Saat Liburan Akhir Pekan di Kota Bogor Berikut 4 Jajanan Tradisional yang Wajib Kamu Coba

Saat Liburan Akhir Pekan di Kota Bogor Berikut 4 Jajanan Tradisional yang Wajib Kamu Coba

Editor: Nur Pratama
TribunnewsBogor.com/Lingga Arvian Nugroho
sate cungkring 

TRIBUNKALTIM.CO - Saat liburan akhir pekan di Kota Bogor berikut 4 jajanan tradisional yang wajib kamu coba 

Bagi traveler yang sedang liburan ke Bogor bisa mencoba jajanan tradisional ini.

Beberapa jajanan tradisional khas Bogor ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu,

Dan maski digempur makanan modern, tapi jajanan tradisional khas Bogor ini masih banyak dicari pecinta kuliner.

Berikut adalah jajanan tradisional di Bogor yang wajib kamu coba saat liburan akhir pekan.

Promo Harga Tiket Masuk Dufan Periode 13-31 Januari 2020 Cocok Buat Liburan Tahun Baru Imlek

Cocok Buat Liburan Tahun Baru Imlek 2020, Berikut 7 Tempat Wisata Instagramable di Singkawang

Promo Indomaret Periode 8-14 Januari 2020, Beli 2 Gratis 1 dan Harga Pampers Anak Lebih Hemat

Hanya 4 Hari Promo Dunkin Donuts Beli 6 Gratis 6 Donat, Berlaku 9-12 Januari, Ini Syaratnya

1. Gemblong

Jajanan tradisional yang manis legit ini lekat dengan panganan khas Kota Bogor.

Penjaja gemblong masih banyak ditemui di kawasan Stasiun Bogor dan kawasan Puncak.

Gemblong merupakan jajanan pasar berbahan dasar ketan putih yang memiliki cita rasa manis.

Gemblong Bu Juju di sekitar kawasan Taman Safari Bogor, Jumat (27/12/2019).
Gemblong Bu Juju di sekitar kawasan Taman Safari Bogor, Jumat (27/12/2019). (Tribunnewsbogor.com/ Tsaniyah Faidah)

Rasa manis tersebut didapat dari ketan putih yang dikepal berbentuk lonjong, lalu dibaluti gula merah hingga berwarna kecokelatan.

"Gemblong biasanya dibeli sama orang tua-tua aja.

TONTON JUGA

Anak mudanya lebih milih cari oleh-oleh atau jajanan yang modern," kata salah seorang pedagang gemblong di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Stasiun Bogor, Ujang.

2. Cungkring

Satu di antara jajanan tradisional ini adalah kuliner khas Bogor yang keberadaannya masih bisa ditemui di kawasan Jalan Suryakencana, Kota Bogor.

Adalah cungkring, panganan berbahan dasar bibir dan otot kaki sapi.

sate cungkring
sate cungkring (TribunnewsBogor.com/Lingga Arvian Nugroho)

Satu porsinya hanya Rp 16 ribu saja, sudah mendapat beberapa potong cungkring dan lontong yang disiram bumbu kacang.

Atau jika hanya ingin membeli per tusuknya, hanya perlu merogoh kocek Rp 5 ribu saja.

3. Surabi

Selain jenis panganannya yang tradisional, surabi juga masih dibuat dengan cara tradisional pula.

Demi mempertahankan rasa, surabi masih dibuat dengan menggunakan belanga kecil di atas tungku api.

Namun, mengikuti perkembangan zaman, kini surabi disajikan secara lebih modern.

Surabi khas Sunda ini di Kedai Soerabi Duren, Jalan Sudirman, Bogor Tengah, Kota Bogor.
Surabi khas Sunda ini di Kedai Soerabi Duren, Jalan Sudirman, Bogor Tengah, Kota Bogor. (Tribunnewsbogor.com/ Tsaniyah Faidah)

Kini, penyajian jajanan khas Jawa Barat tersebut menggunakan ragam topping kekinian yang membuat tampilannya menjadi lebih menarik.

Seperti di Kedai Soerabi Duren, Jalan Sudirman, Bogor Tengah, Kota Bogor, yang menyajikan aneka topping pada surabinya, seperti kacang, cokelat, keju, durian, oreo, telur, hingga oncom.

"Kalau di sini paling favorit surabi durian keju," kata pedagang Kedai Soerabi Duren, Ujang.

4. Rujak Beubeuk

Kuliner rujak di Indonesia sangat beragam dari berbagai belahan daerah.

Di Jawa Barat, ada rujak beubeuk, merupakan buah-buahan segar yang ditumbuk-tumbuk.

Seperti namanya, proses pembuatan kuliner satu ini bukan diulek melainkan dibebek atau ditumbuk dengan menggunakan lesung atau alu kecil.

Rujak beubeuk kudapan khas Jawa Barat yang banyak digemari karena rasanya yang pedas.
Rujak beubeuk kudapan khas Jawa Barat yang banyak digemari karena rasanya yang pedas. (TribunnewsBogor.com/Tsaniyah Faidah)

Buah-buahan muda yang masih segar ditumbuk dengan bumbu dari gula merah, cabai rawit, garam, terasi, dan air asam.

Bukan hanya proses pembuatannya, wadah rujak beubeuk juga tak kalah unik.

Sebagian besar penjualnya masih menggunakan pincuk daun pisang berukuran mungil sebagai wadah dan sendok.

Namun beberapa orang yang menjual jajanan ini sudah dalam bungkus plastik.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved