Batik for Future Life di Plaza Balikpapan, Pengunjung Diajak Membuat Bros Sulam Pita Diamond
Batik for Future Life di Plaza Balikpapan, Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur. Pengunjung Diajak Membuat Bros Sulam Pita Diamond. Seru sekali.
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Fashion of Balikpapan (FOB) ikut memeriahkan rangkaian acara batik for future life di Plaza Balikpapan, Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur. Asyik gelaran di Plaza Balikpapan ini.
"Tadi ada kelas membuat bros sulam pita diamond," ujar Rahma Diah selaku Ketua Fashion of Balikpapan, Kamis (31/10/2019).
Untuk pendaftaran mengikuti kelas dikenakan biaya 50 ribu.
Harapan dari diadakan kelas bros sulam pita adalah untuk mengajak pengunjung untuk berkreasi menghasilkan sesuatu.
Sedangkan untuk hasil dari kreasi bros sulam pita bisa dibawa pulang pengunjung yang mengikuti kelas tadi.
"Kalau yang tadi dibuat, dibawa pulang, kalau yang udah ada disini, udh dibuat dari jauh-jauh hari," ujarnya.
Rahma berpesan kepada orang-orang yang juga memulai sebuah kreasi.
Dia mengimbau, jangan patah semangat meskipun belum ahli dalam suatu bidang, terus belajar.
Untuk bros sulam pita yang diikuti sertakan di acara batik for future dijual dengan berbagai harga mulai dari 5 ribu, untuk tas handmade ada yang dijual dengan harga 400 ribu.
Rahma berharap dengan mengajak ibu-ibu untuk belajar dan berbagi untuk menghasilkan karya-karya yang kreatif untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga.
Fashion of Balikpapan sendiri dibuat sebagai tempat penyaluran bakat kreatif, inovatif dan mandiri.
Serta menciptakan sumber daya manusia ( SDM ) yang mampu berkontribusi bagi masyarakat.
Selain itu sebagai wadah silaturahmi perempuan di Kota Balikpapan Kalimantan Timur
Dan sekitarnya yang mempunyai hobi dan kecintaan yang sama di bidang Fashion dan craft.
Gelar Kesenian Rajut di Plaza Balikpapan
Berita sebelumnya, di tempat yang sama, Plaza Balikpapan, Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur.
Acara batik for Future Life atau batik untuk kehidupan masa depan 2019 yang diselenggarakan di atrium ground floor Plaza Balikpapan, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur
Hal ini dalam rangka ulang tahun ke 16 tahun Borneo Ladies Club ( BLC ).
Selain merayakan ulang tahun BLC.
Acara ini diselenggarakan untuk memperkenalkan batik nusantara
"Khususnya di Kota Balikpapan Kalimantan Timur," ujar Vony Tangka selaku seksi acara, Senin (28/10/2019) kepada wartawan Tribunkaltim.co di Plaza Balikpapan, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Besar harapan dengan diadakannya acara ini.
Bertujuan agar UKM di Kota Balikpapan lebih maju.
Kemudian masyarakat lebih mencintai batik
Sebagai budaya lokal Indonesia.
Selain itu agar masyarakat lebih mengenal batik-batik di Kota Balikpapan Kalimantan Timur.
Acara batik for future diselenggarakan dari tanggal 28 Oktober
Berlangsung sampai 3 November 2019.

Untuk hari pertama, akan diisi dengan kegiatan Crative Class Day "Peci Rajut"
Yang dibuka untuk umum
Dan dikenakan biaya 20 ribu per orang.
Pihak Borneo Ladies Club ( BLC ) merupakan komunitas di Kota Balikpapan
Yang berdiri pada tahun 2003.
Yang aktif dibeberapa kegiatan sosial seperti pendidikan.
Untuk anggota BLC terdiri dari berbagai lintas generasi.
Menurut penuturan Vony anggota yang tergabung dalam BLC adalah
Kalangan ibu-ibu yang memiliki jiwa sosial tinggi.
Akhir kata ia berpesan kepada pengunjung,.
Untuk ikut meramaikan acara batik for future life 2019
Karena ada berbagai lomba yang diadakan.
Seperti lomba fashion show, lomba mewarnai motif batik.
Sejarah Mula batik di Indonesia
Berita sebelumnya, mengenai batik peninggalan sejarah leluhur bangsa Indonesia.
Nah, batik memiliki sejarah panjang, di mana setiap corak atau motifnya mengandung filosofi atau makna yang begitu kental dengan nilai-nilai kehidupan.
Ini batik berasal dari bahasa Jawa “ambhatik”, dari kata “amba” yang berarti lebar, luas, kain;
Dan “titik” atau “matik” yang artinya menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu pada kain yang luas atau lebar.
Dalam bahasa Jawa, batik ditulis “bathik”.
Dengan demikian, pengertian batik adalah seni lukis di atas kain dengan menggoreskan malam (lilin) pada alat bernama canting.
Kerajinan batik di Tanah Air dipercaya sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit.
Kemudian meluas keberbagai daerah dan khususnya ke Pulau Jawa setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19.
Walaupun nama batik berasal dari bahasa Jawa, teknik batik diduga berasal dari Mesir Kuno atau Sumeria lebih dari 1.000 tahun lalu.
Teknik serupa batik juga merambah Tiongkok, India, Jepang, Afrika, dan Senegal ribuan tahun lalu, hingga ke Indonesia.
Motif-motif abstrak, motif candi, awan, wayang beber, dan lain sebagainya mulai dikembangkan pada masa itu.
Penulisan batik pun mulai ditujukan pada media yang berbeda.
Kain putih atau kain-kain berwarna terang menjadi pilihan utama karena dianggap lebih tahan lama dan bisa digunakan untuk pemanfaatan yang lebih banyak dan kepopuleran kain batik semakin lama semakin berkembang.
Pada waktu itu kerajaan Majapahit, Mataram, Demak, dan kerajaan-kerajaan setelahnya, menjadikan kain batik sebagai simbol budaya.
Khusus pada masa pengaruh Islam, motif batik yang berwujud binatang ditiadakan kecuali dengan menyamarkannya menggunakan lukisan-lukisan lain.
(Tribunkaltim.co)