Muara Enggelam, Desa Pelosok yang Visioner dan Pantang Mengeluh di Kukar, Kelola PLTS Lewat BUMDes
Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) adalah salah satu Desa di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) yang panta
Penulis: Aris Joni |
TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONG- Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) adalah salah satu Desa di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) yang pantang mengeluh dengan segala keterbatasannya.
Warganya tidak disibukkan oleh berbagai persoalan kendati banyak masalah dengan keterbatasan infrastruktur yang belum memadai, salah satunya telah puluhan tahun tidak merasakan aliran listrik 24 jam serta tidak memiliki akses jalan darat.
Namun, semua permasalahan tersebut dapat dilalui oleh warga dengan semangat dan spirit untuk terus maju dengan kamandirian dan tentunya melalui aparatur desanya yang tidak kenal lelah untuk terus berjuang guna memenuhi kebutuhan Infrastruktur dasar untuk warganya.
Kepala Bidang Pengelolaan Komunikasi Publik (PKP) Dinas Komunikasi dan Informatika atau Diskominfo Kukar, Ahmad Rianto mengungkapkan, dengan segala keterbatasannya, warga Desa Muara Enggelam sibuk dengan aktivitas bagaimana mangatasi permasalahannya dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
“Walau banyak kekurangan infrastruktur di Desa Muara Enggelam, namun warganya tidak pernah mengeluh bahkan tidak pernah protes apalagi sampai melakukan demo menuntut pembangunan infrastruktur di desanya,” ujarnya. Rabu, (8/7/2020).
Baca juga: 4.334 Kartu Tani Sudah Didistribusikan ke Kantor BRI, Ini Loh Syarat Pengambilannya
Baca juga: Tak Ada Laporan Soal Djoko Tjandra, Mahfud MD Panggil 4 Institusi Ini, Termasuk Jajaran Idham Azis
Diketahui, Desa Muara Enggelam adalah salah satu desa pelosok yang terisolir dengan tanpa akses hubungan transportasi darat.
Desa yang terletak di tepian Danau Melintang di Muara Sungai Enggelam berada pada wilayah Kecamatan Muara Wis.
Rianto menjelaskan, karakteristik wilayah Desa Muara Enggalam berada di daerah genangan air sepanjang tahun bahkan tidak memiliki daratan.
Kemudian, awalnya semua warga bermukim di rumah dengan konstruksi rumah apung yang biasa disebut rumah rakit yang menggunakan kayu gelondongan sebagai landasan rumah apung atau rumah rakit.
“Sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan tangkap perairan darat dan mengolah produk hasil olahan ikan asin,” tuturnya.
Kondisi permukiman berupa rumah rakit ini menyesuaikan aktivitas warga yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan tangkap dan pengolahan hasil tangkapan nelayan.
Dengan kondisi alam pasang surut air sungai yang dipengaruhi pasang surut Sungai Mahakam dan Danau Melintang sehingga rumah rakit selalu mengikuti ketinggian air di Muara Sungai Enggelam.
Ia menambahkan, dalam perkembangan pembangunan desa, telah dibangun badan jalan konstruksi kayu ulin yang terbentang sepanjang dua sisi Sunga Enggelam kurang lebih 2 kilometer di permukiman alur Muara Sungai Enggelam.