biasa saling berhadapan ketika perahu ini jalan.
Daya tampung penumpang bisa mencapai 20 hingga 30 penumpang.
Perahu Tambangan dibantu dengan mesin diesel yang berbahan bakar solar.
Berdasarkan pengakuan motorik perahu tambangan, dalam sehari bisa menghabiskan 5 liter solar.
Perahu Tambangan di Sungai Mahakam menjadi transportasi yang menghubungkan antara Samarinda Seberang dengan Samarinda Kota.
Sebelum dibangunnya jembatan Mahakam, warga Samarinda Seberang menggunakan perahu tersebut.
Begitu juga sebaliknya ketika warga Samarinda Kota ingin pergi ke Samarinda Seberang, Kota Balikpapan dan sekitarnya maka perahu ini lah sebagai satu-satunya alat transportasi.