Breaking News

Wawancara Eksklusif

WAWANCARA EKSKLUSIF Wali Kota Samarinda Dr H Andi Harun, Pidana dan Tambang Sama-sama Asyik

Wali Kota Samarinda Dr H Andi Harun dan Wakil Wali Kota Dr H Rusmadi Wongso, pasangan ini sangat serius menata ibu kota Provinsi Kalimantan Timur itu.

TRIBUNKALTIM/CAHYO ADI WIDANANTO
WAWANCARA EKSKLUSIF - Wali Kota Samarinda Dr H Andi Harun saat diwawancarai eksklusif oleh Wakil Pemimpin Umum Tribun Kaltim Ade Mayasanto. 

Perubahan pun dimulai. Berbenah sana-sini. Itu yang sedang dan akan terus dilakukan Wali Kota Samarinda Dr H Andi Harun dan Wakil Wali Kota Dr H Rusmadi Wongso. Pasangan ini sangat serius menata ibu kota Provinsi Kalimantan Timur itu.

Program kerja 100 Hari menjadi dasar gerak dan dikawal semua lini di jajaran Pemkot Samarinda.

Saat diwawancarai eksklusif oleh Wakil Pemimpin Umum Tribun Kaltim, Ade Mayasanto, Jumat (12/3/2021) lalu, Dr H Andi Harun membeberkan banyak hal.

Mulai dari kiprahnya di industri pertambangan, dunia hukum, politik hingga strategi-strategi barunya dalam membenahi Kota Samarinda. Mulai dari urusan banjir, tambang ilegal, penanganan Covid-19, peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) hingga program spesial lainnya untuk kesejahteraan masyarakat Kota Samarinda. Berikut petikan wawancaranya.

Pekerjaan rumah sebagai Wali Kota Samarinda banyak. Kalau boleh tahu mengapa tertarik jadi wali kota?

Panjang itu (kisahnya). Awalnya kerja di industri tambang sehingga ambil sarjana tekhnik tambang. Tapi menjadi seorang engineering tambang, makin ke sini makin terasa (capeknya), berkaitan dengan produktivitas, umur. Tidak mungkin umur di atas 45 tahun terus di lapangan.

Sehingga saya di DPRD tertarik dunia hukum, akhirnya mengambil pendidikan formal hukum. Begitu selesai S1 hukum kok tertarik advokasi, lalu mengikuti pendidikan khusus profesi advokat lalu ikut ujian dan lulus. Kemudian menjalani hari-hari sebagai lawyers dan sampai pada bidang politik hingga intens di pencalonan Pilkada Samarinda.

Kenapa saya masuk dunia birokrasi, karena bagi saya itu, kalau poin ini kita bisa lewati, saya selalu teringat kaidah ushul fiqih yang dipopulerkan Gus Dur. Artinya pemimpin itu memberikan manfaat bagi masyarakat.

Ada rule model atau mungkin pesan dari orangtua?

Orangtua tidak berpesan menjadi advokat. Mereka meminta sekolah setinggi-tingginya. Hidup dan besar dari keluarga miskin, waktu itu saya memutuskan untuk bekerja tetapi ayah saya mengatakan sekolah terus. Karena ayah saya tidak bisa mewariskan selain motivasi untuk bersekolah.

Memang jika hari ini tidak terlihat tapi nanti suatu hari, nanti terlihat perbedaan saya dan kamu. Dan itu terbukti dan sesuai dengan pesan agama. Dengan pendidikan derajat kita meningkat. Saya ikuti pesan itu, bahwa saya mengambil pilihan teknik karena SMA saya di ilmu alam (IPA).

Kenapa memilih jurusan tambang saat kuliah?
Sebenarnya dari S1saya sampai S3 ada kaitannya. Saya fakultas pertambangan. Karena sangat menarik. Waktu itu dunia pertambangan dan migas lagi booming. Saya ambil S2 tapi thesis saya ekonomi pertambangan.

Saya ingat persis bagaimana mengukur hubungan pengangkutan sampai pertambangan yang meningkatkan profit company.

Lalu saya mengambil ilmu hukum, kalau S1-nya memiliki basic ilmu dasar hukum. Lalu S3 hukum mendalami adalah pidana pertambangan. Karena dalam sistem hukum kita selama ini berlaku kejadian-kejadian pidana industri pertambangan tidak bisa menggunakan instrumen pidana. Karena dia adalah semacam satu wilayah tertentu yang tidak tunduk dengan KUHP.

Dia tunduknya pada undang-undang lingkungan hidup sehingga sanksinya administratif. berlakulah sistem hukum pidana di pertambangan yaitu ultimum remedium tools terakhir, bukan premium remedium.

Saya datang membawa ide baru di pertambangan membuat gagasan asas pidana yaitu premium remidium. Jika menghilangkan nyawa menurut pandangan hukum saya, premium remidium. Barangsiapa dengan sengaja merugikan orang lain baik lalai dan sengaja menghilangkan nyawa orang lain. Sekarang tidak bisa karena pembaruan hukum pidana tidak berubah.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved