Berita Pemprov Kalimantan Utara

Perusahaan Tetap Wajib Bayar THR, Gubernur Irianto Segera Keluarkan Edaran dalam Pekan Ini

akan diadopsi Pemprov Kaltara dari Menaker untuk dijalankan semua pengusaha dan karyawan dalam pemberian THR.

HUMASPROV KALTARA
KETENAGAKERJAAN - Gubernur Kaltara Dr H Irianto Lambrie saat mengunjungi fasilitas pembangkit listrik milik PT SAS pada 2016 lalu. Gubernur Irianto mewajibkan perusahaan untuk tetap membayar THR 2020 bagi para karyawannya sesuai aturan Kementerian Ketenagakerjaan. 

TANJUNG SELOR - Pemerintah melalui Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziah telah menerbitkan edaran, tentang pelaksanaan pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) 2020 di masa pandemi Covid-19.

Edaran ini, seperti disampaikan Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) Dr H Irianto Lambrie, akan diadopsi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltara untuk dijalankan semua pengusaha dan karyawan dalam pemberian THR.

"Minggu ini kita akan buat edaran yang mengacu pada edaran Menteri tersebut. Sejumlah arahan dalam edaran Menaker juga akan kita tindaklanjuti seperti, permintaan agar Pemprov membentuk Posko THR," kata Gubernur, Minggu (10/5/2020).

Ada empat poin utama dalam pelaksanaan pemberian THR tahun 2020. Pertama, memastikan perusahaan agar membayar THR kepada buruh sesuai peraturan perundang-undangan.

Kedua, perusahaan yang tidak mampu membayar THR pada waktu yang ditentukan sesuai peraturan perundang-undangan, maka solusinya harus melalui proses dialog antara pengusaha dan karyawan atau buruh.

“Dalam edaran itu juga diatur bahwa dialog harus dilakukan secara kekeluargaan, dilandasi dengan laporan internal perusahaan yang transparan dan beritikad baik untuk mencapai sebuah kesepakatan,” ujarnya.

Dialog antara pengusaha dan karyawan dapat menyepakati tiga hal. Pertama, perusahaan yang tidak mampu membayar THR secara penuh pada waktu yang ditentukan sesuai peraturan, pembayaran THR dapat dilakukan secara bertahap atau dicicil.

Kedua, perusahaan yang tidak mampu membayar THR sesuai waktu yang ditentukan peraturan, pembayaran THR dapat ditunda sampai waktu yang disepakati. Dialog antara pengusaha dan buruh bisa juga menyepakati soal waktu dan cara pengenaan denda keterlambatan pembayaran THR.

“Kesepakatan pembayaran THR apapun yang dihasilkan dari dialog pengusaha dan karyawannya nanti dilaporkan ke pemprov, melalui Disnakertrans,” ujarnya.

Kepala Disnakertrans Kaltara Armin Mustafa menambahkan, kesepakatan mengenai waktu dan cara pembayaran THR keagamaan dan denda tidak menghilangkan kewajiban pengusaha untuk membayar THR kepada buruh dengan besaran sesuai peraturan dan dibayarkan pada tahun 2020.

“Demi mendorong pelaksanaan pembayaran THR sebagaimana yang telah digambarkan Ibu Menteri, kita akan segera buka Posko THR dengan tetap memperhatikan standar kesehatan pencegahan Covid-19,” ujarnya.

Pandemi Covid-19 telah berdampak ke berbagai sektor. Tak terkecuali di dunia usaha. Sehingga hal ini mempengaruhi hubungan pengusaha dan karyawan dalam hal pemenuhan hak pekerja seperti upah dan THR.

Banyak pengusaha disinyalir mengalami kesulitan finansial. Bahkan tidak sedikit perusahaan yang merumahkan dan bahkan telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawannya. Sesuai edaran Menaker tersebut, bagi perusahaan yang tidak terdampak langsung, pemberian THR tetap mengacu pada peraturan yang ada.

Untuk diketahui, THR merupakan pendapatan non-upah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan. THR wajib diberikan pengusaha kepada karyawan atau buruh, dibayar paling lambat 7 hari sebelum hari raya keagamaan.

Pengusaha yang telat membayar THR dikenakan denda 5 persen dari total THR yang harus dibayar sejak berakhirnya batas waktu kewajiban pengusaha untuk membayar. Pengenaan denda ini tidak menghilangkan kewajiban pengusaha untuk membayar THR kepada pekerja.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved