Berita Nunukan Terkini
Kisah Miris Warga Krayan Nunukan yang Antre Bensin 3 Jam di APMS, Kini Beli Eceran Rp 20 Ribu/Liter
Seorang warga Desa Long Bawan, Kecamatan Krayan Induk, Kabupaten Nunukan, mengeluh lantaran sudah sepekan ini, dirinya tak mendapat bensin dari Agen P
TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN- Seorang warga Desa Long Bawan, Kecamatan Krayan Induk, Kabupaten Nunukan, mengeluh lantaran sudah sepekan ini, dirinya tak mendapat bensin dari Agen Premium Minyak Solar (APMS) setempat.
Helyus Henrik yang kesehariannya sebagai petani sawah, mengaku sudah sepekan ini tak mengantre bensin di APMS lagi.
Lantaran, pasokan bensin di APMS setempat masih nihil.
Bahkan, ia menyebut Bahan Bakar Minyak (BBM) di Krayan masih terbilang langka.
Baca juga: Rumah Kosong dalam Bencana Kebakaran di Nunukan jadi Buah Bibir Warga, 19 Bangunan Gosong
Baca juga: Toko Emas di Nunukan Hangus Terbakar, Pemilik Hanya Selamatkan Satu Sepeda Motor dan Ijazah Anak
"Sudah seminggu saya tidak antre bensin lagi. Dan sekarang pesawat yang angkut BBM ke Krayan berkurang hanya 2 ton. Kalau dulu sekali flight muat 4 ton," kata Helyus Henrik kepada TribunKaltara.com melalui telepon seluler, Jumat (26/3/2021).
Bapak tiga anak itu mengatakan, agar bisa ke sawah ia terpaksa membeli bensin eceran di kios pinggir jalan dengan harga Rp 20 ribu per liter.
"Mau gimana lagi, kalau nggak beli bensin, nggak kerja jadinya," ucapnya.
Menurut Helyus Henrik, dari Desember hingga Februari lalu, ia sempat antre bensin 3 jam di APMS, hanya untuk mendapat 3 liter bensin dengan harga Rp 20 ribu.
Tak hanya itu, saking sulitnya mendapat BBM, panjang antrean di APMS saat itu hingga 200 meter, mulai pagi hingga sore hari.
"Dari Desember sampai Februari kemarin warga antre di APMS untuk dapatkan 3 liter bensin atau solar. Panjang antrean sekira 200 meter. Itupun kalau dapat hari itu juga. Ada yang sudah antre lama tapi nggak dapat. Jadi besoknya antre lagi," ujarnya.
Ia menjelaskan, syarat mendapatkan bensin harus menunjukkan kartu kendali.
Tiap orang diberikan jatah 3 liter.
Untuk mendapat bensin atau solar lagi, harus datang kembali 3 hari setelahnya.
"Kami punya kartu kendali dari Camat. Biar sama rata dapatnya. Jadi tiga hari sekali baru ngantre lagi. Per orang dapat jatah 3 liter dengan harga Rp 20 ribu," tuturnya.
Namun, kini antrean di APMS tak sepanjang sebelumnya.
Ia sudah sepekan tak mengantre lagi, pasalnya pasokan bensin di APMS masih nihil.
"Kalau solar ada saja. Untuk bensin belum ada. Dan sekarang antreannya puluhan saja tidak seperti sebelumnya sampai ratusan. Sekarang saya bisa 30 menit di situ kalau ngantre. Jadi saya beli di kios walaupun sedikit lebih mahal," ungkapnya.
Dia menambahkan, sebagian masyarakat di Krayan menggunakan solar untuk memasak.
"Harga solar sekira Rp 5 ribu per liter. Sebagian warga di sini masak pakai solar. Sempat juga saya gunakan, tapi sekarang lebih memilih kayu bakar.
Karena kalau pakai solar repot lagi harus bersihkan tali kompornya. Kalau nggak gitu, nyalanya nggak bagus. Kayu bakar itu Rp 600 per kubik. Tapi saya ambilnya sedikit-sedikit. Satu bulan bisa dua kubik. Lebih murah sih pakai solar tapi repot bersihkannya," imbuhnya.
Dia berharap, pemerintah segera melakukan pembangunan jalan dari Krayan ke Malinau.
Sehingga pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat Krayan tidak terhambat dan ongkos angkut yang sedikit lebih murah.
"Kami berharap adanya pembangunan jalan dari sini ke Malinau. Sehingga pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat Krayan tidak terhambat dan ongkos angkut yang sedikit lebih murah. Teman saya pernah naik motor ke Malinau sampai 4 hari. Itupun kalau cuacanya bagus. Kalau hujan bisa sampai seminggu," tuturnya.
Penulis: Febrianus Felis | Editor: Rahmad Taufiq