Berita Paser Terkini

Tahura Lati Petangis Kalimantan Timur Dikepung Karhutla, Kini Tim Berupaya Padamkan Titik Api

Personil dan peralatan disiagakan di Tahura Lati Petangis , pihaknya tidak bisa membantu memadamkan kebakaran hutan, sering terjadi di pemukiman

Editor: Budi Susilo
TribunKaltim.Co/Sarassani
Personil gabungan Tahura DLH Paser memadamkan kebakaran lahan sebelum merembet membakar lahan Tahura Lati Petangis, Rabu (11/9/2019). 

TRIBUNKALTIM.CO, TANA PASER – Taman Hutan Raya atau Tahura Lati Petangis Kabupaten Paser, Kalimantan Timur sampai saat ini belum aman dari ancaman kebakaran hutan dan lahan atau karhutla.

Tujuh orang personel gabungan, termasuk 2 orang security Tahura Lati Petangis menurut Kasi Perlindungan Pengawetan dan Pemanfaatan Tahura pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Paser Syarifuddin, sampai jarang pulang demi mengamankan Tahura dari Karhutla.

"Teman-teman masih stand by di Tahura Lati Petangis , saya dan Pak Teguh Haryanto (Kabid Pengelolaan Tahura) baru pulang, besok pagi ke Tahura lagi setelah mampir sebentar ke kantor," kata Syarifuddin, Rabu (11/9/2019).

Dengan luasan 3.400 hektar, lanjut Syarifuddin, 7 personil Tahura Lati Petangis harus bekerja ekstra, termasuk alat pemadam kebakaran berupa 2 unit mobil pemadam jenis jeep, 2 unit mobil pemadam truk, 1 unit mobil water suplai, 1 unit sepeda motor, pompa punggung (genpo), pompa jinjing (waterex) dan peralatan karhutla lainnya.

"Kita dalam posisi siaga Karhutla. Dalam beberapa hari ini, Tahura dikepung karhutla. Kita padamkan hot spotnya, beberapa lama kemudian terbakar lagi di tempat lain," ucapnya.

Saat musim kemarau dan kekeringan seperti ini, kebakaran di suatu tempat akan merembet dengan cepat, bahkan dengan dibantu tiupan angin, bara api dari daun yang terbakar bisa menjadi pemicu karhutla di tempat lain.

"Itu satu daun yang terbakar, logikanya yang terbawa tiupan angin pasti bukan hanya satu, makanya kita himbau kepada masyarakat untuk jangan membakar di lahannya, kita tidak akan tahu kalau apa yang kita perbuat akan meresahkan masyarakat banyak, yakni kabut asap," jelasnya.

Karena semua personil dan peralatan disiagakan di Tahura Lati Petangis , pihaknya tidak bisa membantu memadamkan kebakaran hutan, sering terjadi di pemukiman.

"Tadi malam (Selasa, 10/9/2019) terjadi kebakaran di Paya Rupiah atau dekat Hotel Tiara Tanah Grogot, kita tidak bisa membantu Damkar dan BPBD memadamkan. Untungnya hanya 1 rumah yang terbakar, jadi api pun bisa dipadamkan dengan cepat," ungkapnya.

Karena itu, Syarifuddin berharap masyarakat tak lagi membakar lahannya.

"Itu sudah sangat membantu mengurangi Karhutla. Masyarakat terhindar dari ancaman kabut asap, termasuk tamu kami dari Kabupaten Kutai Barat yang melakukan studi banding ke Tahura Lati Petangis," tambahnya.

Di tempat terpisah, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPBN) mengungkapkan, hotspot yang berada di Kalimantan Barat efek asapnya hingga mencapai ke garis perbatasan. 

Disampaikan Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data dan Informasi Masyarakat BNPB, Agus Wibowo kepada Kompas.com yang dikutip Tribunkaltim.co menyatakan, titip api terbanyak ada di Kalimantan Barat. 

Kata dia, titik api tercatat di wilayah Kalimantan Barat sebanyak 660 titik, Kalimantan Tengah 482 titik, dan Kalimantan Selatan 46 titik.

"Jumlah hotspot yang banyak di wilayah Kalimantan Barat, menunjukkan kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan asap sampai ke perbatasan wilayah Kalimantan Barat dan Serawak, Malaysia," ujar Agus. 

Kabut asap juga memperpendek jarak pandang sehingga menyebabkan penerbangan beberapa pesawata di Bandara Kallimanta Tengah terganggu.

"Sementara ini, BNPB dan Pemerintah Daerah setempat masih berusaha memadamkan karhutla yang masih terjadi di beberapa temoat di Indonesia," kata Agus.

Asap kebakaran hutan dan lahan di Indonesia tidak mencapai Singapura dan Semenanjung Malaysia.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (8/9/2019), Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) menyatakan.

Asap lintas batas atau transboundary haze tidak mencapai kedua wilayah tersebut.

Meski demikian, menurut pantauan Badan Meteorologi, Kilmatologi dan Geofisika (BMKG) serta ASEAN Specialized Meteorological Centre (ASMC) pada 7 September 2019 ada sampai ke Malaysia.

Data menunjukkan transboundary haze secara fluktuatif terdeteksi di wilayah perbatasan antara Kalimantan Barat dan wilayah Serawak, Malaysia.

Sementara, data BMKG menunjukkan, pada pukul 10.00 WIB terdeteksi ada transboundary haze.

Namun, berdasarkan data pukul 11.00-15.00 WIB tidak terdeteksi lagi.

Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data dan Informasi Masyarakat BNPB, Agus Wibowo mengatakan, sepanjang waktu itu, terlihat pula titik api di wilayah perbatasan Kalimantan Barat maupun di wilayah Serawak, Malaysia.

"Sehingga transboundary haze tersebut kemungkinan besar merupakan gabungan dari asap karhutla (kebakaran hutan dan lahan) di kedua wilayah tersebut," ujar Agus.

Ia menyebutkan, berdasarkan pantauan yang dilakukan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), pada 8 September 2019 terdapat beberapa titik api di beberapa wilayah.

Titik api itu terlihat antara lain di Riau 85 titik, Jambi 127 titik, Sumatera Selatan 52 titik, Kalimantan Barat sebanyak 782 titik.

Dan Kalimantan Tengah 544 titik, dan Kalimantan Selatan sejumlah 66 titik.

"Hotspot yang masih banyak di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah hari ini juga dapat menyebabkan kabut asap yang mengganggu penduduk dan penerbangan di Kalimantan" kata Agus.

Sebelumnya disebutkan, terdapat titik api kategori sedang dan tinggi pada 7 September 2019 pukul 07.00 di enam provinsi prioritas.

Keenam provinsi itu antara lain Riau sejumlah 201 titik, Jambi 84 titik, dan Sumatera Selatan 126 titik.

TONTON JUGA:
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved