Ibu Kota Baru

Kepala Bappenas Beberkan Kesalahan Jakarta yang Tak Ingin Diulang di Ibu Kota Baru Kalimantan Timur

Bambang Brodjonegoro ungkap kesalahan konsep DKI Jakarta, dan tak ingin mengulangnya di ibu kota baru Negara, di Kalimantan Timur nanti

Editor: Rafan Arif Dwinanto
TRIBUNKALTIM.CO/FACHMI RACHMAN
Foto udara Desa Semoi Dua, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Rabu (28/8/2019). Sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara ditetapkan sebagai lokasi ibu kota baru RI. 

Sementara, ibu kota baru sudah ditetapkan luas wilayahnya dari awal, 180.000 hektare.

Wilayah itu dipastikan, tidak akan berkurang, apalagi tidak bertambah.

Dengan demikian, segala pembangunannya terencana dengan baik.

Nantinya, apabila ibu kota sebagai pusat pemerintahan bukan menjadi kota besar di Indonesia, tidak akan menjadi persoalan.

Ia mencontohkan ibu kota negara lain yang pusat pemerintahannya lepas dari industri dan kegiatan ekonomi, yakni Amerika Serikat.

Ibu Kota AS adalah Washington DC, sedangkan New York menjadi kota bisnis yang padat penduduk.

"Ini masalahnya semua orang ribut karena sejak lahir tahunya ibu kota ya di Jakarta.

Jadi bayangin ibu kota harus kayak Jakarta," kata Bambang.

Foto : Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro memberikan keterangan pers didampingi Gubernur Isran Noor dan para gubernur se-Kalimantan.
Foto : Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro memberikan keterangan pers didampingi Gubernur Isran Noor dan para gubernur se-Kalimantan. (HUMASPROV KALTIM/SAMSUL ARIFIN)

Masukan Ridwan Kamil

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil beri saran soal desain ibu kota baru di Kalimantan Timur, yang lebih humanis namun futuristik.

Ridwan Kamil mengusulkan pemerintah pusat dapat mendesain ibu kota baru di Kalimantan Timur yang berfokus pada humastik.

Dilansir dari Tribunnews.com, hal tersebut disampaikan Ridwan Kamil dalam kapasitas sebagai anak bangsa, di sela pembahasan pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia di Provinsi Jawa Barat dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta.

"Jangan mendesain ibu kota baru yang mayoritas untuk mobil, untuk bangunan, tapi kemanusiaan, humanistiknya tidak maksimal," ujar Ridwan Kamil di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (28/8/2019).

Agar hal tersebut dapat tercapai, kata Kang Emil sapaaan Ridwan Kamil, luas lahan ibu kota baru sebaiknya hanya 17 ribu haktare seperti Washington DC, bukan 180 ribu hektare.

"Harus dikaji ulang, jangan sampai menghasilkan kota yang terlalu luas, berorientasi mobil lagi karena di masa depan kota futuristik itu kota yang jalan kaki," ucapnya.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved