Wawancara Eksklusif
WAWANCARA EKSKLUSIF Ketua DPRD Balikpapan Abdulloh, Boneka Susan Saja Punya Cita-cita Apalagi Saya
Menjadi Ketua DPRD, bukanlah pencapaian maksimal dari karir Abdulloh. “Boneka Susan saja punya cita-cita, apalagi saya," katanya.
Penulis: Siti Zubaidah | Editor: Adhinata Kusuma
KETUA DPRD Kota Balikpapan, Abdulloh bersyukur memiliki istri yang sangat mensupport karir dan kegiatan politiknya. Dua kali gagal nyaleg, sang istri, Yulianti Abdullloh, akhirnya ikut langsung terlibat saat kampanye.
“Kalau kata pepatah suksesnya laki-laki karena ada wanita yang hebat di belakangnya,” kata Abdulloh, saat diwawancarai TribunKaltim.co di Rumah Jabatan Ketua DPRD Balikpapan, bulan Maret 2021.
Menjadi Ketua DPRD, bukanlah pencapaian maksimal dari karir Abdulloh. “Boneka Susan saja punya cita-cita, apalagi saya. Insyallah saya juga punya cita-cita,” katanya.
Lalu apa cita-cita Abdulloh di masa mendatang, berikut petikan wawancara eksklusif TribunKaltim.co.
Bagaimana peran DPRD berjalan di Kota Balikpapan?
Kalau dikatakan strategis tidak juga, bersifat umum karena DPRD sebagai penyelenggara pemerintah bersama-sama dengan Walikota dan Wakil Walikota beserta jajarannya. Tetapi di dalam kerjanya DPRD itu mengacu pada undang-undang MD3 yang pasti.
Ada tiga fungsi, pertama legislasi. Kalau DPRD RI membuat rancangan Undang-undang berarti kita bikin perda. Dalam perda DPRD dapat membuat insiatif yang disebut inisiatif DPRD atau bisa memnerima insiatif dari pemerintah daerah ataupun menolak insiatif dari pemerintah daerah.
Kemudain fungsi budgeting, penganggaran DPRD dapat mengusulkan maupun menolak. Manakala anggaran yang diusulkan oleh pemerintah tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Begitupun DPRD tidak dapat mengusulkan dengan semena-mena walaupun ada hak budgeting di sana.
Lalu fungsi kontrol pengawasan. Kita tidak mengadili dalam pengawasan tapi kita dapat menyeimbangkan artinya apa yang sudah disepakati bersama dalam penganggaran harus dilaksanakan oleh eksekutif juga sesuai dengan kesepakatan proses penganggaran tersebut. Sehingga pemerintah daerah walikota dan jajarannya tidak sewenang-wenang.
Hubungan dengan Pemkot sejauh ini bagaimana?
Kerikil-kerikil kecil pasti ada, kadang mindset dari DPRD sendiri maupun ekeskutif dalam mengimplemntasikan APBD itu kadang presespsinya tidak sama. Itu biasanya terjadi perdebatan kecil. Alhamdulillah hingga sampai saat ini masih terus bersinergi karena kami membangun komunikasi ya.
Apakah termasuk mudah berkomunikasi dengan Walikota?
Walaupun kadang ada benturan dalam komunikasi, kadang mentok kadang susah, namun itu bukan suatu hambatan. Masing-masing pengendalian diri saja.
Kasus apa yang pernah menjadi perdebatan keras dengan Pemkot?
Ada satu kasus memang yang pergulatannya cukup alot, pada saat anggota DPRD ingin membangun Gedung baru DPRD. Ya Anda tahu sendiri lah, kondisi kantor DPRD sekelas Balikpapan yang sudah mendapatkan predikat Kalpataru Paripurna. Kadang saya risih dengan tamu yang berkunjung ke Dewan, duduk saja susah padahal itu juga rumah rakyat.
Kelanjutannya bagaimana?
Akhirnya kami mengalah untuk kepentingan masyarakat dulu. Yang penting masyarakat bersabar. Jika masyarakat berkujung tidak dapat kursi, tidak dapat duduk, jangan mengeluh.
Kebijakan pemkot Balikpapan yang menjadi prioritas dan dikawal DPRD mengenai apa?
Yang belum tercapai sebenarnya masalah penaganan banjir. Walaupun banjir di Balikpapan itu banjir lewat. Namun itu cukup menggfanggu. Kami selalu sounding ke Walikota. Memang ada permasalahan, yang pertama anggaran dan kedua lahan.
Maka ke depan Walikota harus berani, jika ada anggaran untuk membangun penanggulangan banjir manakala ada masalah sengeketa lahan klita jangan terfokus dengan sengekta lahannya tetapi tetap fokus dengan pembangunannya.
Biar yang mengurus (sengketa lahan) pengadilan sehingga pembangunan tetap berjalan.
Kemudian sektor wisata Balikpapan belum tercapai juga, Balikpapan ini kan tidak punya tambang, maka mengandalkan pajak dan retribusi. Saya berharap sektor wisata ini seperti Bandung nantinya.
Suka duka saat menjadi Ketua DPRD yang paling diingat apa?
Saat periode pertama jadi Ketua DPRD pada saat HUT Kota tahun 2017. Pada saat mau rapat paripurna istimewa, saya tinggal. Jadi besok mau paripurna saya tinggal, karena saya jengkel dengan Walikota. Tapi pada saat itu juga saya sudah minta maaf.
Anggota DPRD pun sempat saya instruksikan dari situ untuk tidak masuk. Sidang tetap jalan namun bukan saya yang mimpin dan yang hadir separuh dari anggota DPRD sekitar 15 orang. Saya minta maaf sama Pak Walikota Rizal Effendi. Beliau hanya senyum-senyum saja. Mungkin itu moment yang tidak terlupakan.
Bagaimana tips menyatukan satu presepsi anggota dewan?
Kesulitan saya pada saat menjadi ketua DPRD periode 1, yakni sama-sama masuk sebagai anggota baru setelah dilantik menetukan AKD dan lainnya selesai. Dari 45 kepala (anggota dewan) ini karakternya kan beda-beda. Tiga bulan pertama komunikasinya masih sangat sulit.
Rajin saya mengkomunikasikan, saya datang ke rumah, ke ruangan, jadi dengan komunikasi itu terbangun dan terjalin keakraban. Maka menjalankan programnya akhirnya mudah yang akhirnya berkomunkasi lintas partai. Saya maklumi, kalau tidak sabar-sabar ya bakal terjadi konflik di dalamnya. Kuncinya sabar dan komunikasi.
Apakah kadang perlu ketegasan juga terhadapo anggota?
Perlu, jadi kita harus lihat moment kapan kita harus bercanda, kapan kita harus serius dan kapan kita harus marah, ya marah. Komunikasi sudah, sabar sudah masih juga bandel ya sekali-sekali (marah), Tapi pada umumnya ya selesai di situ, selesai rapat ya sudah biasa tidak marah-marah lagi. Itu seninya organisasi, jangan dibawa hati, jangan baper.
Pernah tidak menghadapi masa tersulit dalam mengambil keputusan politik?
Sering karena saya leader terkadang pertimbangan dalam menentukan dan memutuskan permasalahan kan tidak gampang karena kaitannya dengan publik termasuk pembentukan AKD, pembentukan pansus dll.
Selama dua periode, dukungan keluarga, anak istri bagaimana?
Alhamdulillah, kalau kata pepatah suksesnya laki-laki karena ada wanita yang hebat di belakangnya. Saya dulu gagal jadi caleg karena kurang disupport. Setelah istri memahami, ikut turun ke lapangan kerjaan jadi ringan. Alhamdulillah semua keluarga mendukung, walaupun sering ditinggal-tinggal, pulang-pulang juga dapat senyuman.
Sempat gagal nyaleg, bahkan dua kali, bagaimana respon istri?
Yang pasti sedih, manusiawi, kembali lagi bahwa kegagalan juga bukan akhir dari segalanya hanya cita-cita atau kesuksesan yang tertunda. Jadi ya sabar.
Waktu tepilih istri apakah ikut terjun langsung ke lapangan?
Selalu, apalagi dalam kegiatan ibu-ibu beliau sering menggantikan saya. Bahkan di kalangan ibu-ibu istri saya lebih dikenal daripada saya.
Apa harapan dengan Walikota yang baru nanti?
Siapapun walikotanya dengan kondisi yang seperti ini memang sulit. Karena saya tau persis menopang kebutuhan kota denga porsi anggaran yang sangat minim sekali ini adanya covid. Jadi APBD terganggu dengan kegiatan covid-19.
Saya tentu berharap nantinya konsen dengan alokasi anggaran yang minim ini tapi bisa fokus untuk satu-persatu mengurai permasalah kota Balikpapan ini, walaupun tidak bisa sekaligus langsung tuntas, tapi minimal berprogres.
Bisa fokus pada kesehatan dan banjir, dua sektor itu aja yang perlu digenjot dulu tapi ada progres. Kalau diacak tapi semuanya tidak terselesaikan kan malah percuma. Yang kedua penanganan banjir.
Setelah menjadi Ketua DPRD apakah ada keinginan lain?
Boneka Susan saja punya cita-cita, apalagi saya. Insyallah saya juga punya cita-cita. Untuk menjadi Balikpapan 1 (Walikota) ya belumlah. Karena kebetulan Ketua (Partai Golkar Balikpapan ) saya kan sekarang Walikota, kemudian masih ada peluang satu periode lagi jadi Walikota. Paling tidak, cita-cita saya mendampingi beliau sampai 2024. (Siti Zubaidah/Bagian 2-Selesai)