Virus Corona

Kenapa Ada yang Menginfeksi Covid-19 ke Sejumlah Banyak Orang, Ada Juga yang Tidak Sama Sekali

Wabah covid-19 yang melanda belahan dunia, begitu cepat menyebar, virus ini sangat mudah menjangkit ke setiap orang.

Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/BUDI SUSILO
ILUSTRASI - Jaga jarak dan gunakan pelindung diri masker dalam rangka tangkal penyebaran virus Corona saat beraktvitas belanja di luar rumah, di Hypermart Plaza Balikapan Jalan Jenderal Sudirman Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur, Sabtu (23/5/2020) sore. 

Pada SARS-CoV-2, penularan virus sebagian besar melalui droplet atau tetesan liur ketika orang yang terinfeksi batuk, berteriak, atau berbicara. Virus ini juga bisa menyebar melalui aerosol yang lebih halus, bergantung pada jenis udaranya. Jadi memungkinkan satu orang menginfeksi banyak orang.

"Sebagian besar klaster dengan tingkat penularan tinggi tampaknya melibatkan transmisi aerosol,” kata Fraser, yang juga pernah mempelajari superspreading dalam Ebola dan HIV.

Selain itu, karakteristik dari masing-masing orang yang terinfeksi juga mempengaruhi penularan. Sebab, beberapa orang terinfeksi ternyata bisa mengeluarkan lebih banyak virus dan jangka waktu penularannya juga lebih lama.

Hal ini mungkin karena perbedaan dalam sistem kekebalan atau distribusi reseptor virus dalam tubuh orang yang terinfeksi. Sebuah studi pada tahun 2019, menunjukkan beberapa orang ternyata menghirup partikel lebih banyak daripada yang lain ketika mereka berbicara.

Baca Juga: Update Virus Corona di Kutim, Tambah 1 Positif Covid-19 dan Pasien KTM 1 Dinyatakan Sembuh

Perilaku juga memainkan peran, seperti memiliki banyak kontak sosial atau tidak mencuci tangan membuat seseorang lebih mungkin menularkan virus. Faktor lainnya adalah risiko penularan di ruangan tertutup.

Sebuah penelitian di Jepang menemukan bahwa risiko infeksi di dalam ruangan hampir 19 kali lebih tinggi daripada di luar ruangan. Ini juga yang membuat Jepang menasihati warganya untuk menghindari ruang tertutup dan kerumunan.

Contoh tempat yang rentan penularan covid-19 adalah pabrik pengepakan daging, di mana banyak pekerja yang saling berdekatan dan suhunya yang dingin. Kondisi lainnya menunjukkan, penularan sangat berpotensi terjadi di tempat-tempat dengan orang banyak yang berteriak atau bernyanyi, seperti yang terjadi pada klaster paduan suara AS. Aktivitas seperti kelas zumba juga lebih berisiko dari pada kelas pilates.

Ini yang terjadi di Korsel di mana kelas zumba menjadi klaster penularan. "Mungkin bernafas dengan tenang dan pelan tidak jadi risiko, melainkan pada kegiatan yang menghasilkan nafas berat dan dalam, atau nafas cepat dan berteriak," kata kata Althaus.

Kecepatan virus menginfeksi juga berperan penting dalam proses penularan. Perlu Antisipasi Risiko Penularan Superspreading Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko penularan covid-19 melalui superspreading ini harus diantisipasi oleh negara-negara yang sudah berhasil menekan tingkat kasus baru.

Jika tidak, maka sia-sia semua usaha sebelumnya yang sudah dikerahkan. Seperti yang sempat terjadi di Korea Selatan. Setelah berhasil menekan jumlah kasus, pemerintah melonggarkan aturan menjaga jarak pada awal Mei lalu, ternyata ada seorang pria yang positif covid-19 yang mengunjungi beberapa kelab.

Hasilnya terjadi penambahan 170 kasus baru usai melalukan tes pada ribuan orang yang berkaitan dengan pria tersebut. Superspreading kembali membuat lonjakan kasus di Korea Selatan. Oleh sebab itu, penting untuk mempelajari klaster covid-19 supaya bisa langsung menyasar target penyebaran dan memutus mata rantai. Tapi sayangnya, tak semua negara punya data yang terperinci mengenai penelurusan kontak (contact tracing) terkait pasien covid-19.

Baca Juga: Penjelasan Psikolog, Kenapa Ada Kerumunan Massa di Mall atau Pasar Saat Masih Pandemi Corona

Hal ini juga yang pada akhirnya membuat pemangku kebijakan memilih untuk melakukan penutupan wilayah (lockdown). Sulit untuk mendeteksi tempat-tempat transmisi, sehingga lebih baik menargetkan penutupan wilayah secara luas.

Memang, malakukan penelusuran kontak juga cenderung bias karena orang umumnya akan lebih mengingat kunjungan ke event besar. Misal dia lebih ingat pernah menghadiri pertandingan bola, ketimbang pernah potong rambut di salon. Kondisi ini membuat untuk mencari klaster terperinci jadi susah, alhasil klaster lebih besar yang didapatkan.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved