KISAH PILU, Wanita 47 Tahun Bertahan Hidup Bareng 9 Anaknya di Sebuah Gubuk Dekat Kandang Ayam
Kehidupan janda 47 tahun bernama Ramlah warga kampung Paribau, Kecamatan Gunung Tabur menarik banyak perhatian masyarakat Kabupaten Berau.
Penulis: Ikbal Nurkarim |
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB- Kehidupan janda 47 tahun bernama Ramlah warga kampung Paribau, Kecamatan Gunung Tabur menarik banyak perhatian masyarakat Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Minggu (1/10/2020).
Bagaimana tidak, wanita 47 tahun itu hidup dengan 9 anaknya yang tergolong masih sangat kecil, bahkan bungsunya masih berumur 3,5 tahun.
Ramlah memiliki 11 anak, satu di antaranya menjalani masa hukuman di Rutan karena terjerat kasus dan satu lainnya sudah menikah dan tidak tinggal bersama lagi.
Awalnya Ramlah seperti pada keluarga umumnya namun setelah sang suami meninggal dua tahun lalu Ia harus berjuang menghidupi anak-anaknya seorang diri.
Bahkan untuk tinggal saja, ibu dari 11 anak mendapat belas kasihan tetangga yang mengizinkan tinggal di sebuah gubuk dekat kandang ayam, jauh dari pemukiman warga.
Tak jarang Ramlah mengaku untuk makan bersama 9 anaknya, dirinya hanya memakan lauk dua butir telur yang dicampur terigu dan penyedap rasa agar banyak sehingga semua kebagian.
Untuk kebutuhan pun seperti beras anak-anaknya yang usianya beranjak dewasa menjadi tulang punggung keluarga sebagai buruh di kebun warga dengan gaji harian.

Namun hal itu dinilai belum cukup sehingga ia harus berusaha agar anak-anaknya tetap bisa hidup di tengah kekurangan yang dimiliki.
Saat awak media bersama sejumlah relawan mengunjungi kediaman Ramlah terlihat sangat memprihatinkan.
Rumah sederhana tanpa ada kasur, bahkan kursi untuk berkumpul keluarga.
Anak-anaknya hanya tidur beralaskan papan, meski sesekali di antara mereka mengharapkan ada kasur pada umumnya.
Meski hidup dalam kesusahan, Ramlah bercerita jika dirinya sangat bersyukur anak-anaknya tidak pernah mengeluhkan kondisi kehidupannya.
Apalagi soal makan, apa yang disiapkan itulah yang mereka makan bersama.
"Anak saya tidak pernah mengeluh. Pernah kami makan hanya dengan dua butir telur ayam. Telurnya saya campur tepung agar cukup dibagi buat makan. Untuk lauk lainnya seperti sayur, saya ambil di kebun tetangga," ujarnya.
"Suami saya sudah tidak ada, dan saya tidak ada pekerjaan pak. Ini aja rumah orang yang kami pinjam sementara," tuturnya lalu tersenyum.