Kecelakaan di Ruas Jalan Tol JORR di Area Celedug, Mengakibatkan Aiptu Imran Yasin Tewas
Aiptu Imran Yasin yang sedang melakukan patroli mengalami kecelakaan dan akhirnya tewas.
"Tanah ini diangkut dari Padalarang dan menuju ke Karawang Timur ke pabrik keramik," ucap Ricky di Purwakarta, Selasa (3/9/2019).
Menariknya, Ricky menjelaskan bila dari pengakuan sopir ternyata memang truk tersebut biasa digunakan mengangkut muatan dengan tonase besar.
Bahkan ada sanksi bagi sopir bila mengangkut kurang dari 30 ton.
"Pengkauanya dia (Subana), memang kalau narik di bawa 30 ton pengemudi akan dikenakan sanksi, tapi ini baru keterangan sepihak, karena diketahui truk ini milik transporter di Jakarta yang disewakan untuk mengangkut barang perusahan lain," ucap Ricky.
Mendengar pernyataan tersebut, Budi mengatakan bila muatan tanah yang dibawa kedua dump truck tersebut murni overload.
Karena bobot muatan standar yang seharusnya tidak sebesar itu.
"Maksimal itu 24 ton, artinya ada kelebihan sebesar 13 ton, itu lebihnya 300 persen," ucap Budi.
"Truk itu kalau lewat jembatan timbang lebih dari 100 persen saja barang sudah saya minta harus turunkan barang, mungkin karena ini jalan tol tidak ada jembatan timbang dimanfaatkan oleh mereka," kata dia.
Budi meminta pihak kepolisian untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut, terutama pada perusahaan transporter dan perusahaan yang menyewa.
Karena diketahui masih ada tujuh truk serupa yang beroperasi mengangkut tanah di perusahaan yang sama.
Tidak hanya itu saja, dari hasil evaluasi pada truk yang dikendarai Subana, Budi juga mendapatkan bila ternyata truk tersebut sudah pernah terjaring operasi over dimension over load (ODOL) bahkan STNK pun masih tertahan.
"Tadi saya sudah minta untuk diselidiki lebih lanjut, kalau ini memang disuruh oleh pihak operator atau pemiliknya, saya minta disidik, jadi jangan berhenti sampai sopirnya saja."
"Saya juga sudah meminta untuk perusahan yang mengoperasikan ini untuk dihentikan dulu, saya punya kewenangan soal ini," ujar Budi.
Dua Sopir Truk Sempat Teleponan
"Rem saya blong, gimana ini? Saya kocok-kocok anginnya enggak ada. Nah ini ada lagi," kata Dedi di ujung telepon seperti dikutip TribunJakarta.
Truk yang Dedi kemudikan nomor polisi B 9763 UIT menyalip truk Suban nomor polisi B 9410 UIU yang masih anteng di jalur lambat Tol Cipularang arah Jakarta.
Keduanya sama-sama membawa truk bermuatan pasir dari Gunung Pengantin, Cianjur, tujuan Karawang Timur, Senin (2/9/2019).
Subana disaksikan Mani (39), istrinya, memperingatkan Dedi untuk menepi.
Tak sampai 5 menit truk Dedi terguling menghalangi ruas jalan Km 31, pasir muatannya ambyar beberapa meter ke belakang, sampai tumpah ke ruas jalan arah Bandung.
Beberapa meter setelah truk terguling karena kecelakaan tunggal, sejumlah kendaraan berhenti termasuk bus Budiman tepat di sisi pembatas.

Di belakang dan kiri bus Budiman ada kendaraan pribadi, truk ekor panjang, dan truk boks kuning dan di depannya truk boks putih.
Tiba-tiba dari arah belakang melaju truk pasir yang dikemudikan Subana tak terkendali karena remnya blong, lalu menghantam mobil di depannya.
• Kisah Korban Kecelakaan Tol Cipularang Selamat Keluar dari Mobil Setir Saya Loss kan Saya pasrah
• Sebelum Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang, Reva Mencium Bau Menyengat Dari Truk
"Akhirnya saya menabrak mobil kecil di depan saya. Karena saya takut makin parah, saya banting truk saya ke kiri dan akhirnya nyangkut di jurang," ujar Suban.
Serudukan truk pasir menimbulkan efek domino. Mobil-mobil di depannya seperti biji karambol, memantul.
Kecelakaan melibatkan 21 kendaraan dan 8 orang meninggal dunia, puluhan pengendara lain luka-luka.
Ada empat mobil terbakar saat itu, tiga mobil pribadi dan satu truk cabai. Sejumlah mobil lainnya menumpuk, ringsek.
Sosok Dedi Hidayat
Dedi Hidayat (45) korban kecelakaan maut Tol Cipularang dikenal baik di mata tetangga lamanya di RT 03/RW 07 Kelurahan Kalibaru Barat, Cilincing, Jakarta Utara.
Meski Dedi sudah tak tinggal di alamat tersebut, warga di sana masih hafal siapa sosok korban.
Sebab, Dedi pernah tinggal di sana selama 10 tahun lebih dan baru pindah empat tahun terakhir.
"Dia udah tinggal ikut istrinya, dulu udah lama tinggal di sini," kata Siti (52), tetangga sekaligus kerabat korban saat ditemui TribunJakarta, Selasa (3/9/2019).
Menurut Siti, Dedi memang sudah lama bekerja sebagai sopir truk.
Dari pekerjaannya, Dedi bisa menghidupi seorang istri dan tiga orang anak.
"Dia orangnya baik, suka nanya sama orang, istrinya juga baik," imbuh Siti.
• 4 Selebriti yang Pernah Alami Kecelakaan di Tol Cipularang, Saipul Jamil Kehilangan Sang Istri
• Setelah Menembak Mati Ayah, Ibu dan Tiga Saudaranya, Bocah 14 Tahun Ini Membuang Pistolnya
Hal serupa dinyatakan Endang (40), seorang lainnya yang merupakan tetangga lama Dedi.
Endang menyatakan bahwa Dedi pernah tinggal di Kalibaru Barat sejak memilikki anak pertama.
Saat menetap 10 tahun lebih di kediaman lamanya, Dedi dan keluarganya dikenal bergaul baik dengan warga sekitar.
Rumah Dedi yang lama kini sudah dijadikan kontrakan dua pintu oleh pemilik barunya.
Sekitar empat tahun terakhir, Dedi pindah rumah ke suatu permukiman yang juga berada di kawasan Cilincing.
Meski begitu, Endang dan tetangga lama Dedi mendapatkan kabar bahwa korban dimakamkan di kampung istrinya, di Indramayu.
"Dia dimakamkan di kampung istrinya, di Indramayu," kata Endang.
Adapun sepengetahuan Endang, Dedi memang telah lama menjadi sopir truk angkutan.
Dengan pekerjaannya itu, diketahui Dedi kerap kali bolak balik ke luar kota.
"Iya dia kan sopir jadi sering bolak balik ke luar kota," ucapnya.
Dedi merupakan satu dari delapan korban tewas dalam kecelakaan Tol Cipularang. (*)