Berorientasi Islam Moderat, Najwa Shihab Ajak Buka Aplikasi CariUstadz, Adakah Ustadz Abdul Somad?
Pesan itu dilontarkan oleh presenter kondang Najwa Shihab saat memperkenalkan aplikasi baru yang diluncurkan ayahnya, Quraish Shihab.
Berorientasi Islam Moderat, Najwa Shihab Ajak Buka Aplikasi CariUstadz, Adakah Ustadz Abdul Somad?
TRIBUNKALTIM.CO - Masih bingung mencari ustadz-ustadzah?
Atau kamu ingin mencari ustadz dan ustadzah yang wasatiyah, ramah, dan rahmah yang siap menemani kamu dalam mendapatkan bimbingan agama?
Pesan itu dilontarkan oleh presenter kondang Najwa Shihab saat memperkenalkan aplikasi baru yang diluncurkan ayahnya, Quraish Shihab.
Aplkasi tersebut adalah www.cariustadz.id.
Ia bahkan menunggah tutorial penggunaan platform tersebut.
Menurut pemandu Mata Najwa ini, platform tersebut akan membantu masyarakat sejumlah ustadz dan ustadzah ke masyarakat umum. Ada lebih dari 100 ustadz dan ustadzah yang terdaftar.
Secara teknis, layanan ini menyediakan pilihan jenis kegiatan lalu kolom ustadz dan ustadzah yang diinginkan berdasarkan wilayah.
Masyarakat bisa memilih cara komunikasi dengan sang ustadz: menggunakan melalui email, pesan singkat, dan telefon.
Termasuk memungkinkan untuk bertanya melalui media sosial ustadz yang dituju.
"@cariustadz.id - Masih bingung mencari ustadz-ustadzah untuk kajian keagamaan sahabat? Tenang, ada cariustadz.id yang membantu memudahkan sahabat untuk menemukan ustadz-ustadzah yang wasatiyah, ramah, dan rahmah, yang siap menemani sahabat semua mendapatkan bimbingan agama. Bagaimana caranya? Simak video di atas ya," tulis Najwa Shihab, Jumat (11/5/2019).
Quraish Shihab mengatakan, sering dimintai untuk mengisi suatu acara. Namun karena faktor usia, tidak semua bisa ia layani segera. Sehingga muncullah ide membuat website ini untuk menyebarkan Islam rahmatal lil alamin.
"Saya sudah tua, sehingga kemampuan berpikir sudah tidak seperti pada ketika masih muda. Jadi perlu ada ide-ide penerus,” ujar Quraish Shihab saat meresmikan “Cari Ustadz” Jumat lalu dikutip dari Syaroni As-Samfuriy di Facebooknya.
Melansir dari laman NU Online, penceramah agama menjadi kebutuhan mendesak karena selain mumpuni dalam ilmu-ilmu agama, ia juga harus mampu membawakan ajaran-ajaran Islam rahmatan lil ‘alamin, Islam moderat, serta memiliki wawasan kebangsaan yang luas.
Hal ini penting menjadi perhatian masyarakat agar terbangun kehidupan yang harmonis lewat edukasi keagamaan dari orang-orang yang ahli di bidangnya.
Persoalan tersebut menjadi menjadi salah satu keprihatinan tersendiri bagi Ulama Tafsir, Muhammad Quraish Shihab. Sebab itu, ia menyediakan layanan website bernama “Cari Ustadz”.
Layanan yang beralamat www.cariustadz.id ini disediakan untuk masyarakat yang ingin mencari ustadz atau penceramah.
Website ini merupakan portal data para Ustadz dan Ustadzah yang telah dilegitimasi berorientasi pada manhaj Islam Moderat, selain berkemampuan yang mumpuni dalam bidang agama.
“Bisa jadi apa yang kita sebut dakwah sebenarnya tidak. Tidak bisa ditandai dengan ramainya tepuk tangan atau menimbulkan isak tangis,” ungkap penulis Kitab Tafsir Al-Misbah ini.
Tapi, lanjutnya, tolok ukur suksesnya dakwah harus bertambahnya pengetahuan dan menumbuhkan kesadaran karena barangkali yang kita dakwahi sudah tahu.
“Maka dengan adanya wadah ini bisa kita gunakan untuk berjalan bersama. Duduk bersama dan berdiskusi bersama,” jelasnya.
Direktur Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) KH Muchlis M. Hanafi juga ikut menyambut dan mengapresiasi atas peluncuran program ini.
"Beliau (Prof Quraish) sudah menyampaikan kalau beliau sudah tua. Ini artinya, walaupun sudah sejak lama berjalan, namun tetap harus lebih digerakkan. Karena pemikiran itu butuh rijal. Butuh penggerak, dan yang menyebarkan untuk dakwah yang wasathiyah," ungkapnya.
Ia juga menambahkan dengan adanya wadah ini, pihaknya ingin ketika ada masyarakat yang mencari ustadz jadi lebih mudah seperti mudahnya cari ojek online. Di antara inisiator program ini sekaligus sebagai Ketua ialah KH Ali Nurdin NQ.
Profil Quraish Shihab

Pendidikan formal Quraish Shihab dimulai di Makassar dimulai dari sekolah dasar sampai kelas 2 SMP.
Pada tahun 1956, ia di kirim ke kota Malang untuk “nyantri” di Pondok Pesantren Darul Hadis al-Faqihiyah. Karena ketekunannya belajar di pesantren, 2 tahun berikutnya ia sudah mahir berbahasa arab.
Melihat bakat bahasa arab yg dimilikinya, dan ketekunannya untuk mendalami studi keislamannya, Quraish beserta adiknya Alwi Shihab dikirim ayahnya ke al-Azhar Cairo melalui beasiswa dari Provinsi Sulawesi, pada tahun 1958.
Ia diterima di kelas dua I'dadiyah Al Azhar (setingkat SMP/Tsanawiyah di Indonesia) sampai menyelasaikan tsanawiyah Al Azhar.
Setelah itu, ia melanjutkan studinya ke Universitas al-Azhar pada Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadits. Pada tahun 1967 ia meraih gelar LC.
Dua tahun kemudian (1969), Quraish Shihab berhasil meraih gelar M.A. pada jurusan yang sama dengan tesis berjudul “al-I’jaz at-Tasryri’i al-Qur'an al-Karim (kemukjizatan al-Qur'an al-Karim dari Segi Hukum)”.
Pada tahun 1973 ia dipanggil pulang ke Makassar oleh ayahnya yang ketika itu menjabat rektor, untuk membantu mengelola pendidikan di IAIN Alauddin. Ia menjadi wakil rektor bidang akademis dan kemahasiswaan sampai tahun 1980.
Di samping mendududki jabatan resmi itu, ia juga sering mewakili ayahnya yang uzur karena usia dalam menjalankan tugas-tugas pokok tertentu.
Berturut-turut setelah itu, Quraish Shihab diserahi berbagai jabatan, seperti koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia bagian timur, pembantu pimpinan kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental, dan sederetan jabatan lainnya di luar kampus.
Di celah-celah kesibukannya ia masih sempat merampungkan beberapa tugas penelitian, antara lain Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia (1975) dan Masalah Wakaf Sulawesi Selatan (1978).
Untuk mewujudkan cita-citanya, ia mendalami studi tafsir, pada 1980 Quraish Shihab kembali menuntut ilmu ke almamaternya, al-Azhar Cairo, mengambil spesialisasi dalam studi tafsir al-Qur'an. Ia hanya memerlukan waktu dua tahun untuk meraih gelar doktor dalam bidang ini. Disertasinya yang berjudul “Nazm ad-Durar li al-Biqa’i Tahqiq wa Dirasah (Suatu Kajian dan analisis terhadap keotentikan Kitab Nazm ad-Durar karya al-Biqa’i)” berhasil dipertahankannya dengan predikat dengan predikat penghargaan Mumtaz Ma’a Martabah asy-Syaraf al-Ula (summa cum laude).
Pendidikan Tingginya yang kebanyakan ditempuh di Timur Tengah, Al-Azhar, Cairo ini, oleh Howard M. Federspiel dianggap sebagai seorang yang unik bagi Indonesia pada saat di mana sebagian pendidikan pada tingkat itu diselesaikan di Barat.
Mengenai hal ini ia mengatakan sebagai berikut: "Ketika meneliti bio¬grafinya, saya menemukan bahwa ia berasal dari Sulawesi Selatan, terdidik di pesantren, dan menerima pendidikan ting¬ginya di Mesir pada Universitas Al-Azhar, di mana ia mene¬rima gelar M.A dan Ph.D-nya.
Ini menjadikan ia terdidik lebih baik dibandingkan dengan hampir semua pengarang lainnya yang terdapat dalam Popular Indonesian Literature of the Quran, dan lebih dari itu, tingkat pendidikan tingginya di Timur Tengah seperti itu menjadikan ia unik bagi Indonesia pada saat di mana sebagian pendidikan pada tingkat itu diselesaikan di Barat.
Dia juga mempunyai karier mengajar yang penting di IAIN Makassar dan Jakarta dan kini, bahkan, ia menjabat sebagai rektor di IAIN Jakarta. Ini merupakan karier yang sangat menonjol"
Karir/Organisasi
Kementerian Agama ( Menteri Agama )
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ( Rektor )
Riwayat Pendidikan
Darul Hadis al-Faqihiyah ( Pondok Pesantren ) - Tafsir dan Hadist
Universitas al-Azhar ( S1 ) - Tafsir dan Hadits
Universitas al-Azhar ( S2 ) - Tafsir dan Hadits
Universitas al-Azhar ( S2 ) - Tafsir Al-Qur'an
Adakah Ustadz Abdul Somad
Sejumlah ustadz hadir sebagai narasumber di platform ini.
Beberapa diantaranya adalah ustadz tamatan Kairo Mesir, tamatan pesantren kenamaan dalam negeri, dai sekaligus pengurus organisasi islam, dan lainnya.
Beberapa diantaranya H Muhamad Zainul Abidin, Lc, MA, Hanan Jauhari, SQ, Saepuloh, M.A, Prof. Dr. Hamdani Anwar, dan lain sebagainya.

TribunKaltim.co lalu mencoba menelusri nama Ustadz Abdul Somad ( UAS). Ternyata tidak ada nama ustaz kondang tersebut.
UAS merupakan dai dengan segudang kegiatan tur di seluruh wilayah Indonesia.
Dosen itu juga sudah bekerjasama dengan stasiun televisi TVOne menjadi pembawa hikmah Ramadan sebelum buka dan saat sahur.
Najwa Shihab Heran, Ijtima Ulama III Ada Yel-yel Dukung Prabowo-Sandi & Minta Diskualifkasi Jokowi
Talkshow Mata Najwa yang dipandu Najwa Shihab Rabu (1/5/2019) tadi malam berlangsung seru.
Topiknya Laga Usai Pilpres.
Debat seru tim sukses 01 dan 02 tersaji.
Guntur Romli dan Adian Napitupulu vs Eggy Sudjana dan Arief Poyuono.
Salah satu segmen diawali video Jumpa Pers Ijtima Ulama III di Sentul.
Yang hadir di antaranya KH Bachtiar Nasir, KH Yusuf Martak, serta KH Slamet Maarif.
Di slide video dari Front TV juga tampak peserta berdiri menyanyikan yel-yel lagu ada kata Prabowo dan Sandi.
"Ijtima Ulama atau Badan Pemenangan kok ada lagu-lagu menangkan 02," tanya Najwa Shihab ke Eggi Sudjana.
Eggy Sudjana kemudian menjelaskan tentang Ijtima Ulama III.
Sebelum ke Mata Najwa, Eggy Sudjana juga hadir di Ijtima Ulama III.
Ijtima ulama diawali pembicaraan dua orang yang dianggap pakar
"Satu Ibu Chusnul mariyah bekas KPU menjelaskan hal ikhwal di KPU kemudian yang kedua Agus Maksum yang ahli IT dari BPN yang sudah diancam mau dibunuh segala macam karena dia mengungkap dengan sistematis dan jelas adanya kecurangan diawali denganDPT.
DPT ini lah cikal bakalnya. Sampai misalnya satu kelaurga satu KK ada 200 orang, itu istrinya berapa orang. ada juga lahir pada jamannya Nabi Isa itu kan ngaco benar," kata Eggy Sudjana.
Namun penjelasan Eggy Sudjana tim sukses Prabowo - Sandiaga Uno dipotong Najwa Shihab.
"ijtima ulama atau Badan Pemenangan?" tanya Najwa Shihab lagi
"Ini ijtima ulama yang kemudian aspirasi ulama yang disampaikan kepada BPN. Poin apa? tadi diskualifikasi kepada Jokowi Maruf" kata Eggy Sudjana.
"Jadi ini suara BPN?" tanya Najwa Shihab
"Bukan ini suara ijtima ulama" balas Eggy Sudjana.
"Yang didalamnya ada BPN dan sebelumnya ada yel-yel" tanya Najwa Shihab lagi.
"loh kan Ijtima ulama mendukung Parbowo -Sandi" kata Eggy Sudjana.
"Jadi ini badan pemenangan bukan ijtima ulama," tanya Najwa Shihab lagi.
"Ijtima ulama, BPN itu yang diundang," balas Eggy Sudjana.
Eggy Sudjana kemudian menjelaskan alasan Ijtima Ulama III merekomendasikan Pasangan Jokowi - Maruf Amin didiskualifikasi.
""Poin pentingnya tentang diskualifikasi tadi itu yang mau saya jelaskan. Pasal 463 ayat 4 kenapa? Karena ada disebutkan di situ paslon saya langsung paslon jika terbukti TSM terstruktur, sistematis dan massif maka dapat dibatalkan pencalonannya. Itu yang didorong tadi. Kita sudah ke DKPP. DKPP harus periksa bawaslu dan KPU," kata Eggy Sudjana.
Lalu apa tanggapan TKN?
"Ya kalau menurut saya seperti Mbak Nana tadi itu memang BPN, bukan ulama. Yang Kebetulan waktu itu seragamnya yang beda. Karena apa yang disuarakan suara BPN. Suara BPN ingin menang dengan cara yang tidak terhormat menurut saya," kata Guntur Romli.
Guntur Romli dan Eggy Sudjana kemudian terlibat perdebatan seru.[]