Saat Ini, Bumi Berada pada Titik Aphelion, Bagaimana Dampaknya untuk Indonesia, Ini Penjelasannya
Saat ini, Bumi berada di titik Aphelion, apakah itu dan bagaimana dampaknya untuk Indonesia, simak fakta dan penjelasan lengkapnya
TRIBUNKALTIM.CO - Saat ini, Bumi berada di titik Aphelion, apakah itu dan bagaimana dampaknya untuk Indonesia, simak fakta dan penjelasan lengkapnya.
Untuk saat ini, Bumi sedang berada di titik Aphelion yakni titik terjauh dari Matahari.
Adakah dampaknya untuk Indonesia, begini fakta dan penjelasan lengkapnya.
Bumi bergerak mengelilingi Matahari dalam lintasan elips.
Artinya ada saat di mana Bumi berada pada titik terdekatnya dengan Matahari dan ada kalanya Bumi berada sangat jauh dari Matahari.
Ketika Bumi berada di titik terjauh dengan Matahari, ini disebut Aphelion.
• Manfaat Siklus Air Bagi Kehidupan di Bumi, Belajar dari Rumah TVRI Kelas 4-6 SD, Selasa 2 Juni 2020
• Mungkinkah Ada Kehidupan? Ditemukan Lagi Planet Seukuran Bumi
• Heboh Suara Dentuman Misterus di Bandung Jelang Lebaran Idul Fitri, hingga Asteroid Dekati Bumi
• Asteroid Ini Melintas Sangat Dekat dengan Bumi, Ada Peluang 10% Tabrak Bumi, Apakah Berbahaya?
Fenomena ini terjadi setiap tahun dan selalu jatuh di bulan Juli.
Dilansir laman Langit Selatan, Hari ini (6/7/2020), Bumi berada di titik terjauh dari Matahari dengan jarak 1,0167 AU atau 152.505.000 kilometer.
Sementara pada Sabtu (4/7/2020), pukul 18.34 WIB, Bumi berada di jarak 152.095.295 kilometer dari Bumi.
"Yang memengaruhi Aphelion adalah bentuk orbit Bumi yang bukan lingkaran sempurna, melainkan berbentuk elips," kata Andi Pangerang, Peneliti dari Pusat Sains Antartika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional ( Lapan ) Andi Pangerang kepada Kompas.com, Minggu (5/7/2020).
Fenomena titik Aphelion ini dapat diamati dengan teleskop berfilter.
Meskipun demikian memang perbedaannya tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan ketika perihelion 5 Januari lalu.
Matahari akan terlihat sedikit lebih kecil dibandingkan rata-rata yakni sekitar 15,73 menit busur atau berkurang 1,68 persen.
"Sekitar 3,36 persen lebih kecil dibandingkan ketika Perihelion," kata Andi.
• 18 Tahun Lepas dari Indonesia, Timor Leste Kini Diterpa Kabar Buruk, 2020 Ada Andil Virus Corona
• Digerebek Istri Saat di Kamar Hotel, Wanita Selingkuhan Suaminya Ternyata Sudah Hamil 2 Bulan
• Sudjiwo Tedjo Tak Berani Komentar Jujur Tanggapi Pembahasan Reisa Broto soal Pembelajaran Jarak Jauh
• Kerumunan Orang Berseragam Lion Air Berpelukan dan Menangis, Korban PHK? Ini Penjelasan Manajemen
Andi mengungkapkan, waktu yang mendekati terjadinya Aphelion yakni pada saat menjelang masuknya waktu Maghrib.
Tak hanya itu, durasi fenomena langit ini juga tak memakan waktu lama, hanya setengah jam saja.
"Setengah 6 sore untuk Jakarta dan sekitarnya, jadi beda-beda di setiap tempat, karena Maghribnya kan juga beda-beda waktunya," papar Andi.
"Durasi waktunya juga nggak lama-lama. Cuma setengah jam saja," pungkas dia.
Nah, sementara titik terdekat Bumi dengan Matahari disebut Perihelion.
Fenomena ini terjadi setiap bulan Januari.
Lantas, apa dampak Aphelion untuk Indonesia?
Andi menjelaskan, sebenarnya fenomena Aphelion tidak berdampak signifikan pada Indonesia.
Posisi Bumi yang berada pada titik terjauh dari Matahari juga tak memengaruhi panas yang diterima Bumi.
Ini karena, radiasi dari Matahari terdistribusi secara merata di seluruh permukaan Bumi.
"Sehingga jarak Bumi ke Matahari tidak terlalu signifikan memengaruhi tingkat radiasi yang mengenai permukaan Bumi," terang Andi.
"Jadi dampak signifikan dari Aphelion tidak ada, tapi cuaca yang belakangan ini lebih dingin lebih disebabkan oleh Angin muson tenggara yang bertiup dari Australia ke Asia," papar Andi.
Dia menjelaskan, distribusi yang paling signifikan memengaruhi cuaca Bumi disebabkan oleh pola Angin.
Mengingat saat ini Angin bertiup dari arah Selatan yang tengah mengalami musim dingin, maka Indonesia akan merasakan suhu yang lebih dingin.
Menurut dia suhu dingin ketika pagi hari yang terjadi belakangan ini merupakan hal yang biasa terjadi pada musim kemarau.
Sehingga bukan disebabkan karena fenomena Aphelion.
Selain itu, kemungkinan suhu dingin ini akan berlangsung hingga Agustus mendatang.
"Karena tutupan awan yang sedikit, jadi tidak ada panas dari permukaan Bumi (yang diserap dari cahaya Matahari dan dilepaskan pada malam hari) yang dipantulkan kembali ke permukaan Bumi oleh awan," jelas Andi.
Mengingat posisi Matahari saat ini berada di belahan Utara, maka tekanan udara di belahan Utara lebih rendah jika dibandingkan belahan Selatan yang mengalami musim dingin.
Oleh karena itu, kata Andi, Angin bertiup dari arah Selatan menuju Utara.
"Saat ini Angin yang bertiup itu dari arah Australia yang memang mengalami musim dingin," jelas Andi.
Dampak yang ditimbulkan yakni efek penurunan suhu, khususnya di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang terletak di selatan khatulistiwa, yang saat ini sedang terjadi.
• Hari Ini Woo Do Hwan, Aktor The King: Eternal Monarch Jalani Wamil, Ini Salam Perpisahan Lee Min Ho
• Pilkada 2020, Golkar Pastikan Usung Bobby Nasution, Menantu Jokowi sebagai Calon Walikota Medan
• Ramalan Zodiak Hari Ini Terbaru Senin 6 Juli 2020 Cancer Dapat Hadiah, Sagitarius Gelap dan Suram
• AC Milan Tawarkan Paolo Maldini Tetap Bertahan, Syaratnya Bisa Bikin Sang Legenda Tersinggung
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sore Ini Bumi Berada pada Titik Aphelion, Simak Fakta-faktanya...", .
"Bumi Berada di Titik Aphelion, Apa Dampaknya untuk Indonesia?"