News Video
NEWS VIDEO Pasca Ikut Demo Tolak UU Cipta Kerja, 123 Mahasiswa Dinyatakan Positif Covid-19
Unjuk rasa menolak Undang-Undang Cipta Kerja yang dilakukan oleh sejumlah elemen masyarakat, telah menjadi wadah penularan virus Corona.
TRIBUNKALTIM.CO - Unjuk rasa menolak Undang-Undang Cipta Kerja yang dilakukan oleh sejumlah elemen masyarakat, mahasiswa dan kelompok buruh atau serikat pekerja, telah menjadi wadah penularan virus Corona.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nizam angkat suara mengenai ratusan mahasiswa yang dikabarkan positif Covid-19.
Berdasarkan informasi yang disampaikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat ratusan mahasiswa yang terpapar Covid-19 usai mengikuti aksi unjuk rasa.
Nizam, menyebutkan bahwa ada 123 mahasiswa yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Menurut Nizam, mereka yang dinyatakan positif Covid-19 ini berasal dari berbagai wilayah dari seluruh Indonesia.
Informasi terkait hal ini diperoleh Kemendikbud dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19.
"Setelah demo itu, tim Satgas Covid-19, Prof Wiku (Juru Bicara Satgas) melaporkan."
"Ada 123 mahasiswa yang positif kena Covid-19," kata Nizam dalam diskusi bertajuk ‘Kemerdekaan Menyatakan Pendapat di Kampus’, Minggu (18/10/2020) dilansir dari Tribunnews.com.
Nizam melanjutkan, mayoritas kasus positif Covid-19 pada mahasiswa ini paling banyak dilaporkan berada di DKI Jakarta yakni 34 orang.
Kemudian Medan sebanyak 21 orang, Surabaya sebanyak 24 orang, dan Bandung 13 orang.
"Jadi banyak, ada dimana-mana. Itu yang terdeteksi," kata Nizam, seperti dikutip dari Kompas.com.
Menurut Nizam, sejak awal Kemendikbud telah mengeluarkan surat edaran yang disebarkan kepada seluruh pimpinan perguruan tinggi yang berisi himbauan agar mahasiswa tidak mengikuti aksi unjuk rasa karena keadaan sedang pandemi Covid-19.
Namun, ia menegaskan, tidak ada larangan yang diberikan kepada mahasiswa untuk mengikuti unjuk rasa di dalam surat edaran yang dikeluarkan.
Terkait potensi penularan virus corona di tengah aksi unjuk rasa sebelumnya telah diungkapkan oleh pakar epidemiologi Indonesia dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman.
Dicky mengatakan berkumpulnya massa dalam jumlah besar seperti unjuk rasa ataupun kampanye pemilihan kepala daerah, pasti akan meningkatkan risiko penularan.