Kriteria Istri Idaman Ketua BEM UGM Atiatul Muqtadir, Ini Syarat Wanita yang Bisa Curi Hatinya
Sosok Ketua BEM UGM Atiatul Muqtadir membeberkan kriteria istri idamannya. Beberapa syarat untuk wanita diungkapkan Ketua BEM UGM Atiatul Muqtadir
TRIBUNKALTIM.CO - Kriteria istri idaman Ketua BEM UGM Atiatul Muqtadir, ini syarat wanita yang bisa curi hatinya.
Sosok Ketua BEM UGM Atiatul Muqtadir membeberkan kriteria istri idamannya.
Beberapa syarat untuk wanita diungkapkan Ketua BEM UGM Atiatul Muqtadir jika ingin mencuri hatinya.
• Daftar Calon Menteri Jokowi - Maruf Amin: Bos Bukalapak & Gojek, 2 Wanita Cantik, Eks Sopir Angkot
• Bukan Cuma Marahi, Rocky Gerung Minta Pendukung Jokowi Usir Prabowo, Kekhawatirannya Cukup Serius
Nama Ketua BEM UGM Atiatul Muqtadir belakangan ini memang kerap mencuri perhatian setelah tampil di Indonesia Lawyers Club mengritisi soal kontroversi RKHUP.
Ketua BEM UGM Atiatul Muqtadir berhasil menjadi idola baru setelah tampil begitu mengesankan saat berbicara di hadapan Menteri Hukum dan HAM dan anggota dewan.
Namanya pun mendadak viral di media sosial dan menjadi sorotan.
Cara penyampaian Atiatul Muqtadir yang tegas namun tetap tenang disertai senyum seringainya membuat mahasiswa yang akrab disapa Fathur itu menjadi idola baru di jagad maya.
Tak cuma itu, sosoknya juga membuat penasaran kaum wanita.
Banyak dari wanita terpesona dengan penampilan Atiatul Muqtadir dan mereka pun penasaran dengan kriteria pasangan idaman bagi Ketua BEM UGM tersebut.
Lantas seperti apa kriteria istri idaman Ketua BEM UGM Atiatul Muqtadir?
Dilansir TribunJakarta.com dari kanal YouTube Departemen Gaje pada Senin (14/10/2019), Atiatul Muqtadir membongkar blak-blakan kriteria istri idamannya.
Hal itu berawal dari pertanyaan yang dilontarkan seorang warga net padanya dan dibacakan oleh pembawa acara.
INI VIDEONYA:
"Bagaimana kriteria istri idamanmu?" tutur sang pembawa acara.
Sontak pertanyaan itu sempat membuat M Atiatul Muqtadir sempat senyum-senyum.
Lantas ia berkelakar bahwa wanita tersebut harus memiliki skor Toefl minimal 500, bisa bekerja dibawah tekanan dan multitasking.
"Ini mohon maaf, anda cari menteri atau calon istri?" tutur pembawa acara.
Atiatul Muqtadir pun tertawa ngakak.
"Itu syarat jadi manajer," seloroh Atiatul Muqtadir.
Lebih lanjut, M Atiatul Muqtadir menilai kriteria calon istri idamannya itu berdasarkan akhlak.
"Akhlaknya dan perilakunya bagaimana tetapi juga harus ada kecerdasan intelektual."
"Anak kita itu bergantung pada kecerdasan ibunya karena berkeluarga bukan tentang gue dan dia, lebih kepada membangun keturunan. Individu di tahap pertama memperbaiki diri, yang kedua membangun keluarga...jadi bukan sekadar mencari yang cantik," jelas M Atiatul Muqtadir.
M Atiatul Muqtadir menyatakan, dalam bekeluarga maka harus mempunyai visi yang sama.
"Siapkan saja proposalnya," celetuk Atiatul Muqtadir.
• Mengenal Sosok NAS, Terduga Teroris Pendukung ISIS Menikahkan Pelaku Penusukan Menkopolhukam Wiranto
• Jelang Pelantikan Presiden dan Pengumuman Menteri Jokowi, Ruhut Sitompul tak Pernah Matikan HP
Aksi Atiatul Muqtadir di Depan Yasonna Laoly
Ketua BEM UGM Atiatul Muqtadir menyindir kepentingan anggota DPR RI dan para elite politik yang tergesa-gesa mengesahkan sejumlah RUU.
Tak hanya itu berulang kali menegaskan kalau demo Mahasiswa yang dilakukan pada Selasa (24/9/2019) tidak ditunggangi oleh pihak manapun.
Di depan Menkumham Yasonna Laol, Atiatul Muqtadir menegaskan kalau para Mahasiswa itu bukan manusia bodoh, melainkan gerakan terpelajar.
Dilansir TribunnewsBogor.com dari YouTube Indonesia Lawyers Club (ILC) Rabu (25/9/2019), Atiatul Muqtadir menilai bahwa penundaan RKUHP itu hanya bahasa politis saja.
"Bung Karni, saya ingin sampaikan beberapa hal terkait dengan RKUHP, yang pertama memang ketika kita mendengar Presiden menunda, tunda itu kan sebenarnya bahasa politis Bung Karni, kalau kita lihat sebenarnya kalau saat paripurna itu adanya tolak atau terima, nggak ada tunda," kata dia.
Ia pun menegaskan kalau tuntutan para Mahasiswa ini bukan ingin ditunda, tapi menolak.
"Kemudian bukan hanya tolak Bung Karni poinnya, tuntutan kami yang sampai hari ini tidak mau ditemui oleh DPR yang terhormat, itu bukan hanya sekedar menunda tapi setelah ditunda nanti dibahas ulang dan melibatkan akademisi, melibatkan masyarakat," tegasnya.
Ia pun menjawab pertanyaan Karni Ilyas yang heran kenapa para Mahasiswa turun lagi padahal RKUHP sudah ditunda.
"Garis besarnya yang ingin saya sampaikan bahwasanya kami tidak ingin demokrasi atau perjalanan demokrasi kita ini menghasilkan hukum yang represif. Apa itu? Hukum yang dibentuk dalam splendid situation, jadi seharusnya dalam demokrasi itu kita menghasilkan produk hukum yang responsif," katanya.
Untuk menghasilkan produk hukum yang responsif itu, kata dia ada tiga kriteria, yakni partisipatif, yang kedua aspiratif dan ketiga presisi.
"Nah kalau kita lihat pasal-pasal di RKUHP tentang makar, tentang penghinaan presiden, itu termasuk pasal-pasal yang katakanlah karet, sehingga nanti bisa jadi menjadi tafsirannya itu yang berpotensi ditafsirkan pemerintah sehingga mengkriminalisasi orang-orang yang tidak suka atau berbeda pandangan dengan pemerintah," ungkapnya.
Kemudian yang ingin ia tegaskan, yakni para elite tidak lagi memandang gerakan Mahasiswa ini sebagai gerakan yang ditunggangi suatu kelompok.
"Ke depan membaca gerakan kegelisahan hari ini yang bertubi-tubi, Mahasiswa itu bukanlah manusia bodoh, dia adalah gerakan terpelajar sehingga saya sangat menyayangkan ketika disampaikan gerakan mahasiswa justru ditabrak dengan isu ditunggangi si A ditunggangi si B, loh kita bicara substansinya Bung Karni, kok malah dituduh ditunggangi ABCD tapi substansinya nggak pernah dibahas sama kawan-kawan mahasiswa," katanya disambut tepuk tangan.
Ia pun membahas soal pertemuan Mahasiswa dengan Sekjen DPR RI yang tidak pernah disampaikan.
"Padahal hari Kamis 19 Sepetember kawan-kawan yang aksi ini pernah membuat kesepakatan dengan sekjen DPR, Nah inilah yang ingin saya sampaikan, kok sering banget bohong?," tanya Atiatul Muqtadir.
Kemudian ia pun menyampaikan, bahwasanya gerakan mahasiswa ini turun bukan karena ditunggangi tapi karena kegelisahan.
"Dan kita turun sebagai gerakan moral dan gerakan intelektual, Jadi saya ingin sampaikan kita tidak ditunggangi pihak manapun," katanya.
Ia juga menegaskan bahwa Mahasiswa tidak bicara tolak-tolak sekarang saja, tapi ingin ke depannya bagaimana peraturan perundang-undangan itu dapat dalam dunia demokrasi kita memang dibahas sehingga menghasilkan hukum yang responsif bukan represif.
"Kenapa? karena hukum yang represif akan menghasilkan suatu jurang di dalam sistem sosial antara kehendak pemerintah dan rakyatnya, dan ini sangat berbahaya sehingga mosi tidak percaya yang dihadirkan di Gejayan Memanggi, Bengawan Melawan, ataupun daerah-daerah lainnya itu jangan dipandang sebagai hal biasa, itu adalah kegelisahan publik, bahwasanya hari ini negara tidak sedang baik-baik saja dan tidak dikelola dengan prinsip-prinsip yang demokratis," kata dia.
Kemudian ia juga memberikan kalimat yang cukup menyentil para elite dan membuat Yasonna Laoly mengerutkan dahi.
"RUU yang dibahas secara tergesa-gesa, dikebut di akhir periode, ini adalah sebuah kejanggalan. Dan dalam membaca kejanggalan itu hanya ada dua alasan, yang pertama ketidak tahuan atau bahasa lebih halusnya kebodohan, atau ada kepentingan. Kejanggalan itu cuma dua, ya kalau nggak tidak tahu ya ada kepentingan, dan mungkin tadi pertanyaannya, ini apa sih kepentingan dari anggota dewan dan elite politik hari ini," tutupnya.
(*)