News Video
NEWS VIDEO VIRAL! Mirip Sunda Empire, Paguyuban di Garut Cetak Uang Kertas Sendiri
VIRAL! Mirip Sunda Empire, Paguyuban di Garut cetak uang kertas sendiri sampai ubah lambang negara.
TRIBUNKALTIM.CO - VIRAL! Mirip Sunda Empire, Paguyuban di Garut cetak uang kertas sendiri sampai ubah lambang negara.
Organisasi kemasyarakatan (ormas) di Garut, Jawa Barat bernama Paguyuban Kandang Wesi Tunggul Rahayu itu mengubah lambang negara burung garuda.
Mereka juga mencetak uang kertas yang bisa digunakan sebagai alat transaksi bagi anggota organisasi.
Paguyuban tersebut dinilai memiliki kemiripan dengan organisasi Sunda Empire.
Tak hanya itu, mereka turut memberi janji kepada anggotanya, salah satunya melunasi utang para anggota.
“Selintas ini platformnya hampir sama dengan Sunda Empire, menjanjikan sesuatu kepada anggota, termasuk anggota yang punya utang akan dilunasi oleh ketuanya,” kata Kepala Kantor Kesbangpolinmas Kabupaten Garut, Wahyudidjaya, kepada wartawan usai rapat bersama aparat penegak hukum di kantornya, Selasa (08/09/2020), dikutip dari Kompas.
Baca juga: Arteria Dahlan jadi Trending di Twitter, Gegara Disebut Cucu Pendiri PKI Sumbar di ILC TV One
Baca juga: Pendiri Kompas Gramedia Jacub Oetama Tutup Usia
Baca juga: Jadwal Bola Malam Ini, AC Milan vs Vicenza, Menanti Aksi Brahim Diaz, Saksikan Pukul 22.00 WIB
Dokumen permohonan pengajuan terdaftar yang disampaikan paguyuban Kandang Wesi Tunggul Rahayu ke kantor Kesbangpolinmas Kabupaten Garut.
Menurut Wahyu, keberadaan paguyuban ini, sebelumnya juga sempat terdeteksi di Kabupaten Majalengka. Namun, memang pusat pergerakan paguyuban ini berada di Garut.
Di Majalengka, kegiatan paguyuban tersebut telah ditutup oleh Pemkab Majalengka dan sudah tidak ada lagi kegiatan.
“Kita masih inventarisir pengikutnya, dari dokumen yang kita dapatkan, pengikutnya ada di empat kecamatan di Garut, kemudian di Kabupaten Bandung, Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya dan sebaran paling banyak di Majalengka,” katanya.
Keberadaan paguyuban ini sendiri, menurut Wahyu, memang sempat muncul di Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut.
Namun, belakangan, menurut Wahyu, aktivitas paguyban itu dihentikan setelah diprotes warga.