Virus Corona

Dokter Ungkap Virus Corona Sanggup Bertahan di Smartphone, Jangan Sepelekan, Segera Lakukan Ini

Dokter ungkap Virus Corona sanggup Bertahan di gadget termasuk smartphone, jangan anggap sepele, segera lakukan bersihkan secara berkala

Penulis: Cornel Dimas Satrio | Editor: Rafan Arif Dwinanto
Kolase TribunKaltim.co / freepik.com
Virus Corona bisa bertahan di gadget atau smartphone 

TRIBUNKALTIM.CO - Kabar terbaru, Dokter ungkap Virus Corona sanggup Bertahan di gadget termasuk smartphone, jangan anggap sepele, segera lakukan ini.

Pandemi Virus Corona masih belum berakhir.

Tak hanya perlu membatasi diri dari ruang publik, masyarakat juga perlu mewaspadai benda-benda yang dipakai, terutama smartphone.

Pasalnya, Virus Corona bisa bertahan digadget termasuk smartphone.

Jangan dianggap sepele, sebab setiap hari manusia selalu beraktivitas dengan gadget atau smartphone dalam genggaman.

Hal ini diungkapkan Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Dokter Nuvi Nusarintowati, saat menjadi narasumber dalam program Sapa Indonesia Pagi yang diunggah di kanal YouTube KompasTV, Selasa (19/5/2020).

Serangan Baru Amerika Serikat ke China soal Virus Corona, Donald Trump Kirim Ancaman ke Petinggi WHO

Ini Cara Adaptasi Hadapi New Normal dan Berdamai dengan Virus Corona yang Sempat Disinggung Jokowi

Benarkah Perokok Lebih Rentan Tertular Virus Corona? Begini Penjelasan Dokter

Mulanya, presenter menanyakan pertanyaan dari warganet soal kemungkinan Virus Corona yang dapat bertahan di gadget atau smartphone.

"Selamat pagi dok, apakah Virus covid dapat bertahan di gadget ??" tanya akun @loritaandikassa.

Nuvi Nusarintowati menjelaskan Virus Corona memang dapat bertahan hidup di permukaan benda, seperti gadget termasuk smartphone.

"Jadi dikatakan dalam penelitian bahwa covid-19 bisa bertahan beberapa waktu pada permukaan benda, termasuk di gadget kita," jelas dia.

Untuk lama waktu Virus Corona bisa bertahan, Nuvi Nusarintowati mengatakan maksimal bisa sampai 5 hari.

Oleh karena itu, Dokter Nuvi Nusarintowati mengimbau agar masyarakat bisa membersihkan gadget secara berkala.

Dirinya juga mengatakan bisa menggunakan plastik untuk melindungi gadget dari paparan Virus Corona.

"Mungkin sekitar, bisa 3 sampai 5 hari bertahan.

Oleh sebab itu mungkin kita bisa membersihkannya secara berkala, atau memakai plastik apabila kita akan bepergian.

Jadi gadget maupun smartphone, harus lebih sering dibersihkan permukaannya," kata Nuvi Nusarintowati.

Hal ini dilakukan karena Virus Corona mudah masuk ke dalam tubuh melalui tangan dan memegang wajah.

"Iya betul ( Virus Corona terkena tangan ), lalu kena ke wajah."

Sebelumnya, Nuvi Nusarintowati memberikan penjelasan bahaya merokok dengan penyebaran Virus Corona.

Jusuf Kalla Klaim Tak Bisa Berdamai dengan Virus Corona, Sebut Pernyataan Jokowi Kurang Tepat

Nuvi Nusarintowati mengatakan merokok dapat mempengaruhi komposisi dalam saluran pernapasan.

Begitu juga dengan Virus Corona yang dapat menyerang sistem pernapasan.

Oleh karena itu, Nuvi Nusarintowati menjelaskan merokok bisa berdampak langsung.

"Kita ketahui bersama bahwa Virus covid-19 ini menyerang sistem pernapasan.

Orang yang merokok dalam janga waktu yang lama, zat-zat yang ada dalam asap rokok itu akan mempengaruhi komposisi dalam saluran pernapasan itu," jelas dia.

Menurutnya, merokok juga menyebabkan kapasitas paru-paru menjadi tidak maksimal.

"Jadi menyebabkan fungsi kapasitas paru itu tidak optimal, fungsi imun di paru-paru itu juga menurun karena pola itu (merokok)," beber Nuvi Nusarintowati.

Lebih lanjut, Nuvi Nusarintowati mengatakan perilaku merokok juga menjadi faktor pendukung masuknya Virus Corona ke dalam tubuh.

"Yang kedua adalah untuk seorang perokok, maka perilaku merokok dengan memegang rokok dengan jari kemudian kontak ke mulut akan memudahkan kontaminasi virus itu masuk ke dalam tubuh kita," kata dia.

Dijelaskannya, satu di antara anjuran pemerintah untuk mencegah Virus Corona adalah dengan menghindari memegang wajah dan mulut.

"Karena kita ketahui bersama salah satu upaya mencegah penyebaran covid yaitu dengan menghindari memegang daerah wajah, mulut, maupun mata.

Jadi anjurannya kami tentu saja berhenti merokok, supaya bila terkena virus dampaknya tidak jauh lebih buruk karena rokok," pungkas Nuvi Nusarintowati.

Simak videonya selengkapnya:

Termasuk China dan AS, Negara di Dunia Bakal Diterpa Hal Mengerikan Imbas Virus Corona, PBB Mengakui

Sinar Far-UVC bisa bunuh virus

Upaya untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona baru, SARS-CoV-2 yang menyebabkan covid-19 terus diteliti.

Salah satunya pemanfaatan sinar ultraviolet jauh atau Far-UVC.

Sinar ultraviolet C (UVC) dengan panjang gelombang 222 nanometer ( Far-UVC ) telah terbukti mematikan bakteri tanpa membahayakan kulit mamalia.

Sinar Far-UVC ini juga mencoba dimanfaatkan para peneliti di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FT-UI) yang berkolaborasi dengan Ikatan Alumni FTUI (ILUNI FTUI) mengembangkan Bilik Disinfeksi Cepat (BDC)-04 sebagai bentuk sumbangsih UI dalam mengurangi dampak penularan covid-19.

"Cara kerja BDC-04 ini adalah dengan proses penonaktifan mikroorganisme, bakteri dan virus dengan menggunakan sinar ultraviolet yg dikenal dengan Far-UVC, yang memiliki panjang gelombang 207-222 nm, akan dengan cepat membunuh virus dan aman bagi tubuh manusia," tutur Dekan FTUI Dr. Ir. Hendri D.S. Budiono, M.Eng, seperti melansir Kompas.com.

Pada sebuah uji coba yang dilakukan para peneliti di Center for Radiological Research, Columbia University Medical Center, New York telah menunjukkan sinar tersebut dapat mematikan virus H1N1.

Dalam makalah yang dilansir dari Nature, Sabtu (2/5/2020), sebelumnya, penelitian sinar Far-UVC (207-222 nanometer) secara efisien mampu menonaktifkan bakteri tanpa membahayakan kulit mamalia yang menjadi objek uji coba.

Sebab, adanya daya serap yang kuat pada bahan biologi, sinar far-UVC tidak dapat menembus lapisan luar kulit atau mata manusia.

Sejumlah ilmuwan pun berhasil menunjukkan bukti, jika gelombang sinar UVC dapat memberi efek serupa pada virus, seperti dipaparkan dalam makalah di Scientific Reports yang dipublikasikan pada Februari 2020 lalu.

Bakteri dan virus berukuran mikrometer atau memiliki dimensi yang sangat kecil, far-UVC dapat menembus dan menonaktifkannya.

Penyakit yang disebabkan oleh mikroba umumnya menyebar melalui udara, seperti influenza dan tuberkulosis.

Pendekatan langsung untuk mencegah penularan melalui udara yakni dengan inaktivasi patogen di udara dan potensi antimikroba udara dari sinar UVC telah lama diterapkan.

Namun, penggunaan secara luas dalam pengaturan publik masih terbatas mengingat sumber cahaya UVC konvensional bersifat karsiogenik dan katarakogenik.

Far-UVC berhasil non-aktifkan virus H1N1 Dosis far-UVC yang digunakan untuk mematikan virus sangat rendah yakni dengan 2mJ/cm2 dari 222 nm cahaya dapat mematikan lebih dari 95 persen virus influenza H1N1 di udara.

Cahaya UVC dosis rendah, kata penulis, dengan dosis yang sangat rendah di lokasi ruang publik dalam ruangan adalah cara yang menjanjikan untuk mengnonaktifkan virus.

Penemuan ini juga diklaim aman dan cara yang murah untuk mengurangi penyebaran penyakit mikroba yang dimediasi udara.

Studi sebelumnya berhasil menunjukkan manfaat sinar Far-UVC untuk mengekspos bakteri yang diradiasi pada permukaan atau dalam suspensi.

"Kami telah mengembangkan pendekatan sterilisasi berbasis sinar UV menggunakan Far-UVC dengan panjang gelombang tunggal yang dihasilkan oleh exilamps yang difilter," jelas penulis.

Secara selektif, sinar UV ini menonaktifkan mikroorganisme, tetapi tidak memberi kerusakan biologis pada sel dan jaringan mamalia yang terpapar.

Pendekatan ini didasarkan pada prinsip biofisik dalam sinar far-UVC yang dapat melintasi dan menonaktifkan bakteri dan virus yang biasanya berukuran mikrometer atau lebih kecil.

Peneliti mengklaim keuntungan utama dari pendekatan berbasis UVC, yang sangat kontras dengan pendekatan vaksinasi, adalah bahwa sinar UV ini cenderung efektif terhadap semua mikroba di udara.

"Untuk pertama kalinya, kami menunjukkan far-UVC secara efisien menonaktifkan virus aerosol di udara," tulis penulis dalam makalah tersebut.

Hasil penelitian ini diklaim dapat menjadi cara yang mudah dalam pencegahan dan pengurangan infeksi virus melalui udara tanpa membahayakan kesehatan manusia yang melekat pada lampu UVC germicidal konvensional.

Jika hasil ini dikonfirmasi dalam skenario lain, maka penggunaan lampu UVC tingkat sangat rendah di lokasi publik dapat mewakili metodologi yang aman dan efisien untuk membatasi transmisi dan penyebaran penyakit mikroba yang dimediasi udara melalui udara. Lokasi umum seperti rumah sakit, kantor dokter, sekolah, bandara dan pesawat terbang dapat dipertimbangkan di sini.

Pendekatan ini dapat membantu membatasi epidemi influenza musiman, penularan TBC, serta pandemi besar.

Salah satunya kemungkinan untuk menerapkan sinar Far-UVC pada upaya pengurangan dampak penularan infeksi virus corona baru yang menyebabkan covid-19, seperti yang dilakukan para peneliti FT-UI.

(*)

Ikuti >>> Update Virus Corona
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Penjelasan Dokter soal Berapa Lama Virus Corona Dapat Bertahan di Gadget: Bersihkan secara Berkala, https://wow.tribunnews.com/2020/05/19/penjelasan-dokter-soal-berapa-lama-virus-corona-dapat-bertahan-di-gadget-bersihkan-secara-berkala.
Penulis: Vintoko
Editor: Claudia Noventa
dan
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cegah covid-19, Apa itu Sinar Far-UVC yang Dapat Membunuh Virus di Udara?", https://www.kompas.com/sains/read/2020/05/02/190300323/cegah-covid-19-apa-itu-sinar-far-uvc-yang-dapat-membunuh-virus-di-udara-?page=all.
Penulis : Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas
Editor : Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas
Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved