Berita Paser Terkini

Ingin Keluar dari Daerah Rawan Pangan, Desa Sebakung di Paser Perlu Pintu Air Tingkatkan Pertanian

Tingkat kerawanan pangan di sejumlah wilayah di Kabupaten Paser masih cukup tinggi, dari 139 desa yang ada 30 di antaranya masuk kategori rawan pangan

Penulis: Syaifullah Ibrahim | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO, SYAIFULLAH IBRAHIM
Bakransyah Kepala Desa Sebakung, Kecamatan Long Kali, Kabupaten Paser menjelaskan permasalahan hasil pertanian yang kurang maksimal sehingga masuk di kategori Desa Rawan Pangan. Minggu (13/6/2021). TRIBUNKALTIM.CO, SYAIFULLAH IBRAHIM 

TRIBUNKALTIM.CO, TANA PASER - Tingkat kerawanan pangan di sejumlah wilayah di Kabupaten Paser masih cukup tinggi, dari 139 desa yang ada 30 di antaranya masuk kategori rawan pangan.

Salah satu yang wilayah yang ditetapkan sebagai daerah rawan pangan yaitu Desa Sebakung, Kecamatan Long Kali, Kabupaten Paser. Minggu (13/6/2021).

Beberapa indikator penilaian yang masih belum terpenuhi dengan baik sehingga desa tersebut ditetapkan sebagai rawan pangan.

Meliputi akses jalan usaha tani serta tingkat produksi pertanian yang masih cukup rendah dalam setahun.

Rendahnya hasil produksi pertanian juga dikarenakan beberapa faktor, salah satu diantaranya yaitu adanya banjir setiap tahunnya dan tidak bisa diprediksi waktu akan terjadinya.

Baca juga: Petani Sebakung Taka Kabupaten Paser Minta Rehabilitasi Saluran Air, Optimalisasi Lahan Pertanian

"Sering terjadi banjir di desa kami, ini yang membuat petani kesulitan untuk mengembangkan pertanian, mulai dari meluapnya air Sungai Telake juga disertai dengan intensitas hujan yang cukup tinggi," jelas Bakransyah Kepala Desa Sebakung.

Menurutnya, terjadinya banjir di Desa Sebakung disebabkan 2 faktor, diantaranya hujan di area hulu sungai dan terjadinya hujan lokal di wilayah desa yang menjadi sebab terhambatnya peningkatan produksi pertanian.

Bakransyah menambahkan, dengan kata lain titik utama yang menjadi permasalahan yaitu jalur irigasi menuju Sungai Telake.

"Luapan air Sungai Telake bisa saja dicegah agar tidak masuk ke desa dengan cara menutup saluran tersebut, namun pada waktu berbeda juga harus dibuka kembali untuk mengeluarkan air yang datang dari irigasi desa," tambahnya.

Meluapnya air Sungai Telake juga dikarenakan hujan yang terjadi di daerah hulu sungai, sehingga air dengan kapasitas besar masuk dari aliran sungai melalui irigasi di desa.

Ketika saluran irigasi sudah tidak mampu menampung luapan air Sungai Telake, maka air mulai masuk ke area persawahan petani.

"Banjir biasanya terjadi karena air Sungai Telake meluap yang disebabkan hujan di daerah hulu sungai, jadi air dari aliran sungai masuk ke irigasi persawahan kemudian masuk ke area persawahan petani," jelasnya.

Secara geografis, posisi desa Sebakung terbagi dengan aliran Sungai Telake dengan posisi sungai berada di tengah desa.

Jika terjadi hujan di beberpa desa tetangga, maka aliran air akan melintasi irigasi di desa Sebakung, sementara desa tersebut hanya memiliki satu titik irigasi menuju Sungai Telake.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved