Wawancara Eksklusif
WAWANCARA EKSKLUSIF Rektor Uniba Dr Isradi Zainal MM, Hobi Kuliah Jurusan Berbeda karena Kebutuhan
Apa yang akan dilakukan Isradi Zainal sebagai Rektor Uniba periode 2021-2025, berikut wawancara eksklusifnya di program VIP Tribun Kaltim Official.
Penulis: Siti Zubaidah | Editor: Adhinata Kusuma
PUCUK pemimpin civitas akademika Universitas Balikpapan (Uniba) kembali berganti. Jabatan rektor yang sebelumnya dipegang oleh Dr H Rendi Susiswo Ismail, SH, SE, MHum per 3 Februari 2021 diamanahkan kepada Dr Isradi Zainal MT, MM, MHum. Apa yang akan dilakukan Isradi sebagai Rektor Uniba periode 2021-2025, berikut wawancara eksklusifnya di program VIP Tribun Kaltim Official pada Februari 2021.
Sebelum dipercaya menjabat Rektor Uniba, Anda dikenal seorang profesional bidang K3, bagaimana perjalanan hidup dari kecil hingga dewasa?
Saya sekolah dari SD, SMP hingga kuliah di Makassar, Sulawesi Selatan. Selama sekolah, sejak SD selalu bintang kelas. Bahkan, saya di bangku SMA terpilih menjadi bina siswa teladan mewakili Sulawesi diundang ke Istana Negara saat zaman Presiden Soeharto.
Setelah itu, saya kuliah di Universitas Hasanuddin mengambil jurusan perkapalan. Dan selama di kampus menjadi aktivis. Jabatan Ketua Senat, Ketua Majelis Mahasiswa Unhas, dan menjadi Presidium Mahasiswa Indonesia sudah saya emban.
Sejak kecil, apakah Anda memang sudah bercita-cita menjadi seorang pemimpin?
Lingkungan yang membentuk saya. Keluarga selalu bercerita tentang orang hebat, kemudian saya rajin membaca. Sejak SD saya mempunyai akses ke perpustakaan, dan zaman SD banyak sekali buku-buku sejarah dunia, penemu-penemu hebat saya koleksi.
Keluarga yang mewariskan buku-buku, jadi sejak duduk di SMP saya sudah membaca buku Buya Hamka tentang Falsafah Hidup, yang membentuk karakter hidup. Bahkan, masa remaja saya sudah menjadi tour guide bagi turis yang datang ke Bulukumba, daerah saya di Sulawesi Selatan. Alhamdulillah saya dah lancar Bahasa Inggris.
Lulus kuliah, sebagai mantan aktivias apa yang Anda lakukan?
Setelah selesai saya merantau ke Jakarta, dan diterima kerja di salah satu BUMN. Sambil bekerja, saya sempat kuliah di Universitas Indonesia mengambil jurusan berbeda. 10 Tahun kemudian, saya pindah ke Balikpapan.
Masih di BUMN juga, dan saat itu melihat peluang dan potensi bisnis di Kota Balikpapan sangat besar. Kemudian, menetapkan diri untuk menjadi pengusaha.
Dari seorang profesional, Anda pernah terjun ke dunia politik?
Ini menarik. Saat saya sudah tinggal di Balikpapan, justru mendapat tawaran dari salah satu partai politik di Makassar menjadi calon wakil walikota di Makassar.
Mungkin karena latar belakang saya dulu aktivis, jadi banyak kawan dan kolega di sana. Saya berpikir waktu itu kalau politisi bisa didapatkan intai, tapi profesi tidak intai, tidak setiap saat.
Anda lulusan perkapalan, bekerja di BUMN, tapi lebih dikenal sebagai ahli K3?
Saat saya bekerja di BUMN, memang sudah punya otoritas sebagai ahli K3. Awal 2003 sambil kuliah di UI saya sudah mendapat otoritas dari pemerintah melakukan kegiatan keinsyiuran, dan sudah mempunyai otoritas suatu mesin, listrik, dan kapal itu layak atau tidak.
Waktu kuliah di UI, saya mendapat tawaran beasiswa dari beberapa lembaga. Ada dua orang di Indonesia yang dipilih, termasuk saya. Beasiswa BSN kala itu memilih saya untuk mendapat pendidikan di Jepang. Setelah pendidikan di Jepang, saya mewakili Indonesia kembali dipilih dari 25 negara mengikuti pelatihan Association Safety Management.
Anda juga dikenal sebagai orang yang hobi sekolah, dan gelar yang Anda raih dari berbagai disiplin ilmu, bagaimana belajarnya?
Semua gelar yang saya raih punya sejarah tersendiri. Pertama Magister Manajemen Perkalapan di UI. Waktu itu saya juga ambil kuliah di Magister Manajemen dan Master Bisnis Administrasi.
Kuliahnya bersamaan, kebetulan Master Bisnis dosennya dari Prancis yang diterbangkan ke Indonesia. Syaratnya lulusan UI dan harus lulus tes Bahasa Prancis. Kebetulan saya kedua-duanya lulus.
Jadi Anda menguasai Bahasa Inggris atau Prancis?
Saya tidak mengatakan menguasai, tapi saya belajar sekeras-kerasnya. Sudah jadi tour guide sejak SMP, dan waktu kuliah di Unhas saya adalah Presiden English In Class Fakultas Teknik.
Saya juga kepala terjemaah untuk Indonesia-Jerman, dan saya menyelesaikan tesis dalam Bahasa Prancis.
Apa alasan Anda mengambil jurusan yang berbeda-beda?
Saya sebagai karyawan BUMN pasti ini menjadi manajer, sambil bekerja sebagai orang teknik saya ambil Magister Teknik. Magister Hukum juga begitu.
Saat mengajar di Teknik Mesin di Uniba masih banyak waktu luang, jadi sambil mengajar saya kuliah lagi ambil Magister Hukum di Uniba. Saya ambil hukum, karena profesi saya meminta keahlian hukum.
Misal ada kapal ditangkap, secara hukum pemilik kapal meminta perlindungan hukum, tidak semua teknik mengerti, sehingga ingin memahami persoalan hukum dengan kuliah.
Setelah dilantik menjadi Rektor Uniba, apa yang akan Anda lakukan untuk Uniba semasa kepemimpinan Anda?
Uniba merupakan Perguruan Tinggi satu-satunya di Kalimantan, bahkan Indonesia yang memiliki Fakultas K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) D4 yang unik. Di UI misalnya, K3 di sana hanya berbasis kesehatan, kalau Uniba, memiliki K3 Keteknikan, K3 Lingkungan, K3 Kesehatan, dan ada K3 Elgonomik.
Dosennya juga praktisi dan akademisi dari berbagai unsur. Kami berkeinginan K3 Uniba menjadi jurusan unggulan secara nasional. D4 Uniba sejajar dengan S1 dan bahkan tingkat kepraktisannya lebih tinggi. Sekarang saja Fakultas D4 K3 kewalahan menerima mahasiswa. Kami berencana akan mengembangkan S2 K3 Terapan.
Apa visi dan misi Uniba ke depan?
Cita-cita Uniba diarahkan ke pundak saya. Pesan Dewan Pembina atau Yayasan ingin Uniba menjadi universitas yang lebih besar dan modern. Tentu saja menjadikan universitas yang lebih besar akan membuka sejumlah program studi.
Insya Allah saya rencanakan tahun ini dibuka tiga prodi baru, yakni Teknik Lingkungan, Arsitek, dan Manajemen. Fakultas Teknik Lingkungan sepertinya akan menjadi satu-satunya universitas swasta di Kaltim, karena sekarang kita punya lingkungan bekas batu bara yang memerlukan recorvery untuk masa depan.
Uniba merupakan perguruan tinggi yang paling dekat dengan Ibu Kota Negara baru, sehingga kami tentunya harus siap memenuhi kebutuhan SDM.
Sesuai motto Uniba, kami unggul, saya upayakan SDM kita, apakah dosen, mahasiswa harus unggul dan berkompetensi dengan yang lain. Saat ini merdeka belajar dan kampus merdeka dibutuhkan seorang pemimpin yang punya jaringan luas, baik dengan perguruan tinggi lain, lembaga dan dunia industri.
Apakah Anda siap membuka jaringan luas itu untuk memajukan Uniba?
Jaringan Uniba pasti luas. Berkaitan dengan industri dan perusahaan, kebetulan saya Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa K3 se-Indonesia. Ada 200-an perusahaan yang saya pimpin, termasuk tiga BUMN. Ini peluang bagi Uniba untuk menjali kerjasama.
Saya saat ini berteman dekat dengan dirjen dan sejumlah asosiasi. Makanya, saat dilantik menjadi Rektor Uniba, motto Uniba sebagai kampus Unggul, Mandiri dan Berbudaya, saya tambah Bermartabat dan Bermanfaat.
Untuk mewujudkan itu, kami buat program jangka pendek masa jabatan saya empat tahun. Kemudian dalam empat tahun dibagi menjadi satu tahun, membuat prioritas selama satu tahun itu apa, kami bagi lagi menjadi triwulan.
Terdekat yang akan kami lakukan sesuai visi misi menjadikan Uniba Unggul, kami terjemahan Unggul itu akreditasi sekarang sudah B, targetnya unggul kami akan mengupayakan akreditasi itu menjadi unggul. (siti zubaedah)