Pengalaman Tak Terlupakan Latih Bontang FC, Fakhri Husaini Pernah jadi Korban Match Fixing
Pengalaman pahit jadi korban match fixing atau pengaturan skor pernah dialami pelatih sekelas Fakhri Husaini.
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO, BONTANG - Pengalaman pahit jadi korban match fixing atau pengaturan skor pernah dialami pelatih sekelas Fakhri Husaini.
Persisnya tahun 2011, kala itu ia melatih Bontang FC. Pada musim itu tim sepak bola kebanggaan warga Bontang terdegradasi dari Indonesian Super League (ISL).
Kepada Tribunkaltim.co, Fakhri mengungkapkan serangan para mafia bola pada tim besutannya baru tercium di akhir musim. Bermula saat pengurus Bontang FC menemui Fakhri di kediamannya di Bontang, Kalimantan Timur. Mereka
"Ada pengurus datang ke rumah saya, untuk minta 2 pertandingan terakhir Persiwa dan Persipura. Pengurus datang ke saya, sampaikan kita kalah saja. Toh, menang pun tetap play off," ungkapnya.
Pada sisa 2 laga kandang terakhir, oknum pengurus tersebut meminta Bontang FC kalah dengan selisih 3 gol. Saat itu Fakhri sempat naik pitam mendengar permintaan tersebut.
"Kita sudah terlalu banyak kalah. Ini main di home, kita tak punya apa-apa lagi selain harga diri. Hanya harga diri yang menyelamatkan muka kita, kalau kita kalah habis semua muka kita," tuturnya.
Baca Juga;
Hasil Liga Spanyol, Valencia Tumbangkan Barcelona, Lionel Messi dkk Terancam Dikudeta Real Madrid
Daftar Tim Indonesia untuk Badminton Asia Team Championships 2020, PBSI Turunkan Pemain Unggulan
Liga Italia AS Roma vs Lazio, Bukan Ciro Immobile, Pemain Ini Paling Disorot di Derby della Capitale
Sayang Sekali Bagus Kahfi Berasal dari Indonesia, Seandainya Bukan, Ini yang Bakal Terjadi
Musim terakhir ia menukangi Bontang FC, tim besutannya mengalami banyak kekalahan yang bisa dikatakan cukup telak. Fakhri menduga selama mengarungi musim liga, para pemain dan pengurus kemasukan angin dari mafia bola.
"Pertandingan musim itu banyak kalah telak. Akhirnya saya menduga, selama ini mereka sudah main tanpa sepengetahuan saya. Mereka merusak tim ini (Bontang FC). kenapa di 2 pertandingan itu baru minta ijin ke saya?" selorohnya.
Terungkap dari oknum pengurus tim, bahwa ada pihak yang menjanjikan bakal memberi imbalan berupa uang. Uang tersebut ditaksir dapat membayar gaji pemain, hingga menutup biaya melakoni pertandingan tandang di sisa laga musim tersebut.
"Nanti kita dapat sejumlah uang, uang bisa dipakai untuk bayar gaji pemain, dan biaya away lawan Arema. Beraarti besar dong uangnya. Saya tanya siapa orang itu? Mereka terus berkelit," ungkapnya.
Diakui Fakhri pada musim terakhirnya melatih Bontang FC, keuangan klub goyang. Transisi manajemen dari Pupuk Kaltim ke Pemerintah Kota Bontang membuat klub tak stabil mengarungi jalannya liga.
Banyak persoalan teknis yang mendera Bontang FC, terlebih soal kesejahteraan para pemainnya. Kondisi tersebut benar dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk mempengaruhi pemain hingga ke struktur manajemen, salah satunya para mafia bola.
"Saya tak akan hadir di lapangan, silakan siapa pun yang dampingi tim, saya tak akan datang ke stadion," ancam Fakhri mengenang peristiwa tersebut.
Fakhri kukuh menolak tawaran pengaturan skor tersebut. Dengan menyimpan amarah lantaran tak mendapatkan keterangan jelas soal oknum mafia bola yang merusak tim besutannya.
"Ternyata Allah maha baik ke saya, besoknya ada pemain melapor ke saya, melihat di Hotel Sintuk ada orang China dan India datang ke sana, siap nego dengan pemain. Saya kejar orang itu, saya ajak asisten pelatih. Saya ke sana ternyata mereka sudah chek out. Mungkin mereka pergi lantaran tak dapat persetujuan, gagal atur skor," bebernya.
Baca Juga;
Live Streaming TV Online Inter Milan vs Cagliari, Nuansa Imlek di Liga Italia, Siaran Langsung RCTI
Live Streaming Big Match Liga Italia Napoli vs Juventus, Ujian Maurizio Sarri Di Rumah Sendiri
Tanya Hasil Autopsi Lina, Polisi Jawab tak Sesuai Harapan, Teddy: Kesana Kemari Jadi Kurang Leluasa
Hanya untuk Pembelian Hari Ini, Garuda Beri Diskon 71 Persen untuk Penerbangan hingga 14 Mei 2020
Hasil akhir pertandingan kala itu, Bontang FC meraih poin 1 alias imbang menghadapi tamunya. Pasca kejadian tersebut Fakhri merasa dikhianati. Hal itu disampaikannya saat ia melakukan pertemuan besar dengan pengurus dan pemerintah kota.
"Saya sampaikan, saya dikhianati. Saya tak tahu yang khianati saya pemain atau pengurus, atau mereka sama-sama mengkhianati saya. Kenapa ada datang pengurus ke rumah, minta atur skor? Mereka (semua pihak di pertemuan) tak bisa jawab," ujarnya.
"Itu pengalaman yang gak akan mungkin bisa saya lupakan. Hal itu sampai sekarang tak terjawab," sambungnya. (Tribunkaltim.co/Fachri)