Breaking News

Icip Bosque

Cobain Lezatnya Amparan Tatak Pisang dari Omah Jajan, Kudapan Favorit Orang Balikpapan Berbuka Puasa

Cobain Lezatnya Amparan Tatak Pisang dari Omah Jajan, Kudapan Favorit Orang Balikpapan Berbuka Puasa

TRIBUN KALTIM/DWI ARDIANTO
Cobain Lezatnya Amparan Tatak Pisang dari Omah Jajan, Kudapan Favorit Orang Balikpapan Berbuka Puasa 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Cobain Lezatnya Amparan Tatak Pisang dari Omah Jajan, Kudapan Favorit Orang Balikpapan Berbuka Puasa

Pisang merupakan salah satu buah tropis dan telah menjadi komoditas ekspor Indonesia.

Di negara ini, pisang dapat ditemukan dengan sangat mudah. Hal ini menjadi alasan mengapa ada begitu banyak jajanan tradisional menggunakan buah yang kaya akan karbohidrat dan vitamin A tersebut sebagai bahan utamanya, salah satunya adalah kudapan amparan tatak pisang.

Camilan khas Banjarmasin, Kalimantan Selatan ini sekilas tampak mirip dengan nagasari.

Perbedaannya jika nagasari dihidangkan dalam porsi yang lebih kecil dan dibungkus dengan daun pisang, amparan tatak pisang justru disajikan dalam ukuran loyang atau umumnya dipotong dalam bentuk segitiga.

Nah, bagi anda yang berdomisili di Kota Balikpapan, tidak perlu jauh-jauh pergi ke Banjarmasin untuk menikmati kudapan lezat satu ini.

Sesuai dengan namanya, di warung makan Omah Jajan ini kamu dapat menemukan berbagai jajanan khas nusantara termasuk di antaranya adalah amparan tatak pisang.

Rasa amparan tatak pisang ini sungguh enak, lembutnya adonan tepung beras langsung meleleh di mulut.

Rasa dan aroma khas dari santan yang direbus dengan daun pandan begitu terasa.

Amparan tatak Omah Jajan Balikpapan.
Amparan tatak Omah Jajan Balikpapan. (TRIBUN KALTIM/DWI ARDIANTO)

Belum lagi ditambah dengan manisnya pisang raja dengan teksturnya yang lembut, sungguh bangga jadi orang Indonesia yang punya segudang varian jajanan tradisional!

Eksi Ari Pujianti adalah nama di balik warung jajanan tradisional ini.

Terletak di ruko Pelangi B Point, tepatnya di Jl. Syarifuddin Yoes Sepinggan, letak Omah Jajan ini memang berada satu gedung dengan kedai Wakul yang menyediakan makanan berat yang juga khas nusantara.

Wanita 49 tahun yang hobi membuat makanan tradisional tersebut mengatakan jika Omah Jajan ini merupakan bagian dari Wakul.

Berbeda dengan Wakul yang telah berdiri sejak 6 tahun lalu, usia Omah Jajan sendiri masih terbilang muda yaitu 6 bulan.

Bermula dari banyaknya permintaan oleh para pelanggan untuk menyajikan menu makanan ringan, Eksi akhirnya memutuskan untuk mencoba peruntungan lewat jajanan pasar.

"Sebenarnya di Wakul sendiri sudah sejak lama menyediakan menu tempe mendoan. Namun beberapa pelanggan setia yang datang hampir setiap pagi meminta saya untuk menyajikan menu kudapan lain," ceritanya.

Awalnya ia berniat untuk menjadikan permintaan tersebut sebagai peluang bisnis bagi orang lain dengan cara mengumpulkan camilan buatan penjual jajanan pasar lainnya. Namun ketika ia coba, ternyata kualitas rasa dari dagangan yang dikumpulkan itu belum sesuai dengan yang Eksi inginkan.

Amparan tatak Omah Jajan Balikpapan.
Amparan tatak Omah Jajan Balikpapan. (TRIBUN KALTIM/DWI ARDIANTO)

"Setelah itu akhirnya saya putuskan untuk membuat sendiri. Karena bagaimanapun ketika pelanggan memilih untuk makan di sini, artinya mereka percaya bahwa hasil masakan saya memang lezat dan saya berusaha sebisa mungkin untuk menjaga kepercayaan itu," tuturnya.

Uniknya sebelum terjun ke bisnis kuliner, Eksi telah terlebih dahulu mencicipi bisnis alat berat bahkan hingga memiliki 40 unit alat berat berbagai jenis.

Namun sayangnya, bisnis yang telah dilakoninya selama bertahun-tahun tersebut harus kandas setelah harga batu bara terjun bebas.

Tak patah arang, Eksi pun banting setir ke bisnis kuliner dengan menjual alat beratnya untuk menjadi modal baginya merintis bisnis yang kini berhasil menjadi mata pecaharian utama bagi keluarganya tersebut.

Berbekal pengalamannya membantu sang ibu berjualan makanan untuk anak kos di Jawa, wanita asal Malang tersebut perlahan membangun sendiri kerajaan bisnisnya.

"Saya tidak punya latar belakang formal di bidang kuliner. Benar-benar hanya mengandalkan resep yang ada di internet dan lidah sendiri untuk mengukur rasa makanan yang saya buat, saya benar-benar memulai semua dari nol secara otodidak," kenangnya.

Sambil tertawa, Eksi pun bercerita bahwa ia sampai nekat belajar mengoperasikan Youtube untuk berlatih secara otodidak dari platform tersebut. Berkat kerja kerasnya itu, kini Wakul dan Omah Jajan telah memiliki 100 menu dan puluhan pelanggan tetap. 

Amparan tatak Omah Jajan Balikpapan.
Amparan tatak Omah Jajan Balikpapan. (TRIBUN KALTIM/DWI ARDIANTO)

Menteri Siti Nurbaya Pesan Onde-onde 50 Kotak

Selain amparan tatak pisang, menu jajanan lain yang juga menjadi primadona di Omah Jajan adalah onde-onde.

Wanita tersebut bercerita bahwa beberapa waktu lalu saat melakukan kunjungan kerja, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, sampai memesan kue onde-onde sebanyak 50 kotak.

"Ya Allah, saya pun kaget. Beneran ini buat dimakan ibu Menteri? Awalnya saya pikir saya dikerjai, tapi ternyata setelah sekretarisnya berkata bahwa memang onde-onde ini buat ibu Siti dan rombongan, baru saya percaya. Ternyata bisa juga hasil masakan dengan resep seadanya seperti ini sampai di lidah ibu Menteri," ceritanya sambil tertawa geli.

Hingga saat ini Omah Jajan bisa menyediakan 30 hingga 50 macam kue setiap hari. Dibanderol dengan harga mulai dari Rp 3 ribu, sungguh tak akan membuat kantong jebol.

"Saya ingin jajanan nusantara naik kelas. Karena hingga saat ini saya masih melihat jajanan tradisional sering mendapat stigma sebagai jajanan murahan dan kurang dilirik apalagi oleh generasi muda. Tapi jangan salah meski harganya murah, jajanan pasar layak diadu," sambungnya.

Terkait rencana ke depan, ia masih berharap suatu saat dapat menyediakan etalase tambahan untuk penjual lain yang ingin menjajakan kudapan tradisional di rumah makan miliknya. Namun untuk saat ini ia masih mengurungkan niat tersebut mengingat usia Omah Jajan yang masih seumur jagung.

"Omzet harian dagangan kudapan ini pun masih terbilang kecil dengan kisaran ratusan ribu hingga 1 juta rupiah. Saya tidak ingin nantinya terjadi over suplai yang akhirnya menyebabkan kudapan itu dibuang," terangnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved