Hikmah Selama Pandemi, Investor Saham Syariah Tumbuh 20 Persen
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat jumlah investor ritel Syariah tumbuh selama pandemi virus corona (Covid-19).
Penulis: Heriani AM | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat jumlah investor ritel Syariah tumbuh selama pandemi virus corona (Covid-19).
Pasar modal syariah mencatat transaksi saham syariah yang dilakukan oleh investor selama pandemi Covid-19 lebih tinggi dibandingkan kondisi normal periode yang sama tahun 2019.
Menurut Kepala Divisi Pasar Modal Syariah BEI, Irwan Abdalloh, pertumbuhan investasi ini di latarbelakangi kesadaran masyarakat akan pentingnya berinvestasi untuk jangka panjang demi memajukan ekonomi dan pendapatan.
Baca Juga: OJK Minta UMKM Waspada Dalam Memilih Sumber Pendanaan
Baca Juga: Investasi Bodong di PPU Tipu Hingga Rp 5 Miliar, Ini Tanggapan OJK Kaltim
Baca Juga: Pemkot Balikpapan Bersama Bank Indonesia Balikpapan dan OJK Kaltim Luncurkan UMKM Care Center
"Masyarakat mulai paham bahwa membelanjakan uang untuk investasi lebih bermanfaat daripada membelanjakan uang untuk membeli barang-barang yang belum tentu dibutuhkan," ujarnya via daring, dalam Seminar Investasi di Pasar Modal Syariah dalam ajang Capital Market Summit & Expo 2020 yang digelar secara daring pada Jumat (23/10/ 2020).
Menurutnya, dari data menunjukkan selama pandemi, ada hikmah dimana transaksi saham syariah yang dilakukan oleh investor lebih tinggi dibandingkan kondisi normal.
Dengan harapan dari gaya boros berubah menjadi hemat itu adalah syariah.
Pasar Modal Syariah Indonesia menunjukkan kinerja pertumbuhan jumlah investor saham syariah sangat signifikan. Bahkan tumbuh 20 persen selama pandemi.
Dalam 4 tahun terakhir, jumlah investor saham syariah di Indonesia meningkat 536 persen. Per Agustus 2020, investor saham syariah telah mencapai 78.199 investor atau sekitar 5,9 persen dari total investor saham Indonesia.
Pria berkacamata ini melanjutkan, sistem investasi syariah di Indonesia berawal dari convention menjadi investasi dan lebih khusus di efek syariah, transaksi saham syariah naik dibandingkan sebelumnya.
Bahkan belum lama ini pemerintah Indonesia menerbitkan sukuk ritel, yang mana over subscribe-nya yang ditarget Rp 5 triliun, bisa menembus Rp 25 triliun.
Setelah dicermati, mayoritas investornya adalah kalangan muda atau milenial.
Hal ini, dinilai Irwan akibat perubahan ekosistem milenial selama pandemi.
Dimana biasanya banyak dihabiskan di kedai kopi, baik sosialisasi atau networking, karena pandemi dipaksa untuk berhenti dulu.
"Sehingga dananya yang biasa habis untuk nongkrong atau belanja online, pindah menjadi investasi atau aset portofolio," Jelasnya.
Meski angka investasi syariah meningkat dari sisi investor, diakui masih ada kalangan yang meragukan investasi secara syariah.
Selain itu di forum yang sama, Praktisi Ekonomi Syariah Adiwarman Karim mengatakan ada dua hal yang patut diketahui masyarakat sebelum berinvestasi.
Hal tersebut adalah bagaimana saham syariah jika dilihat dari kriteria seleksinya yaitu bisnis dan laporan keuangan.
“Jadi perlu bagaimana supaya masyarakat lebih yakin investasi di pasar modal,” kata Adiwarman.
Baca Juga: IKA Unmul Dapat Bantuan Sembako dari OJK. Diberikan Kepada Mahasiswa yang Terdampak Pandemi Covid-19
Baca Juga: NEWS VIDEO IKA Unmul Dapatkan Bantuan Sembako Dari OJK untuk Mahasiswa Terdampak Pandemi Covid-19
Baca Juga: OJK Sahkan KB Kookmin sebagai Pemegang Saham Pengendali Bank Bukopin
Adiwarman menggambarkan keraguan tersebut seperti seseorang yang ragu-ragu dalam mengikuti ujian. Padahal ujian harus dilalui sebagai syarat mendapatkan kelulusan.
Sama halnya dengan investasi syariah yang tidak perlu diragukan karena telah mendapatkan rekomendasi dari 40 ulama di Indonesia.
"Sudah diperiksa dewan syariah nasional, sudah halal. Bismillah saja, jangan buat hidup susah. Berinvestasi tak bakal rugi," pungkasnya.
(TribunKaltim.Co/Heriani)