Virus Corona di Bontang
Dukung Pemkot Bontang, Ketua IDI Sepakat Gunakan Rapid Antigen Ketimbang GeNose C19, Ini Alasannya
Keputusan Pemkot Bontang tak berminat menggunakan GeNose C19 sebagai alat deteksi dini Covid-19 dinilai tepat.
Penulis: Ismail Usman |
TRIBUNKALTIM.CO, BONTANG- Keputusan Pemkot Bontang tak berminat menggunakan GeNose C19 sebagai alat deteksi dini Covid-19 dinilai tepat.
Hal itu disampaikan dr Suhardi, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bontang, Jumat (23/4/2021).
Secara harga memang alat GeNose C19 jauh lebih murah jika dibanding dengan alat tes antigen dan PCR.
Tapi kalau akurasinya tak bisa dipertanggungjawabkan, maka sebaiknya harus menggunakan alat lebih mahal.
Baca juga: Basri Rase Larang Warga dan Simpatisan Ikut Konvoi Usai Pelantikan Walikota-Wawali Bontang Terpilih
Baca juga: Jangkauan Vaksinasi di Bontang Capai 13.000 Penerima, Dinkes Targetkan Tahap II Rampung Juli
"Iya tidak masalah mahal. Dari pada murah tapi hasil tesnya tidak jelas. Jadinya sama aja pemborosan," ujar dr Suhardi.
Ia menjelaskan, penggunaan alat GeNose C19 belum dapat direkomendasikan lantaran akurasinya hingga saat ini belum terukur.
Saat uji coba, alat GeNose C19 yang digunakan untuk beberapa ke pasien positif Covid-19 menemukan hal yang tidak konsisten.
Sejumlah sampel tes justru hasilnya negatif.
"Memang akurasinya belum jelas. Sudah dicoba beberapa ke pasien positif. Malah hasil ada yang negatif ada juga yang positif. Artinya memang belum akurat," tuturnya.
Berbeda dengan alat tes antigen dan Polymerase chain reaction (PCR) yang memiliki tingkat akurasi tinggi.
Untuk antigen, rata-rata tingkat akurasinya bisa mencapai 90 persen.
Sebab tes diagnostik ini dapat mendeteksi protein spesifik dari Virus Corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Antigen adalah zat yang dapat merangsang imun.
Zat ini bisa berupa protein, polisakarida, dan lain-lain.
Saat terinfeksi virus, tubuh secara alami akan merespons dengan mengeluarkan protein spesifik tertentu.
Baca juga: Luncurkan Program Disinfektan, Diskominfo Bontang Ajak Warga Ikut Berinteraksi Bahas Pemerintahan
Baca juga: Sebelum Mudik Dilarang, Dua Kapal Berangkat di Pelabuhan Lok Tuan Bontang, Cek Jadwalnya
Virus penyebab Covid-19 memiliki beberapa antigen yang sudah dikenali, seperti nukleokapsid fosfoprotein dan spike glikoprotein.
Tes swab antigen dapat melihat keberadaan antigen di dalam tubuh, sehingga bisa diketahui apakah seseorang sedang terinfeksi virus Covid-19 atau tidak.
"Ini cara kerjanya jelas, bisa mengenali virus. Namun pada kondisi orang tertentu ada juga yang enggak terbaca virusnya. Tapikan jarang," tuturnya.
Sementara, untuk cara kerja tes swab PCR ini mendeteksi materi genetik Virus Corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Tes ini juga dapat mendeteksi fragmen virus, bahkan saat seseorang sudah tidak terinfeksi.
Teknologi PCR mampu melihat materi genetik virus dengan teknik amplifikasi atau perbanyakan.
Virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 memiliki materi genetik yang memiliki rantai tunggal asam ribonukleat (RNA).
Pemeriksaan virus jenis ini dilakukan dengan mengubah RNA menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) yang memiliki rantai ganda.
Setelah diubah menjadi DNA, materi genetik tersebut diperbanyak lewat alat PCR.
Apabila mesin PCR mendeteksi adanya materi genetik Virus Corona, maka hasil tes dinyatakan positif Covid-19.
"Kalau pas tes antigennya menemukan hasil negatif tapi pasien punya gejala yang sama dengan penderita Covid-19, maka lanjut tes PCR," ucapnya.
Dinkes Belum Minat Gunakan GeNose, Alasannya Kurang Akurat dan Lebih Banyak Limbah
Diberitakan sebelumnya, Pemkot Bontang belum berminat untuk pengadaan alat GeNose C19 sebagai alat deteksi dini Covid-19 di Kota Bontang.
Hal itu ditegaskan Bahauddin, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bontang, Kamis (22/4/2021).
Sejauh ini, Dinkes Bontang akan tetap menggunakan alat rapid antigen sebagai deteksi dini penyabaran Covid-19 di masyarakat.
Sebab, menurutnya, alat tes rapid antigen memiliki akurasi yang lebih terpercaya dari pada alat GeNose C19.
"Kami masih pakai antigen aja. Kami belum berminat gunakan GeNose C19 karena akurasinya kurang," bebernya.
Selain itu, pengadaan alat GeNose C19 tidak dilakukan lantaran mempertimbangkan limbahnya yang lebih banyak dari pada alat rapid antigen.
Dijelaskan Bahauddin, penggunaan GeNose C19 ini hanya diperuntukan untuk di tempat tertutup.
Sementara di tempat terbuka tidak bisa.
"Lagian juga GeNose C19 ini tidak bisa digunakan di tempat terbuka. Jadi tidak usah lah," tuturnya.
Disinggung mengenai harga, Bahauddin mengakui jika harga alat GeNose C19 memang jauh lebih murah dari alat rapid antigen.
Ia menegaskan untuk apa menggunakan yang murah, jika akurasinya masih diragukan.
"Memang lebih murah. Tetapi akurasinya kan masih dipertanyakan. Jadi sebaiknya antigen aja," ucapnya.
Penulis: Ismail Usman | Editor: Rahmad Taufiq