Nisfu Syaban 2021
10 Hari Lagi Malam Nisfu Syaban 2021, Wajibkah Berpuasa? Penjelasan UAS, Buya Yahya dan Pengurus MUI
Tak terasa 10 hari memasuki malam Nisfu Syaban (baca; Nisfu Sya'ban). Jika melihat kalender Islam, malam Nisfu Syaban 2021 atau 1442 Hijriah dimulai
TRIBUNKALTIM.CO - Tak terasa 10 hari lagi memasuki malam Nisfu Syaban (baca; Nisfu Sya'ban).
Jika melihat kalender Islam, malam Nisfu Syaban 2021 atau 1442 Hijriah dimulai pada Minggu 28 Maret 2021 malam hingga Senin 29 Maret 2021 malam.
Malam Nisfu Syaban adalah malam pertengahan bulan Syaban atau hari ke-15 bulan Syaban.
Di mana pada tahun ini, 1 Syaban 1442 Hijriah bertepatan dengan Senin 15 Maret 2021.
Artinya 10 hari lagi sudah memasuki malam Nisfu Syaban 2021 / 1442 H.
Salah satu amalan yang sering terdengar adalah puasa Nisfu Syaban.
Baca juga: Doa Puasa Nisfu Syaban 2021, Kapan Malam Nisfu Syaban Tahun Ini Tiba?
Baca juga: Tata Cara Melaksanakan Sholat Nisfu Syaban, Bacaan Niat, Dilengkapi Amalan Saat Malam Nisfu Syaban
Bagaimanakah hukum puasa Nisfu Syaban ini?
Wajibkah umat Islam menunaikan puasa Nisfu Syaban ini?
Terkait hal itu, Ustadz Abdul Somad ( UAS), Buya Yahya dan Pengurus MUI Pusat turut memberikan pendapatnya.
Penjelasan Ustadz Abdul Somad
Menurut Ustadz Abdul Somad dalam video ceramahnya, hadis tentang puasa di siang hari saat Nisfu Syaban adalah daif atau lemah, tetapi boleh saja kita lakukan jika ingin berpuasa.
"Kalau mau, silakan saja, apalagi jika untuk kebaikan bersama, tetapi hadisnya lemah. Hadis puasa di bulan Syaban yang kuat adalah berpuasa di bulan-bulan haram atau mulia, yaitu Zulhijjah, Zulkaidah, Rajab dan Syaban, dan Allah akan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya di malam Nisfu. Jadi, ini hadisnya umum bulannya, tak khusus dijelaskan harus di saat Nisfu Syaban, tetapi di bulan-bulan haram," jelas UAS.
Kemudian amalan di malam Nisfu Syaban, apakah ada shalat sunnah Nisfu Syaban?
Kata UAS tak ada.
Di malam itu, kita dianjurkan untuk melakukan amalan sunnah apa saja.
"Mau salat sunnah, silakan. Salat sunnahnya apa saja, terserah," beber UAS.
Penjelasan Buya Yahya
Sementara itu, ulama Indonesia lainnya, Buya Yahya menjelaskan tentang puasa saat Nisfu Syaban tersebut bukanlah puasa terlarang.
"Kalau ada yang mengatakan bid’ah, dialah ahli bid’ah," tegas Buya Yahya, seperti dilansir Tribun Pontianak.
Yang dimaksud puasa di Nisfu Syaban adalah puasa Ayyamul Bidh.
"Nabi menganjurkan kita untuk puasa di setiap bulan itu tiga hari. Kalau kamu ingin puasa di setiap bulan, maka puasalah kamu di hari 13, 14 dan 15," kata Buya Yahya.
"Puasalah Anda di tanggal 15 karena itu hari putih. Dianjurkan kita untuk berpuasa dan Rasulullah SAW memberikan petunjuk," katanya.
Artinya, yang dimaksud puasa Nisfu Syaban adalah puasa sunnah di pertengahan bulan atau puasa Ayyamul Bidh.
Pendapat Staf Komisi Dakwah MUI Pusat
Staf Komisi Dakwah MUI Pusat Faruq Hamdi dalam opininya yang diterbitkan di situs Bimas Islam Kemenag berjudul Nisfu Syakban menjelaskan, bahwa kata Syaban merupakan singkatan dari huruf shin yang berarti kemuliaan, huruf ‘ain yang berarti derajat dan kedudukan yang tinggi yang terhormat, huruf ba’ yang berarti kebaikan, huruf alif yang berarti kasih sayang, dan huruf nun yang berarti cahaya.
Bulan Syaban juga merupakan bulan yang di dalamnya terdapat berbagai peristiwa bersejarah, yakni peristiwa berpindahnya arah kiblat dari Masjidil Aqsha Palestina menuju Ka’bah, peristiwa diturunkannya QS. al-Baqarah: 144, diturunkannya ayat yang menganjurkan untuk membaca shalawat (QS. al-Ahzab: 56), serta diangkatnya amal-amal manusia menuju kehadirat Allah SWT dan berbagai peristiwa lainnya.
Bila ditinjau dari segi amaliyah Islamnya, termaktub beberapa hal yang lazim dilaksanakan pada malam Nisfu Syaban, yakni membaca Surah Yasin sebanyak 3 kali yang dilanjutkan dengan berdoa.
Tradisi demikian selain sudah berkembang di Nusantara, juga menjadi amaliyah tahunan yang dilaksanakan secara rutin terutama oleh masyarakat NU.
Berikut penjelasannya:
Rasulullah SAW berstatemen dalam sebuah hadis sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Dailami, Imam ‘Asakir dan al-Baihaqy.
"Ada 5 malam di mana doa tidak tertolak pada malam-malam tersebut, yaitu: malam pertama bulan Rajab, malam Nisfu Syaban, malam jumat, malam Idul Fitri dan malam Idul Adha."
"Siapa saja yang menghidupkan dua malam hari raya dan malam Nisfu Syaban, niscaya tidaklah akan mati hatinya pada hari di mana pada hari itu semua hati menjadi mati".
"Sungguh telah dikumpulkan doa ma’tsur yang terkait khusus dengan malam Nisfu Syaban. Doa tersebut dibaca oleh para muslimin pada malam yang diberikan anugerah secara sendiri-sendiri dan beramai-ramai. Seorang dari mereka mentalqin doa tersebut dan jemaah mengikutinya atau ada juga salah seorang yang berdoa dan jemaahnya meng-aminkan saja sebagaimana maklumnya. Tata cara pertama adalah: Membaca Surat Yasin dibaca 3 kali pasca shalat maghrib diawali dengan berdoa."
Baca juga: Niat Puasa Nisfu Syaban 2021 atau 1442 H, Bisa Dibaca Siang Hari jika Lupa, Fakta Malam Nisfu Syaban
Berdasarkan informasi tersebut tentu bisa mengindikasikan bahwa melaksanakan ibadah pada malam Nisfu Syaban merupakan suatu anjuran dari syariat Rasulullah SAW.
Oleh karena itu, siapapun yang tidak sepakat dengan amaliyah untuk menghidupkan malam Nisfu Syaban, tentu tidak sepatutnya memberikan kecaman yang tidak berdasar, karena sikap demikian selain dapat menganggu kerukunan antar masyarakat, juga dapat mengganggu pelaksanaan ibadah bagi orang yang bersedia mengerjakannya.
Upaya menata stabilitas hati dan pikiran merupakan sikap yang sangat bijak untuk dapat diimplementasikan, bahkan berprinsip pada; "pendapatku mengandung kebenaran dan bisa berpeluang juga dalam kesalahan" merupakan suatu keniscayaan untuk memelihara persaudaraan antar sesama muslim.
Di sisi lain penting untuk diperhatikan juga bahwa amaliah menghidupkan malam Nisfu Syaban merupakan persoalan furu’iyyah yang tetap membuka ruang perbedaan tapi tetap dalam semangat yang saling toleran.
Pelaksanaaan amaliyah ini berfungsi untuk mempertebal keimanan hamba terhadap Tuhannya.
Oleh karena itu, tidak sepatutnya untuk diarahkan pada dimensi sakralitas hukum.
Sakralitas hukum terhadap persoalan keimanan juga bisa berimplikasi pada munculnya gesekan-gesekan.
Selama semua amaliyah memiliki dasar dan pijakan ilmu pengetahuan tentu tidak perlu untuk dipertentangkan.
Baca juga: Mohon Dipanjangkan Umur, Rezeki yang Banyak dan Keteguhan Iman, Ini Amalan Dibaca Malam Nisfu Syaban
Baca juga: Mengenal Nisfu Syaban, Kapan Malam Nisfu Syaban 2021 dan Adakah Amalan Khususnya?
Perbedaan merupakan suatu keniscayaan (sunnatullah), tapi menyikapi perselisihan dengan hal yang tidak bijak tentu semakin menjauhkan umat Islam dari nilai-nilai luhur ke-Islaman-nya.
Islam adalah agama yang fleksibel terkait perkara prinsip dasar (usuliyyah) bergerak secara eksklusif, sedangkan terkait perkara cabang (furu’iyyah) bergerak secara inklusif.
Urusan-urusan yang termasuk unity of diversity (al-ijtima’ fi al-ikhtilaf) merupakan bentuk keluasan dari ajaran Islam itu sendiri. Wallahu a'lam. (*)
Berita tentang Nisfu Syaban 2021
Editor: Syaiful Syafar
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/ilustrasi-berdoa-malam-nisfu-syaban.jpg)