Ramadhan 2021
Warisan Keluarga Turun-temurun, Kue Talam Maskota Jadi Buruan Warga Samarinda, Omzet Rp 10 Juta/Hari
Jika dirunutkan hingga sekarang, jajanan tradisional Maskota sudah ada sejak tahun 1980, dan sering diburu masyarakat Kota Samarinda, Provinsi Kaliman
Penulis: Mohammad Fairoussaniy |
Sempat akan mengurungkan niat berjualan, tetapi melihat antusias warga Kota Tepian pada nisfu syaban, akhirnya dia memutuskan berjualan pada Ramadan tahun ini.
Sebelumnya Maskota mengakui bahwa bisa membuat kue talam hingga 60 loyang dalam sehari, namun sekarang hanya separuh dari itu, hanya 30 loyang.
Kue talam olahannya sendiri ada 16 varian rasa yang disuguhkan.
"Tetapi tidak semua dibuat. Tergantung yang sering dibeli saja,” ucapnya.
Amparan tatak, sari muka ketan putih, sari muka ketan hitam, sari muka hijau, karaban, dan masih banyak lagi.
Terkadang, langgananya juga memesan dibuatkan khusus jenis kue talam.
Jika kue basah, ada juga bingka, dengan berbagai bentuk ukuran.
Jika bingka besar yang dicetak bisa mencapai 60 cetakan, sedang ukuran kecil bisa mencapai 400 cetakan dalam seharinya.
Dan itu dikerjakan bersama anak-anaknya.
Kue talam yang banyak diburu sendiri adalah amparan tatak, satu loyangnya dipatok dengan harga Rp 280 ribu.
Pendapatan sendiri, dalam kondisi pandemi saat ini, Maskota bisa meraup Rp 10 juta dari hasil jualan dalam sehari.
"Hasil jualan itu digabung dengan jualan kue jenis lainnya dan makanan masak yang dijual," ucapnya.
Rahasia di balik keenakan kue yang dibuat Maskota tak semua dibeberkannya, memasak kue talam dan bingka kentang contohnya, Maskota mengatakan bahwa ada teknik khusus untuk kue-kue yang dijualnya agar terus jadi rujukan bagi warga Kota Tepian.
Cara memasaknya juga tak semuanya modern.
Ia bahkan masih menggunakan kayu bakar.
"Berpengaruh jika menggunakan kayu bakar, pengaruh dengan ketahanan dan keawetan kue. Makanya kami masih pakai cara lama,” imbuhnya.
Menurut Maskota, mempertahankan cita rasa kue jajanan tradisional buatannya, membuat orang semakin percaya dengan yang dihasilkan.
Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Rahmad Taufiq