Wawancara Eksklusif
WAWANCARA EKSKLUSIF Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman, Segera Wujudkan Kutim Merdeka Sinyal
BUPATI Ardiansyah Sulaiman membeberkan rencana dan aksi yang sedang dikerjakan Pemkab Kutai Timur saat ini, kepada Tim Tribun Kaltim.
Penulis: Syifaul Mirfaqo | Editor: Adhinata Kusuma
Kabupaten Kutai Timur sedang berbenah. Di bawah kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Drs H.Ardiansyah Sulaiman M.SI dan Dr H.Kasmidi Bulang.ST.MM. Banyak program yang dirancang berdasarkan kebutuhan masyarakat demi mensejahterakan masyarakat.
BUPATI Ardiansyah Sulaiman membeberkan rencana dan aksi yang sedang dikerjakan Pemkab Kutai Timur saat ini, kepada Tim Tribun Kaltim yang mewawancarainya secara khusus. Mulai dari urusan penataan kota, penanganan sampah hingga digitalisasi.
Berikut petikan wawancaranya pada Maret 2021.
Bapak dikenal sebagai Ustaz dan imam masjid ya? Memilih berkiprah kembali untuk memimpin atau menjadi orang nomor satu di Kutai Timur, bagaimana ceritanya?
Enggak juga. Nggak juga, hahaha. Wah kalau disebut kenapa, jawabannya sangat sulit ini. Karena tahun 1998 saya sudah harus meninggalkan pegawai negeri.
Tahun 1998 masuk ke partai politik di era reformasi, dan sejak itu maka saya sudah tertancap di dunia politik. Mulai dari 1999 di DPRD Kutai Tenggarong kemudian tahun 2000 kembali ke Sangatta.
Bulan November pindah kantor dari DPRD Kutai ke DPRD Kutai Timur sampai 2009 bulan September saya meninggalkan DPRD dilantik menjadi Wakil Bupati mendampingi Pak Isran Noor (Gubernur Kaltim saat ini). Kemudian dilantik kedua tahun 2011 bulan Februari ya.
Kemudian dilantik yang ketiga sebagai Bupati, tapi yang pertama kedua jadi wakil yang ketiga sebagai Bupati bulan Juni 2015 sampai dengan Februari 2016. Nah kemudian mengikuti Pilkada 2015 Alhamdulillah tidak terpilih.
Jadi lima tahun istirahat dan sekarang oleh masyarakat kembali diminta, jadi sulit untuk mencari alasan karena di dalam politik ini nggak ada alasan yang paling tepat, kecuali yang mengikuti apa perkembangan di masyarakat, kalau masyarakat menghendaki ya kita ikuti. Jadi ini atas kehendak masyarakat. Ya buktinya masyarakat memilih.
Pas awal-awal Bapak kan PNS nih?
Oh itu sudah lama. Lama sekali tahun 1998, itu sudah lama. Selesai.
Itu atas keinginan pribadi atau keluarga?
Berhentinya saya dari pegawai negeri, ya karena memang desakan pada saat itu beberapa teman yang memang aktif di partai politik, di Partai Keadilan waktu itu meminta saya. Ya Bismillah untuk meninggalkan PNS, masuk di partai politik seperti itu.
Apa tanggapan keluarga pada saat itu?
Alhamdulillah semuanya marah. Ibu bapak marah, kakak marah, mertua marah. Paman marah dan semua marah. Kecuali satu yang belum saya minta izin, istri. Begitu saya minta izin kepada istri, luar biasa dukungan seorang istri. Ini makanya jangan sakiti istri ya.
Istri sudah sudah memberikan kepercayaan. Bagaimana meyakinkan bahwa ini jalan terbaik?