Ledakan Bom di Samarinda
Tragedi 2016 Bom Molotov di Gereja Oikumene, Korban Alvaro Terkini Membaik Gemar Main Drum Bernyanyi
Tragedi 2016 Bom Molotov di Gereja Oikumene, Korban Alvaro Terkini Membaik Gemar Main Drum Bernyanyi
Pihak Gereja Oikumene juga berpesan, jangan takut untuk perihal peristiwa lalu.
"Kita hadapi situasi dan kondisi dengan satu alasan, kita hadapi dengan iman kepercayaan, untuk kita tetap bertahan," ujarnya.
Biarkanlah berbeda suku bangsa dan ras.
"Itu tidak menghambat persahabatan kita dengan yang lain, biarlah itu menjadi sahabat dengan kasih," ungkap Pdt Freddy Saputra Simaremare.
Mengenal Sang Pelaku Pelemparan Bom Molotov
Keberadaan Juhanda, terduga pelaku bom molotov yang meledak di halaman Gereja Okuimene, Samarinda Seberang, Kota Samarinda ternyata sudah diketahui oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kaltim sejak masuk Samarinda.
Hal tersebut disampaikan Kepala FKPT Kaltim Hasyim Miradjie saat ditemui usai pembahasan pasca pengeboman halaman Gereja Oikumene di Gedung Kesbangpol Kaltim, Senin (14/11/2016) kemarin.
"Sejak tiba di Samarinda kami pantau, dan memang kami sudah monitor. Saat itu, ada informasi bahwa Juhanda sudah lepas dari penjara dan menuju serta tinggal di Kaltim. Tetapi, memang kami kecolongan hingga dia bisa berbuat seperti itu (aksi bom). Kami benar-benar tidak tahu, mengapa Juhanda bisa memperoleh bahan membuat bom," ujarnya.
Kedatangan Juhanda ke Kaltim bermula saat dirinya menjadi tahanan di LP Tangerang. Dia harus mendekam di LP Tangerang karena terlibat aksi bom buku pada 2011 lalu. Saat LP, Juhanda bertemu Agung Prasetyo, pelaku teror di Poso.
Usai masa tahanan selesai, ia direkomendasikan oleh Agung Prasetyo untuk tinggal di rumah ayahnya di Samarinda Seberang.
"Pelaku tak terdaftar di desa serta kelurahan setempat. Ini karena ia sudah dimonitor. Datangnya Juhanda dikarenakan bertemu dengan seorang teman di penjara, kemudian disarankan tinggal dengan bapak dari temannya tersebut di Samarinda. Kami memang tak bisa menangkap pelaku saat itu, karena tanpa ada alat bukti, aparat tak bisa menangkap," Kapolda Kaltim Irjen Pol Safaruddin menambahkan.
Sejak kedatangan Juhanda ke Kaltim, aparat keamanan sudah memantau gerak-geriknya.
"Itu sudah dipantau. Ada dari Babinsa, FKPT, BIN, Polda dan unsur lainnya. Meskipun diawasi, tetap kami tak bisa menangkap, karena tak ada barang bukti," kata Hasyim.
FKPT bahkan juga melakukan upaya ajakan-ajakan pembinaan, agar Juhanda kembali menjadi normal, layaknya warga biasa.
"Kami dekati terus, tetapi belum bisa. Dia bandel, dan tak mau ikuti pembinaan dari kami. Berbeda dengan delapan mantan napi pelaku bom lainnya yang sudah bisa kami bina. Delapan orang itu juga ada di Kaltim," jelasnya.