Serunya Lihat Monyet Berhidung Panjang di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan Tarakan
Bekantan, primata endemik Kalimantan, bisa dijumpai di Wisata Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Hingga
TRIBUNKALTIM.CO, TARAKAN- Bekantan, primata endemik Kalimantan, bisa dijumpai di Wisata Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) Kota Tarakan, Kalimantan Utara.
Hingga sekarang, populasi monyet berhidung panjang itu berjumlah 40 ekor.
Pengunjung bisa menjumpai bekantan di antara pepohonan bakau.
Dari 40 ekor itu pun terbagi menjadi 2 kelompok Bekantan, yakni Cesar dan Bruno. Pemberian nama kelompok ini guna mempermudah petugas dalam pengawasan dan pengamatan perkembangan Bekantan-Bekantan ini.
"Jadi Cesar dan Bruno itu nama pemimpinnya di setiap kelompok.
Kalau untuk Bruno itu dia lebih tua usianya dibanding Cesar," terang petugas lapangan wisata kawasan konservasi mangrove dan Bekantan kota Tarakan, Sujatmiko.
Dari kedua kelompok ini, ia menyebutkan kelompok Cesar lah yang mendominasi di kawasan konservasi ini.
"Kalau untuk jumlahnya kalau cesar itu 20 lebih lah, sekitar 26 sampai 27 gitu. Sisanya ya kelompoknya Bruno," sebutnya.
Sementara untuk Bekantan yang menderita sakit, Miko katakan hal itu jarang terjadi, kalaupun ada Bekantan yang sakit, para petugas pun akan bertindak cepat berkoordinasi dengan dinas terkait.
"Makanya di belakang itu sudah kita siapkan juga karantina, jadi kalau misalnya ada hewan-hewan yang sakit itu nanti kita taruh di situ. Nah setelah itu kita berkoordinasi sama Dinas Peternakan untuk merawat Bekantan itu," ucapnya.
Sedangkan tingkat kematian Bekantan di kawasan konservasi ini pun sangat sedikit. Dalam 1 tahun terakhir saja, Bekantan yang mati hanya ada 2 ekor.
"Untuk kematian memang ada (2 ekor) beberapa waktu yang lalu, itu pun matinya karena tersengat listrik. Karena dia biasa main sampai ke luar. Tapi itu sudah kita konfirmasi dan PLN menanggapi.
Jadi baru-baru ini dahan-dahan yang menjulur keluar yang ke kabel itu sudah dipangkas. Jadi kalau lihat di areal sana itu ada bekas pemangkasan itu," ujarnya.
Sementara itu, dirinya menyampaikan bahwa Bekantan yang ada di kawasan konservasi ini, beberapa diantaranya merupakan Bekantan yang didatangkan dari luar kota.
Hal ini disebabkan karena saat itu jumlah Bekantan yang ada sangatlah sendikit sehingga pengunjung pun kesulitan untuk melihat Bekantan-Bekantan dengan kawasan yang cukup luas ini.
"Itu kita datangkan dari Berau. Betina 6 ekor itu lah ditambahkan ke sini untuk mempercepat jumlah populasinya dan ternyata berhasil. Jadi itu lah yang berkembang biak sampai sekarang.
Kalau untuk penambahan lagi sepertinya ndak karena dari jumlah yang ada dan dibandingkan sama luas kawasannya itu sudah memadai," tuturnya. (*)
Baca juga: Kini Laundry The Daily Wash Hadir di Balikpapan, Cuci Kering Hanya 1,5 Jam, Promo Gratis 7 Kg
Baca juga: Mencegah Kanker hingga Meningkatakan Kesehatan Tulang, Ini Manfaat Infused Water Mentimun Bagi Tubuh
Pengunjung Puas Lihat Bekantan
Akhir pekan, wisata kawasan konservasi mangrove dan bekantan kota Tarakan cukup ramai dikunjungi para pengunjung, Minggu (30/8/2020).
Tidak hanya pengunjung lokal, namun juga ada beberapa pengunjung yang datang dari luar kota, salah satunya yaitu Nureni.
Nureni merupakan warga Tanjung Selor yang datang ke kota Tarakan untuk berlibur.
Menariknya pula, wanita yang akrab disapa Eni ini mengaku bahwa dirinya baru pertama kali mengunjungi wisata kawasan konservasi mangrove dan bekantan kota Tarakan.
"Dari Tanjung Selor, Bulungan. Pertama kali (datang ke wisata konservasi mangrove dan bekantan)" ucapnya kepada TribunKaltim.co.
Saat diwawancarai, ia menyampaikan bahwa dirinya datang ke wisata kawasan konservasi mangrove dan bekantan kota Tarakan ini untuk melihat bekantan yang merupakan hewan endemik Kalimantan.
"Mau lihat monyet (bekantan) doang. Iya betul," ujarnya.
Baca juga: BLT Pekerja Tahap 2 Kapan Cair? Ini Jadwal & Cara Cek Penerima, Langsung Rp 1,2 Juta Masuk Rekening
Baca juga: TERUNGKAP Motif Pembunuhan Bocah SMP di Deliserdang yang Mayatnya Terbungkus Karung Goni
Ibu satu anak ini mangatakan dirinya datang ke kawasan konservasi mangrove dan bekantan kota Tarakan ini sekitar pukul 10.30 Wita. Ia juga datang bersama dengan keluarganya.
"Jam setengah sebelas. Sama ponakan, sama ya keluarga lah," tuturnya.
Wanita berkacamata ungu ini mengaku cukup senang datang ke kawasan konservasi mangrove dan bekantan kota Tarakan, pasalnya dirinya bisa melihat bekantan dari jarak pandang cukup dekat.
"Ya asyik juga. Ya lumayan banyak yang kelihatan," tuturnya. (*)