Harga Tiket Pesawat
Harga Tiket Pesawat Mahal, Penumpang Seluruh Bandara Utama di Januari-April 2019 Turun 20 Persen!
Harga tiket pesawat di Indonesia masih mahal, terjadi penurunan okupansi hotel dan juga jumlah penumpang pesawat terbang pun ikut mengalami penurunan.
"Karena kita tahu saat Lebaran itu rate-nya akan tinggi sekali. Jadi akan kita kaji usai lebaran ini saat semua kembali normal," ungkap dia.
Selain membahas masalah efektivitas penurunan TBA, pihaknya juga akan mempertimbangkan masuknya maskapai asing guna mencapai persaingan sempurna di dunia penerbangan.
"Kita juga merencanakan pemikiran masuknya maskapai asing dalam evaluasi minggu depan supaya kompetisi pasar berjalan bagus. Tapi kebijakan untuk menarik maskapai asing juga harus berhati-hati kita rencanakan," terang Susi.
Kehati-hatian tersebut terkait asas cabotage (rute domestik harus dilayani maskapai nasional) yang berlaku untuk layanan transportasi udara. Selain itu, maskapai asing harus memiliki kantor di Indonesia dengan 51 persen saham nasional.
Berdampak okupansi hotel menurun !
Sampai sejauh ini harga tiket pesawat di Indonesia masih dianggap mahal. Tingginya harga tiket pesawat memberi efek bagi berbagai pihak satu di antaranya kalangan perhotelan.
Efek kenaikan harga tiket pesawat rupanya memberikan dampak cukup signifikan bagi penurunan permintaan hotel.
Bahkan di musim libur Lebaran 2019 terjadi penurunan permintaan sekitar 20 persen sampai 40 persen, yang dianggap harga tiket pesawat mahal.
Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI, Maulana Yusran, mengatakan penurunan permintaan hotel paling berdampak di daerah-daerah yang jauh dari Jakarta.
“Paling tajam penurunannya Kalimantan, Sulawesi, termasuk Labuan Bajo,” katanya saat dihubungi Kontan.co.id pada Minggu (9/6/2019).
Seperti pada bulan-bulan sebelumnya, harga tiket pesawat diyakini sebagai penyebab penurunan okupansi hotel.
Tahun-tahun sebelumnya, okupansi di musim libur lebaran bisa mencapai 80 persen sampai 90 persen.
“Sekarang sekitar 60 persen sampai 70 persen,” tambah Maulana.
Kemudian, jika pada tahun sebelumnya tingkat okupansi tinggi itu bisa mencapai tujuh hari sepanjang musim liburan, di tahun ini rata-rata okupansi tinggi hanya di tiga hari saja.
Maulana menilai, jika tarif tiket terus-terusan tidak dapat turun maka industri hotel di Indonesia lama-lama malah bersaing dengan hotel di luar negeri.