Presiden Ancam Reshuffle Kabinet, Fahri Hamzah Kasihan Lihat Jokowi Marah, Kecewa, Putus Asa
Presiden ancam reshuffle Kabinet Indonesia Maju, Fahri Hamzah kasihan lihat Jokowi marah, kecewa, putus asa
TRIBUNKALTIM.CO - Presiden ancam reshuffle Kabinet Indonesia Maju, Fahri Hamzah kasihan lihat Jokowi marah, kecewa, putus asa.
Pidato Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang mengancam akan reshuffle Kabinet Indonesia Maju menuai banyak reaksi.
Satu diantaranya dari eks politikus PKS Fahri Hamzah.
Fahri Hamzah mengaku kasihan melihat Presiden mengucapkan kata-kata tersebut.
Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Fahri Hamzah ikut menyoroti kemarahan Presiden Joko Widodo ( Jokowi) yang tidak puas dengan capaian-capaian para pembantunya.
Kemarahan presiden sebelas hari yang lalu itu baru muncul saat ini, justru membuat Fahri miris dan kasihan melihatnya.
• Blak-blakan, Moeldoko Ungkap Dibalik Kemarahan Jokowi, Datang ke Zona Merah, Singgung Ciri Panglima
• Achmad Yurianto Beber Fakta Mengejutkan di Jawa Timur, Sorot Jumlah Tes Spesimen di Wilayah Khofifah
• Doni Monardo Beber Virus Corona Bisa Tambah Parah Jika Indonesia Turuti WHO: Jangan Ditelan Mentah
• Refly Harun Bongkar Penyebab Kinerja Menteri Jokowi Tak Efektif, Presiden Tak Terapkan Sistem Ini
"Saya, terus terang baru melihat presiden marah rada serius (karena tidak pegang teks).
Meski pun sebenarnya itu, kemarahan yang dipandu dengan teks.
Saya kasihan juga melihat presiden bisa frustasi seperti itu," kata Fahri dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Senin (29/6/2020).
Namun, yang menjadi pertanyaan Fahri adalah kenapa presiden marah sepuluh hari yang lalu, kemudian baru diunggah di laman resmi akun sosial media Sekretariat Negara, sepuluh hari kemudian.
"Dan nyaris sepuluh hari itu tidak ada bocoran sama sekali? Karena sepertinya itu adalah pidato di ruang tertutup yang diikuti oleh pimpinan lembaga-lembaga negara yang merupakan bukan anak buahnya presiden, karena ada Gubernur BI, juga pimpinan-pimpinan lembaga yang afiliat dengan kerja-kerja eksekutif," paparnya.
Di sisi lain, Fahri yang merupakan mantan wakil ketua DPR periode 2014-2019 itu mengaku kalau sebenarnya banyak sekali respon tentang cara lembaga Kepresidenan dalam mengelola lembaga negara.
Pertama-tama, dirinya tidak setuju dengan istilah penggunaan rapat sebenarnya, karena Presiden itu tidak memerlukan rapat tetapi lebih berkonsultasi.