Wawancara Eksklusif

WAWANCARA EKSKLUSIF Wali Kota Samarinda Dr H Andi Harun, Pidana dan Tambang Sama-sama Asyik

Wali Kota Samarinda Dr H Andi Harun dan Wakil Wali Kota Dr H Rusmadi Wongso, pasangan ini sangat serius menata ibu kota Provinsi Kalimantan Timur itu.

TRIBUNKALTIM/CAHYO ADI WIDANANTO
WAWANCARA EKSKLUSIF - Wali Kota Samarinda Dr H Andi Harun saat diwawancarai eksklusif oleh Wakil Pemimpin Umum Tribun Kaltim Ade Mayasanto. 

Mana yang lebih asyik, pidana atau tambang?

Sebenarnya dua-duanya asyik. Karena ilmu hukum itu di semua aspek ilmu lain masuk. Bahkan rumah tangga ada aspek hukumnya, KDRT. Jika semua istri tahu bagaimana hebatnya undang-undang KDRT kita suami harus hati-hati.

Karena bukan cuma pidana langsung menggunakan benda tumpul atau tajam bahkan psikologis jika Istri melaporkan maka kita berada dalam bahaya hukum dan itu bisa subyektif. Misal seorang istri dipukul dengan menunjukkan visum mereka bisa bawa bukti. Sementara melakukan penggunaan, kekerasan psikologis maka penyidik dilindungi hukum.

Istri melapor ada hak previlege mereka dilindungi jika sewaktu-waktu ada dasar kekerasan rumah tangga. Begitu pula ekonomi ada aspek berkaitan dengan hukum.

Soal tambang, LSM Tambang menyebut di Samarinda dikepung Banjir. Sebagai wali kota terbaru apa langkah terdepan menghadapi banjir?

]Saya mengatakan banjir tidak hanya di Samarinda, di semua wilayah. Tambang menjadi salah satu penyebab mungkin. Jika menambang dengan desain yang benar seperti PK2B itu masih bagus. Tapi penyebab banjir, pengupasan lahan tidak hanya di industri tambang.

Jika industri tambang yang benar ditentukan pit A, pit B dan Pit C. Kalau pemerintah pusat menentukan menambang di titik yang ditentukan, dia tidak boleh menambang di pit lain. Banyak yang nambang, tapi itu menggaruk batubara. Hingga citra tambang itu buruk.

Hampir semua negara yang memiliki sumberdaya mineral mereka menambang tapi tidak parah seperti kita. Saya pernah ke Australia ada wilayah gold coast. Itu bekas tambang dan dikelola pemerintah menjadi wisata daerah. Masih ada terowongannya masuk dan mereka bisa.

Di pikiran saya hari ini, kita sejak tahun 2018 di Samarinda ini ada 119 void tambang yang masih aktif. Entah sebab kenapa tidak direklamasi. Tim kami sedang melakukan foto citra satelit dan mencari void mana yang dilewati saluran primer.

Saya perlu sampaikan 1 void tambang ukuran medium menampung 7 juta meter kubik. Jika membangun Bendungan Lempake berapa ratus miliar rupiah habis untuk itu. Sudah ada void tambang, kita memperbaiki sisi tanggul dan investasi rumah pompa.

Samarinda tidak bisa terhindar dari rumah pompa. Sebab posisi hilir kita lebih rendah dari hulu. Saat ini tim kami melakukan visibility study terhadap void tambang yang bisa dibuat Bendungan Lempake yang baru.

Kita melakukan water engineering. Ketika curah air hujan tinggi dari hulu sedapat mungkin tidak masuk ke hilir. Oleh sebab itu kami berkomitmen, menghadapi banjir, kita harus melakukan studi agar kita menemukan solusi yang tepat.

Agar uang nanti yang dibelanjakan tidak sia-sia. Banyak orang menganggap membangun folder lebih baik. Apalagi ukuran folder ukuran medium.

Artinya tim penaganan banjir sudah jalan. Banjir jua terkait sampah? Menanggulangi banjir sekaligus menanggulangi sampah. Bagaimana?

Kami melakukan aksi yang sesungguhnya memberi pesan kalau pemerintah sekarang benar-benar serius untuk mewujudkan Samarinda bersih. Sejak tanggal 26 Februari teman-teman bisa melihat satpol standby di beberapa tempat.

Bisa dilihat di Pasar Segiri, bisa melihat sekarang berkurangnya hambatan di trotoar. Kalau mau melihat suasana baru, jalan-jalanlah ke Sungai Dama. Saat pagi itu, kendaraan di sana lancar Karena kita pelan-pelan menertibkan tapi tidak langsung memberikan efek kejut besar. Karena tidak hanya menindak, operasi ini memberikan motivasi agar masyarakat mau berubah.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved