Liga 1
Persebaya, Arema FC, Persib, dan Persija Punya Maskot dan Julukan Identik Hewan, Ini Penjelasannya
Persebaya Surabaya, Arema FC, Persib Bandung, dan Persija Jakarta, tim Liga 1 punya maskot dan julukan identik dengan hewan, ini penjelasannya
Penulis: Cornel Dimas Satrio | Editor: Doan Pardede
TRIBUNKALTIM.CO - Termasuk Persebaya Surabaya, Arema FC, Persib Bandung, dan Persija Jakarta, tim Liga 1 punya maskot dan julukan identik dengan hewan, ini penjelasannya.
Nyaris semua tim Liga 1 2020 identik dengan julukan maupun maskot jenis hewan.
Contohnya Persebaya Surabaya yang memiliki maskot Jojo dan Zoro.
Seperti diketahui Jojo merupakan maskot berbentuk buaya berwarna hijau, sedangkan Zoro lebih menyerupai ikan hiu, yang kental dengan ciri khas Kota Surabaya.
Julukan Persebaya Surabaya juga identik dengan dengan hewan, Bajul Ijo yang artinya dalam bahasa Jawa adlaah buaya hijau.
• Beda dengan Idola Bonek di Persebaya, Legiun Asing Arema FC & Mario Gomez Pilih Tetap di Indonesia
• Suporter Persebaya Surabaya Bonek dan Klub Idola Aremania, Arema FC Kompak Lawan Virus Corona
• Striker Persija Marko Simic Terang-terangan Pernah Ditolak Main Bareng Luka Modric di Timnas Kroasia
Adapula Persib Bandung dijuluki Maung Bandung, dan memiliki sosok maskot bernama Prabu yang menyerupai harimau.
Kemudian Arema FC dengan julukan Singo Edan dan maskot berkarakter singa yang sering disebut Singo Arema.
Lalu ada Persija Jakarta dengan julukan Macan Kemayoran dan punya maskot baru bernama Bang J yang meyerupai macan.
Begitu juga tim-tim dari luar Pulau Jawa seperti Borneo FC dengan julukan Pesut Etam (Pesut merupakan mamalia langka).
PSM Makassar Juku Eja (ikan merah), hingga Semen Padang Kabau Sirah (kerbau merah).
Tentu banyak cerita di balik penggunaan julukan tersebut sehingga melekat dan dirasa pas dengan keinginan penggemarnya.
Di sisi lain, penggunaan julukan tersebut melekat erat dengan makna konotatif yang dapat dijabarkan dengan teori semiotika milik Ferdinand de Saussure.
Dalam teori tersebut, Ferdinand membagi dua pemaknaan, yakni denotasi dan konotasi.
Mudahnya, denotasi merupakan makna yang terkandung di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Sementara konotasi merupakan makna lanjutan mengikuti perkembangan.
"Julukan itu dalam secondary signification milik Ferdinand de Saussure," kata Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Fajar Junaedi.
"Maksudnya, bukan hanya merujuk kepada makna denotasi dari hewan tersebut, namun lebih dimaknai sebagai makna konotatif."

• Beda dengan Idola Bonek di Persebaya, Legiun Asing Arema FC & Mario Gomez Pilih Tetap di Indonesia
"Alasannya tentu dengan makna konotatif tersebut akan membangkitkan semangat pemain, dan fans bisa melakukannya dengan membuat giant atau mini flag bergambar hewan tersebut," jelas dosen berambut gondrong itu.
Sebagai contoh, melihat asal-usul Persib dengan julukan Maung Bandung misalnya, memiliki filosofi tersendiri seperti teori semiotika.
Secara denotasi, maung hanya berarti seekor harimau, binatang buas, pemakan daging dan berbentuk seperti kucing besar.
Akan tetapi, secara konotasi akan memiliki pemaknaan berbeda.
Maung (harimau) menempati posisi tertinggi dalam stratifikasi hewan yang hidup di Tatar Sunda.
Masyarakat Sunda juga memandang maung sebagai simbol semangat dan keberanian.
Di beberapa tempat, maung dipercaya sebagai jelmaan raja termahsyur di Tatar Sunda, Prabu Siliwangi.
Hal tersebut dipengaruhi melalui sebuah kisah yang menceritakan perjalanan ngahiyang atau moksa Prabu Siliwangi beserta para pengikutnya dengan mengubah wujud menjadi harimau.
Asal-usul julukan terbuat dari banyak faktor, termasuk sejarah atau identitas sebuah klub berasal, hingga mitologi lokal yang mengalir secara turun temurun.
Contoh lain, julukan klub yang menggunakan tokoh dalam cerita leluhur seperti Joko Tingkir yang kemudian dipakai oleh Persela Lamongan maupun Mahesa Jenar untuk PSIS Semarang.
"Pola selanjutnya adalah berasal dari budaya populer yang berkembang dan dikenal masyarakat," jelas penulis buku Merawat Sepakbola tersebut.
"Sebagai contoh adalah tokoh Mahesa jenar yang menjadi prajurit kerajaan Demak yang terkenal dari cerita bersambung Nagasasra dan Sabukinten dari SH Mintardja di tahun 1960-an."
"Cerita ini sangat populer bagi masyarakat di Jawa tengah dan Yogyakarta, bahkan menjadi lakon ketoprak."
"Nama ini kemudian dilekatkan pada PSIS Semarang," ungkap Fajar Junaedi.
Di balik melekatnya sebuah klub, lanjut Fajar Junaedi, peran pers sangat berpengaruh dalam julukan klub.
"Di masa sebelum media internet berkembang luas, pers lokal punya andil dalam membesarkan julukan-julukan bagi tim sepak bola di daerahnya," kata pria yang akrab disapa Mas Jun.
"Yang perlu digarisbawahi, dari mana pun berasal julukan tersebut, pers mempunyai peran besar dalam mempopulerkan," tandas dia.
• Glenn Fredly Punya Tempat Khusus di Hati Arema FC, Ajarkan Singo Edan Indahnya Jatuh Cinta
Makna julukan Singo Edan untuk Arema FC
Arema dan Singo Edan layaknya sebuah kesatuan yang menjadi identitas yang saling melengkapi satu sama lain.
Ketika menyebut nama Arema, pasti Singo Edan terselip pertama dalam pikiran.
Begitu pula ketika menyebut nama Singo Edan, akan tergambar sebuah klub asal Kota Malang dengan warna kebesaran biru dan dengan lambang kepala singanya.
Bisa dibilang Singo Edan sudah menjadi identitas tersendiri bagi Arema.
Pada saat klub mengalami pergantian kepengurusan kepemilikan, perubahan nama tim, transformasi logo, julukan Singo Edan tetap terpatri tidak bergeser.
Namun, di balik kebesaran nama Singo Edan, nyatanya tidak semua tahu asal-usul julukan tersebut, bahkan Aremania sendiri banyak yang kehilangan jejak sejarah.
Singo Edan terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Jawa.
Singo yang artinya singa dan Edan yang artinya beringas, gila, atau tidak waras.
Banyak yang menyebut julukan Singo tersebut muncul dari logo kepala singa yang menjadi ciri khas tim asal Kota Malang tersebut.
Adapun Edan merujuk pada gaya permainan Arema yang keras, lugas, dan tanpa kompromi.
• Arema FC dan Persib Jadi Tim Liga 1 Paling Menderita, Ulah Aremania dan Bobotoh Penyebabnya
Akan tetapi, pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar, juga tidak sepenuhnya salah karena diksi dari Singo Edan tersendiri adalah demikian.
Tidak ditemukan literasi kapan pastinya julukan Singo Edan muncul dan digunakan.
Yang jelas berdasarkan pernyataan dari pentolan-pentolan Aremania, julukan Singo Edan adalah pemberian dari Sam Ikul, sapaan akrab Lucky Acub Zaenal (alm), salah satu pendiri Arema pada 1987.
Salah satu cerita datang dari Noor Ramadhan atau yang biasa dipanggil Nunun.
Nunun adalah salah satu Aremania yang sering mendampingi Sam Ikul selama masa hidupnya, bahkan saat Sam Ikul tengah berjuang melawan hepatitis C.
Nunun bercerita awal mula julukan Singo Edan terjadi tanpa direncanakan, mengalir begitu saja.
Nunun tidak menyebut kapan kejadiannya, tetapi yang jelas dia bercerita tercetus Singo Edan saat perjalanan ke Stadion Brantas Batu.
"Iya, ceritanya para wartawan senior saat itu bersama Sam Ikul satu mobil perjalanan ke Stadion Brantas Batu, ada pertandingan karena Stadion Gajayana direnovasi," kata Nunun kepada Kompas.com.
Sam Ikul berangkat bersama satu mobil dengan awak media yang akan meliput pertandingan.
Karena hubungan kedua belah pihak yang terbilang cukup dekat, di situlah tercetusnya julukan Singo Edan.
Pada waktu itu, Arema masih belum memiliki julukan.
Berawal dari pertanyaan iseng Sam Ikul dan awak media terlibat diskusi ringan mengenai julukan yang cocok untuk Arema.
Kata "Singo" sudah muncul terlebih dahulu. Singo atau Singa dikenal sebagai raja hutan yang merepresentasikan kegagahan, keperkasaan, dan karisma klub Arema.
Kata Singo ini terinspirasi dari zodiak Leo milik Arema yang lahir pada Agustus, inspirasi yang sama saat Arema membuat logo.
Karena diskusi ini berawal dari keisengan, tukar pikiran pun semakin liar.
• Beda dengan Idola Bonek di Persebaya, Legiun Asing Arema FC & Mario Gomez Pilih Tetap di Indonesia
Para awak media memberikan usulan-usulan gila layaknya segerombolan anak muda yang tengah melepas rindu dengan teman sejawat di warung kopi.
Dari usulan-usulan slengean tersebut, kemudian mucul kata Edan sebagai akhirnya.
Bagi orang Jawa sendiri Edan sendiri memiliki makna negatif.
Namun, julukan Singo Edan yang spontan diucapkan tersebut seperti menemukan jalannya sendiri dan tanpa pikir panjang disepakati bersama diiringi gelak tawa kegembiraan.
Sejak saat itu, julukan Singo Edan digunakan oleh Arema. Julukan yang merepresentasikan bagaimana Arema berdiri gagah melawan semua rintangan yang menghadang tanpa batasan logika.
(*)
IKUTI >> Update Liga 1