Baru 5 Tahun Berdiri, Gedung Lurah Bukit Biru Kecamatan Tenggarong Kukar Sudah Retak, Ini Kondisinya

Baru 5 Tahun Berdiri, Gedung Lurah Bukit Biru Kecamatan Tenggarong Kukar Sudah Retak, Ini Kondisinya,

Penulis: Jino Prayudi Kartono | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO/JINO PRAYUDI KARTONO
Sekretaris Lurah Bukit Biru Mukti Ali memperlihatkan batu dari hasil retakan dinding gedung kelurahan. Bangunan tersebut baru berdiri selama lima tahun. 

TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONG -Baru 5 Tahun Berdiri, Gedung Lurah Bukit Biru Kecamatan Tenggarong Kukar Sudah Retak, Ini Kondisinya.

Kantor Lurah Bukit Biru Jl. Swadaya terlihat memprihatinkan.

Beberapa bagian dinding mengalami keretakan besar.

Bahkan di loteng sisi kiri gedung ambruk.

Menurut Sekretaris Lurah Bukit Biru Mukti Ali mengatakan loteng ambruk sekitar Rabu (13/11/2019)

pekan lalu.

Namun tidak ada korban pasca rubuhnya loteng tersebut.

Dari penuturan Mukti Ali kejadian pada saat subuh hari.

Selain itu dinding di ruang kerjanya sendiri mengalami keretakan cukup banyak.

Bahkan di beberapa sisi dinding pun mengalami keretakan berukuran besar.

Tidak hanya beberapa titik lantai pun juga mengalami keretakan.

Menurut Mukti Ali kejadian ini telah terjadi sekitar beberapa bulan lalu.

Awalnya terdapat keretakan di area kantornya sendiri.

Lambat laun keretakan semakin melebar di beberapa sisi gedung.

"Gedung dibangun lima tahun lalu," kata Mukti Ali, Rabu (20/11/2019)

Hingga berita ini diturunkan belum ada tindakan resmi dari pemerintah untuk menangani gedung tersebut.

Jika memang keadaan semakin parah, para karyawan serta atasan

akan ngungsi di gedung sebelah yang terbuat dari kayu.

Faktor penyebab keretakan dinding maupun robohnya loteng masih dicari.

Kemungkinan penyebabnya karena adanya getaran truk pasir yang sering melintas di area tersebut. (Jnp)

SD Filial 004 Samarinda Utara Dikelilingi Tambang Batu Bara, Dinding Sekolah Retak

Bertha Buadera guru honorer di SD Filial 004 Samarinda Utara di Kampung Berambai, Selasa (12/11/2019) saat sedang mengajar
Bertha Buadera guru honorer di SD Filial 004 Samarinda Utara di Kampung Berambai, Selasa (12/11/2019) saat sedang mengajar (HO/Kompas.Com)

Herpina (24) dan Berta Bua'dera (56)  tampak sibuk. Ia memeriksa tumpukan kertas di meja

kerjanya di ruangan mini berukuran 4X5 meter.

Seperti diberitakan, sehari-hari, Herpina dan Barta Bua'dera bekerja di SD Filial 004 Samarinda Utara,

di Kampung Berambai, Kelurahan Sempaja Utara, Samarinda Utara.

Kampung Berambai berada di batas kota, bersisian dengan Desa Bangun Rejo (L3),

Kecamatan Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara atau Kukar.

Menuju SD Filial 004 Samarinda Utara ini perlu waktu sekitar 45 menit dari Samarinda melewati Desa

Bangun Rejo (L3) Kukar.

Jalan masuk menuju SD ini melintasi jalan aspal dan semenisasi yang terputus. Dilanjut jalan tanah

agregrat batu, menanjak dan menuruni bukit.

Jarak dari Bangun Rejo menuju SD ini kurang lebih 8 kilometer. Jika cuaca hujan jalan becek dan

berlumpur.

Saat melintas jalur ini, kiri kanan tampak gundukan bukit akibat dikeruk eksavator.

Lalu lintas dump truck mengangkut emas hitam terpantau jelas. Beberapa unit eksavator sedang

menggaruk, sebagian lain terparkir di tepi jalan.

Sepanjang jalan masuk galian tambang batu bara nyaris mengepung sekolah dan Kampung Berambai.

Saat Kompas.com menyambangi sekolah ini terparkir satu unit eksavator persis di depan sekolah.

Tumpukan batu bara di depan sekolah pun masih membekas. Sisa-sisa batu hitam masih terlihat.

Lalu lalang dump truck, bikin debu dan retak dinding

Dari depan sekolah tampak kiri kanan lubang tambang bekas galian menganga.

Jika tiba waktu angkut batu bara, lalu lalang dump truck melintas di depan SD filial ini.

Aktivitas main murid SD saat istirahat sekolah dilintasi hilir mudik dump truk bukan hal baru. "Kalau debu

tambang kami sudah biasa," kata Bertha.

Tak hanya di depan di sekolah, di belakang gedung sekolah pun ada aktivitas tambang batu bara. Hanya,

lokasinya agak jauh dari sekolah.

Bertha dan Herpina tak ingin menanggapi lebih jauh soal aktivitas tambang batu bara.

Tak hanya alam sekitar sekolah di garuk alat berat, kondisi sekolah pun mulai retak. Belum jelas

penyebabnya.

Tapi dugaan kuat tanah bergerak. Pondasi belakang sekolah retak. Lantai ruang kelas beralaskan

ubin retak terkelupas dari dudukannya.

 "Tanah di situ turun. Turapnya sudah tidak kuat," Bertha menduga. 

Dua Guru Mengajar 17 Murid

Di sekolah ini keduanya mengajar 17 murid.

Satu murid duduk di kelas I. Tiga murid duduk di kelas II, III, IV dan V.

Sedang kelas VI ada empat murid.

Sekolah ini hanya satu gedung dibagi tiga ruang sekat triplek.

Satu ruang guru, dua ruang sisanya untuk belajar mengajar.

Satu ruang di isi tiga kelas sekaligus, Kelas I, II dan III.

Satu ruang lagi diisi kelas IV, V dan VI.

Tugas Bertha mengajar kelas I, II dan III dalam satu ruang untuk semua mata pelajaran.

Sedang, Herpina mengajar kelas IV, V dan VI.

Tugas ini dijalani hingga bertahun-tahun.

"Kami berdua mengajar semua mata pelajaran,

kecuali agama dan Bahasa Inggris.

Tidak ada gurunya," tambah Bertha seperti dilansir Kompas.Com (*)

Baca Juga;

Gempa Lombok, Dinding Retak-retak, Para Menteri yang tengah Santap Malam di Lantai 12 Berhamburan

Sederet Fakta Retaknya Taxiway Bandara yang Diresmikan Presiden Joko Widodo, Terjadi Berulang Kali

Retakan di Oprit Fly Over Air Hitam Sudah Diperbaiki, PUPR Samarinda Pastikan Aman

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved