Liga 1
Persebaya, Arema FC, Persib, dan Persija Punya Maskot dan Julukan Identik Hewan, Ini Penjelasannya
Persebaya Surabaya, Arema FC, Persib Bandung, dan Persija Jakarta, tim Liga 1 punya maskot dan julukan identik dengan hewan, ini penjelasannya
Penulis: Cornel Dimas Satrio | Editor: Doan Pardede
"Julukan itu dalam secondary signification milik Ferdinand de Saussure," kata Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Fajar Junaedi.
"Maksudnya, bukan hanya merujuk kepada makna denotasi dari hewan tersebut, namun lebih dimaknai sebagai makna konotatif."

• Beda dengan Idola Bonek di Persebaya, Legiun Asing Arema FC & Mario Gomez Pilih Tetap di Indonesia
"Alasannya tentu dengan makna konotatif tersebut akan membangkitkan semangat pemain, dan fans bisa melakukannya dengan membuat giant atau mini flag bergambar hewan tersebut," jelas dosen berambut gondrong itu.
Sebagai contoh, melihat asal-usul Persib dengan julukan Maung Bandung misalnya, memiliki filosofi tersendiri seperti teori semiotika.
Secara denotasi, maung hanya berarti seekor harimau, binatang buas, pemakan daging dan berbentuk seperti kucing besar.
Akan tetapi, secara konotasi akan memiliki pemaknaan berbeda.
Maung (harimau) menempati posisi tertinggi dalam stratifikasi hewan yang hidup di Tatar Sunda.
Masyarakat Sunda juga memandang maung sebagai simbol semangat dan keberanian.
Di beberapa tempat, maung dipercaya sebagai jelmaan raja termahsyur di Tatar Sunda, Prabu Siliwangi.
Hal tersebut dipengaruhi melalui sebuah kisah yang menceritakan perjalanan ngahiyang atau moksa Prabu Siliwangi beserta para pengikutnya dengan mengubah wujud menjadi harimau.
Asal-usul julukan terbuat dari banyak faktor, termasuk sejarah atau identitas sebuah klub berasal, hingga mitologi lokal yang mengalir secara turun temurun.
Contoh lain, julukan klub yang menggunakan tokoh dalam cerita leluhur seperti Joko Tingkir yang kemudian dipakai oleh Persela Lamongan maupun Mahesa Jenar untuk PSIS Semarang.
"Pola selanjutnya adalah berasal dari budaya populer yang berkembang dan dikenal masyarakat," jelas penulis buku Merawat Sepakbola tersebut.
"Sebagai contoh adalah tokoh Mahesa jenar yang menjadi prajurit kerajaan Demak yang terkenal dari cerita bersambung Nagasasra dan Sabukinten dari SH Mintardja di tahun 1960-an."
"Cerita ini sangat populer bagi masyarakat di Jawa tengah dan Yogyakarta, bahkan menjadi lakon ketoprak."