Status Gunung Tangkuban Perahu Kembali Naik ke Level Waspada, Ini Pesan Ridwan Kamil
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil merespon kenaikan status Gunung Tangkuban Perahu dari normal ke Level Waspada.
TRIBUNKALTIM.CO - Status Gunung Tangkuban Perahu Kembali Naik ke Level Waspada, Ini Pesan Ridwan Kamil.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil merespon kenaikan status Gunung Tangkuban Perahu dari normal ke Level Waspada.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta PT Graha Rani Putra Persada (GRPP) selaku pengelola Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu untuk menaati prosedur dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Hal ini menyusul peningkatan status Gunung Tangkuban Parahu dari normal menjadi Level Waspada.
"Saya kira hal ini sudah diantisipasi, pokoknya semua prosedur harus ditaati, sumber informasi datangnya dari lembaga vulkanologi.
Jika statusnya clear dari mereka, maka prosedur yang kemarin dirapatkan silakan dipergunakan, tapi kalau statusnya siaga juga harus menyesuaikan," ujar Emil, sapaan akrabnya, di Gedung Sate, Jumat (2/8/2019).
Menurut Emil, wisata gunung api harus menyesuaikan dengan arahan PVMBG lantaran menyangkut keselamatan masyarakat.
"Karena fenomena alamnya kalau berbahaya bisa mengancam keselamatan.
Jadi saya mengimbau pengelola untuk mengikuti arahan ilmiah mengenai status waspada.
Ya kalau rekomendasinya itu (ditutup sementara) segera menyesuaikan, kalau sudah aman bisa dibuka," ungkapnya.
Dalam rapat pada Selasa (30/7/2019), Emil sempat menggelar rapat bersama pihak pengelola, PVMBG dan pemerintah daerah menyikapi kondisi Gunung Tangkuban Parahu.
Dalam pertemuan itu sepakat jika Gunung Tangkuban Parahu bisa dibuka mulai 1 Agustus 2019 dengan syarat tertentu.
Emil beralasan, saat rapat kondisi Gunung Tangkuban Parahu relatif aman.
"Berdasarkan data pada saat di hari rapat mengindikasikan semua sudah aman dan clear.
Kalau sekarang ada dinamika fluktiatif lagi ya menyesuaikan, kan ga bisa juga ditutup selamanya atau dibuka terus-terusan, semua menyesuaikan dengan situasi," jelasnya.

Bisa Meledak Tiba-tiba
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status atau tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu.
Status ini ditetapkan mulai Jumat (2/8/2019) pagi pukul 08.00.
Status Gunung Tangkuban Parahu naik dari level I (normal) ke level II (Waspada).
Hal tersebut diumumkan PVMBG melalui akun Twitter resmi mereka.
"Tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu dinaikkan dari Level 1 (Normal) menjadi Level II (Waspada) terhitung sejak 2 Agustus 2019 pkl. 08.00 WIB," tulis mereka.
Gunung Tangkuban Parahu Waspada. (Twitter PVMBG)
Erupsi kembali terjadi di Gunung Tangkuban Parahu, Kamis (1/8/2019) malam.
Tadi Malam Erupsi
Erupsi di gunung yang masuk wilayah Kabupaten Bandung Barat dan Subang ini tercatat pukul 20.46.
Hasil pengamatan visual Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) kolom abu tingginya kurang lebih 180 meter.
Abu berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah utara dan timur.
Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 50 milimeter dan durasinya kurang lebih 11 menit 23 detik.
"Betul, (erupsi) tapi erupsi kecil di dalam kawah saja," Kepala Bidang Mitigasi Gunungapi pada PVMBG Hendra Gunawan saat dikonfirmasi Tribun Jabar melalui pesan singkat, Kamis (1/8/2019) malam.
Sebelumya, PVMBG menyebutkan, tadi siang gempa tremor Gunung Tangkuban Parahu pada hari pertama dibuka ini sudah mengalami penurunan.
Berdasarkan data yang diterima Tribun Jabar dari PVMBG, saat ini kondisi Kawah Ratu gempa tremornya sudah mulai mengalami penurunan dengan amplitudo 0.5 datar 1,5 milimeter dominan 0.5.
Beberapa hari sebelumnya, terjadi tremor menerus dengan amplitudo 0.5 hingga 4 milimeter dominan 1.5 milimeter dan rekomendasi jarak amannya tetap 500 meter.
"Betul (mengalami penurunan) tapi masalahnya potensi erupsi freatik suka tiba tiba, oleh karenanya kesiapsiagaan (pengelola) harus baik," ujar Hendra Gunawan.
Menurutnya, tipe erupsi freatik di Gunung Tangkuban Parahu bisa tiba-tiba, sehingga pihak pengelola harus meningkatkan kesiapsiagaannya agar wisatawan yang berkunjung bisa aman.
"Tapi itu (kesiapsigaan) bukan kewenangan PVMBG, apalagi sampai menutup," katanya.
Sebelumnya, Jumat pekan lalu Gunung Tangkuban Parahu juga mengalami erupsi. (*)
Baca juga :
Deretan Foto Terkini Sisa Erupsi Gunung Tangkuban Perahu, Warga Sibuk Bersihkan Debu Tebal
Erupsi Gunung Tangkuban Perahu, Begini Dampaknya Pada Aktivitas Sesar Lembang Menurut BMKG
Legenda dan Mitos Seputar Gunung Perahu
Sebagaimana diketahui, Gunung Tangkuban Parahu merupakan salah satu obyek wisata yang ada di Jawa Barat yang terletak di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Gunung tersebut terlihat seperti perahu raksasa yang tertelungkup jika dilihat dari tempat wisata itu.
Kawah Ratu Gunung Tangkubanparahu, Bandung, Jawa Barat. ((KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO))
Kenapa disebut Gunung Tangkuban Parahu?
Dikutip dari laman Kompas.com berjudul Mengapa Dinamakan Tangkuban Parahu? pada 12 Desember 2013, Geografiwan sekaligus Pengamat dan Pecinta Lingkungan, T. Bachtiar menjelaskan soal gunung yang dikenal dengan nama Gunung Tangkuban Parahu itu.
Menurutnya, gunung tersebut terlihat bentuknya seperti perahu terbalik karena ada dua kawah yang berdampingan antara arah barat dan timur.
Artinya, gunung tersebut hanya terlihat seperti perahu terbalik dari arah selatan (Lembang) saja.
"Karena ada dua kawah yang berdampingan dengan arah barat dan timur. Jadi, terlihat gunung itu dari arah selatan seperti perahu terbalik. Itu sebabnya mengapa Gunung Tangkuban Parahu, bentuknya terlihat seperti perahu yang terbalik. Jadi hanya orang yang melihat dari arah selatan yang melihat gunung itu seperti perahu yang terbalik," kata Bachtiar di Bandung, Rabu (11/12/2013).
Baca juga :
PVMBG Ungkap Sejumlah Keanehan di Erupsi Gunung Tangkuban Parahu, Satunya soal Seismograf
Gunung Tangkuban Parahu Erupsi Tiba-tiba, Bikin Warga Panik, Ini Catatan Para Ahli
Bachtiar mengatakan, jika dilihat dari arah timur, barat dan utara, sama sekali gunung tersebut tidak terlihat seperti perahu terbalik, melainkan gunung biasa saja.
"Dilihat dari arah barat, engga kayak perahu terbalik, dilihat dari arah timur engga kayak perahu juga dan apalagi jika dilihat dari arah utara, sama sekali tidak berbentuk perahu terbalik," jelasnya.
Bachtiar pun menyinggung soal legenda Tangkuban Perahu, yakni, cerita Sangkuriang dan Dayang Sumbi, di mana diceritakan dalam cerita itu Sangkuriang adalah anak dari Dayang Sumbi.
Sangkuriang dan Dayang Sumbi (ibunya) berpisah sekian lama.
Pada suatu waktu, Tuhan mempertemukan kembali antara ibu dan anak itu. Namun, saat keduanya bertemu, Sangkuriang malah jatuh cinta sama ibunya (Dayang Sumbi).
Sangkuriang pun tidak menyadari, jika yang dicintainya itu adalah ibunya sendiri.
Jelas, Dayang Sumbi menolak dicintai oleh Sangkuriang karena Dayang Sumbi tahu betul yang mencintainya itu adalah anaknya kandungnya sendiri.
Dayang Sumbi menegaskan, tidak mungkin seorang anak bercinta (menjalin kasih) dengan ibunya sendiri.
Namun, saking terpesonanya Sangkuriang dengan kecantikan ibunya itu, Sangkuriang bersikukuh untuk mendapatkan cintanya Dayang Sumbi.
Sangkuriang pun tidak percaya, yang dicintainya itu pun adalah ibu kandungnya sendiri. Sangkuriang terus ngotot mendapatkan cinta Dayang Sumbi.
Hingga akhirnya, Dayang Sumbi memberlakukan persyaratan yang harus dikerjakan Sangkuriang, yakni, membuat perahu dalam waktu satu malam.
Jika perahu itu selesai dalam satu malam, Sangkuriang diperbolehkan Dayang Sumbi untuk menikahinya. Dengan senang hati, Sangkuriang menyanggupi persyaratan itu.
Sangkuriang pun berpikir, tidak mungkin menyelesaikan pekerjaannya itu (membuat perahu) diselesaikan dalam jangka waktu satu malam.
Akhirnya, Sangkuriang meminta bantuan jin untuk membantu dan mempercepat pekerjaannya itu.
Sementara, Dayang Sumbi pun tak tinggal diam, saking tidak mau dinikahi oleh anaknya sendiri.
Dayang Sumbi pun memanjatkan doa tak henti kepada Yang Kuasa selama Sangkuriang membuat perahu agar pekerjaan membuat perahu tidak selesai dimalam itu.
Berkat doa Dayang Sumbi, akhirnya perjalanan malam berlangsung sangat cepat dan akhirnya terbitlah fajar.
Sementara, meskipun Sangkuriang dibantu jin, pekerjaannya pun tidak selesai, padahal tinggal sedikit lagi.
Ternyata, pagi datang begitu cepat. Persyaratan pun gagal dipenuhi Sangkuriang, sehingga keinginan Sangkuriang menikahi Dayang Sumbi pun gagal.
Gagal memenuhi persyaratan yang diminta Dayang Sumbi, Sangkuriang marah besar. Saking marahnya, Sangkuriang menendang sangat keras perahu yang dibuatnya hampir selesai itu.
Perahu ditendang hingga terbang melayang dan terjatuh terbalik. Dan dimitoskan, perahu yang terbalik yang ditendang Sangkuriang itu, sekarang yang menjadi Gunung Tangkuban Parahu.
Demikian singkat cerita. Bachtiar menambahkan, bahwa yang menciptakan cerita itu adalah orang selatan.
"Jadi yang menciptakan legenda itu (Tangkuban Parahu), ya, pasti orang selatan," pungkasnya. (*)