Riwayat Kutai Adat Lawas Kukar, Kepercayaan Warga Kedang Ipil Serupa Kaharingan
Warga Desa Kedang Ipil, Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara ( Kukar), Kalimantan Timur, berkumpul di Balai Adat di desa tersebut
“Kemudian pada 1978 itu datang Agama Islam, yang datang orang dari Kesultanan Kutai Kartanegara. Yang masuk Islam ada sekitar 20 KK,” kata Murad.
Artinya, hingga 1978, mayoritas warga Kedang Ipil masih memilih untuk mempertahankan keyakinan yang mereka sebut sebagai adat istiadat, bukan agama.
Perubahan besar-besaran terjadi ketika 1978, Kepala Desa Kedang Ipil yang saat itu menjabat, mengajak warga untuk menjadi penganut Agama Katolik.
Agama Katolik, menurut Murad dan sejumlah warga sekitar, lebih akomodatif dengan adat istiadat mereka, sehingga, mayoritas penduduk kemudian, setuju untuk menjadi penganut katolik.
Hingga 2020, penganut keyakinan yang warga sebut sebagai adat istiadat, masih tersisa 4 KK. Namun, warga menolak untuk membuka, siapa saja penganut tersebut.
“Kami melindungi, karena warga di sini juga masih percaya. Kalau adat leluhur itu habis, tidak ada lagi yang meneruskan, bisa tidak baik,” kata Murad.
Kendati demikian, untuk legalitas di kartu tanda penduduk atau KTP. Warga yang memilih bertahan tersebut, mengisi kolom agama, mengikuti pilihan keluarga yang telah memilih antara Katolik, Islam, dan Protestan.
“Kalau keluarganya Islam, di KTP-nya ditulis Islam. Kalau Katolik, ditulisnya Katolik. Iya begitu,” kata Murad.
Bahkan, hingga kini, di Desa Kedang Ipil, tak sedikit keluarga yang satu rumah, dengan pilihan agama yang berbeda-beda.
“Berjalan seperti biasa, satu rumah beda agama, kemudian menjalankan agama masing-masing,” kata Murad.
Seperti apa sebetulnya keyakinan yang dianut mayoritas warga Kedang Ipil sebelum 1978? Bagi Murad, dari segi ritual dan tradisi, memang lebih mirip dengan Kaharingan.
“Modelnya itu kayak Kaharingan, jadi tahun 1977 itu isi kolom agama KTP saya animisme,” kata Murad.
Dirinya juga menggambarkan, warga yang masih menganut keyakinan yang disebut serupa dengan Kaharingan tersebut, akan marah jika dipaksa untuk memilih agama yang masuk sejak 1972.
“Jadi kami lindungi, kalau tidak bisa sampai ribut,” kata Murad.
Riwayat Kutai Adat Lawas, Kepercayaan Warga Kedang Ipil Serupa Kaharingan