Antisipasi Karhutla di Lahan Gambut, BPBD PPU Lakukan Sosialisasi Kepada Masyarakat
BPBD PPU melakukan pendekatan dan sosialisasi kepada masyarakat terkait antisaipasi Kebakaran Hutan dan Lahan dalam menghadapi musim kemarau
TRIBUNKALTIM.CO, PENAJAM - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Penajam Paser Utara atau BPBD PPU melakukan pendekatan dan sosialisasi kepada masyarakat terkait antisaipasi Kebakaran Hutan dan Lahan ( Karhutla ) dalam menghadapi musim kemarau tahun 2020.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD PPU, Nurlaila, mengatakan dalam upaya mengantisipasi Karhutla tahun ini, pihaknya melibatkan TNI/Polri, Satpol PP serta unsur Desa dan Kelurahan dalam melakukan giat sosialisa untuk menjaga kondisi lahan agar terhindar dari potensi terjadinya karhutla di wilayah bermaterial lahan gambut.
"Khususnya untuk wilayah-wilayah yang memang berpotensi. Seperti material lahannya gambut. Penanganannya itu cukup berat," kata Nurlaila, Senin (24/8/2020).
Menurut dia, saat kondisi panas dan cukup terik dalam waktu yang lama, dalam waktu 1 hingga 2 bulan warga akan melakukan pembersihan lahan. Pada saat itu juga bisa saja mayarakat kurang mengantisipasi kebakaran sehingga potensi kebakaran bisa meluas.
Baca juga; Terpantau Sejumlah Titik Panas di Kaltara, BPBD Segera Edukasi Aparat Desa Cegah Karhutla
Baca juga; Antisipasi Karhutla di PPU, BPBD Telah Siapkan Peralatan
"Pada saat angin kencang dan panas terik, mudah terjadi kebakaran lahan dan meluas." lanjut dia.
Apalagi lahan itu merupakan lahan bermaterial gambut, penanganannya membutuhkan waktu yang lama. Nurlaila pun mengatakan pihaknya kala itu pernah menangani karhutla bermaterial lahan gambut hingga 9 hari lamanya.
"Saat Januari lalu, kita menangani kebakaran lahan di Giripurwa. Selama 9 hari. Kebakaran waktu itu cukup luas sekitar 8 hektare merupakan lahan gambut," kata dia.
Adapun kendala yang dihadapi tim BPBD pada saat terjadi di Lahan Gambut yakni ketersediaan air yang sulit karena mencari air dengan debit yang cukup itu sangat sulit. Apalagi kata dia, akses armada pemadam api tidak ada. Sehingga biasanya menggunakan mesin portabel.
"Sehingga biasanya menggunakan mesin portabel saja. Makanya kalau tidak ada sumber air cukup, kami kesulitan," pungkasnya.