Wawancara Eksklusif
WAWANCARA EKSKLUSIF Kepala BNNP Kaltim, Brigjen Pol Wisnu Andayana: Provinsi Tujuan 'Wisata' Narkoba
Ternyata Kaltim sebagai perlintasan untuk masuknya barang haram sebelum berkirim ke Sulawesi dan daerah sekitarnya.
Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Adhinata Kusuma
TRIBUNKALTIM.CO - Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) 2021 pada 26 Juni lalu, Tribunkaltim.co berkesempatan berbincang langsung dengan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Kalimantan Timur, Kamis (25/6/2021).
Dalam wawancara eksklusif bersama Tribunkaltim.co di Kantor Biro Samarinda, Jalan Alaya, Kelurahan Sungai Pinang Dalam, Kecamatan Sungai Pinang, Kota Samarinda, Kaltim, Brigjen Pol. Wisnu Andayana selaku Kepala BNNP Kaltim menyampaikan beberapa programnya.
Termasuk "War On Drugs" yang jadi tema HANI 2021 ini. Pria yang masuk pendidikan Akademi Polisi (Akpol) tahun 1990 ini juga baru menjabat sebagai Kepala BNNP Kaltim selama 2 bulan.
Mantan Kepala BNNP Gorontalo ini juga tak menyangka bahwa ternyata Kaltim sebagai perlintasan untuk masuknya barang haram sebelum berkirim ke Sulawesi dan daerah sekitarnya.
Apa saja yang dibincangkan di studio Tribunkaltim.co, Biro Samarinda, dan seperti apa persiapan HANI 2021, serta program Kepala BNNP Kaltim yang baru ini, berikut petikan wawancara eksklusif Tribunkaltim.co.
HANI dirayakan dimana saja dan apa makna dari tema "War On Drugs" yang diusung?
HANI dirayakan secara internasional, berdasar resolusi PBB, dan diperingati tiap tanggal 26 Juni. Namun serentak nanti akan diperingati tanggal 28 Juni dan dipimpin oleh Presiden Joko Widodo secara virtual.
"War On Drugs" jangan dipahami hanya terkait penggerebekan atau pun penindakan. Dalam artian bahasa Indonesia. War yang artinya perang bukan melulu dengan senjata. Tetapi lebih kepada bagaimana peperangan ini bisa menimbulkan suatu efek yang positif dan mengubah sesuatu perlahan dengan baik.
Berperang namun lebih kepada proses pencegahan, program pendayagunaan masyarakat, rehabilitasi, dan pemberantasan dikemas jadi satu. Tidak tembak-tembakan saja, War On Drugs adalah sebuah simbol.
Simbol dalam artian semangat jajaran BNN dalam mencegah agar generasi penerus tak masuk dalam lembah hitam narkotika. Narkotika ini memang sangatlah berbahaya dan mau tidak mau harus diakui bahwa pemasok dari luar negeri yang tidak pernah putus serta terus mencari celah untuk menjadikan kawasan Indonesia sebagai pasar gelap narkotika.
Kenapa tidak habis-habis, karena di luar negeri saja terkadang mendirikan pabrik narkoba, namun tidak boleh dijual selain keluar negaranya. Kan negara lain jadi sasaran, termasuk kita (Indonesia). Lebih berat masalah narkotika ini, jahat dari bahaya korupsi dan terorisme. Karena satu generasi bisa hancur dengan perkara ini.
Baca juga: WAWANCARA EKSKLUSIF Dirut PT Transkon Jaya Tbk: Kami Rancang Kurikulum Siap Kerja Bersama Sekolah
HANI 2021 sendiri, apa yang diprogramkan, dan bagaimana keterlibatan serta dukungan Forkopimda Kaltim?
Dalam memperingati HANI 2021 kembali ditegaskan bahwa membangun sumber daya manusianya agar tidak lagi tergiur bukanlah suatu perkara sepele, saya berpendapat bahwa seluruh jajaran Forkopimda juga harus mendukung BNNP Kaltim dalam mengkoordinir terkait narkoba ini.
Masalah narkotika menjadi sangat kompleks di era sekarang, tidak lagi menyasar kalangan bawah saja, atau sasaran seperti karyawan tambang, maupun diskotik yang disinyalir selalu ada pergerakan barang di situ.
Ternyata bukan nomor satu di Kaltim (pekerja tambang), jadi ada nomor satu swasta, kedua wiraswasta, keempat pengangguran, kelima buruh, keenam pelajar dan mahasiswa, dan ada juga TNI-Polri serta PNS.
Lebih kompleks, tantangan ini bukan hanya BNNP saja untuk mencegah dan menanggulangi. Memang benar sebagai koordinator Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Namun ada tanggung jawab mereka (Forkopimda) sesuai Inpres nomor 2 tahun 2020 yang nanti hasilnya kita laporkan ke presiden.
Dukungan mengalir saja, bahkan Gubernur Isran Noor bilang tolong diberantas. Dan Forkopimda di Kaltim juga ikut setuju (Pangdam, Kapolda, Ketua DPRD dll). Tinggal pelaksanaan di lapangan P4GN-nya.
Pemetaan penyebaran Narkotika di Kaltim, dan pintu masuk peredarannya darimana? Kenapa Kaltim bisa menjadi Pasar Narkotika?
Kaltim adalah wilayah produktif dari segi ekonomi dan perputaran belanja barang.
Indikator pasar narkoba dengan peredaran baik adalah siklus perekonomian yang stabil, dan orang yang menyalahgunakan narkotika cenderung bisa mencukupi kebutuhan lalu bisa membeli barang ini.
Perlahan tapi pasti, kita cegah untuk menyalahgunakan narkotika. Selama dua bulan, kalau saya lihat lebih produktif ekonomi kita.
Nah, pengedar dan sindikat sangat tergoda dengan hal ini, lantas menjadikan pasar penjualan narkobanya. Luar biasa masalah lalu lintas ekonominya (Kaltim), saya dapat informasi dari Kepala BNNP sebelumnya lebih tinggi pergerakan barang (narkotika).
Barang datang dari Kaltim kalau di Sulawesi itu. Nah sekarang saya menjabat di daerah sumbernya, ternyata narkotika dari perbatasan, saya kira produknya di Kaltim, ternyata bukan, ternyata seperti Gorontalo yang juga perlintasan.
Bukan spesifik seperti jenis Ganja dari Sumatera Utara, Sabu dari Malaysia. Ada yang memasok ke sini.
Selama dua bulan menjabat sudah melakukan riset, apa yang sebenarnya menjadi atensi di Kaltim?
Kaltim ini luar biasa untuk lalulintasnya peredaran narkoba. Setelah saya ke sini, Kaltim ternyata hanya perlintasan juga untuk peredaran narkoba.
Saya kira semua produksi yang disebar di provinsi lain itu dari Kaltim. Jadi di Gorontalo, menyambung yang tadi, ternyata Kaltim perlintasan.
Sebetulnya bukan sumbernya untuk narkotika Kaltim ini, karena barang itu lintasannya juga dari perbatasan, perlintasan antar negara.
Barang narkotika bisa masuk dari Malaysia, Filipina juga.
Kita punya petanya, jadi Kaltim termasuk tujuan "wisata" narkoba. Terutama ASEAN, Kaltim menjadi sasaran dan pasar narkotika.
Baca juga: WAWANCARA EKSKLUSIF Ketua DPW PKB Kaltim Syafrudin Berani Pertaruhkan Jabatan Demi ke Senayan
Dari data tahun 2020 tingkat prevelensi di Kaltim menurun untuk peredaran narkoba 4 besar menjadi 20. Apakah ini kabar baik untuk masyarakat Kaltim ?
Kalau saya pribadi, saya tidak begitu yakin, itu kan data penanganan, data yang sempat ditangani terus berkurang. Bagaimana yang tidak tertangani.
Wajar kita sebagai salah satu aparat pemerintah yang membidangi terkait pemberantasan atau pencegahan narkoba, kita selalu berfikir untuk negatif thinking supaya tidak over confidence (terlalu pede) dan itu merugikan masyarakat, buat saya itu penanganan saja, di luar itu bisa lebih banyak lagi.
Saya tidak yakin sih, walaupun itu akan menurun, iya. Tidak bisa dibohongi data penanganan seperti itu.
Tapi di lapangan saya tidak yakin juga (menurun peredaran narkotika), biar ada rasa keadilan di sini kita tidak boleh santai karena sudah mulai berkurang ini. Kasihan masyarakat dirugikan.
Seharusnya data itu sebagai koreksi kita, mungkin akan lebih digiatkan lagi dan mungkin ada yang belum kita tangani, mungkin kurang kesadaran masyarakat, atau belun dapat informasi kita.
Sehingga data yang ada dicatat lah sebagai perkembangan yang bagus, dimana-mana narkoba selalu meningkat, jarang turun.
Jadi kita tidak mau terbuai dengan data yang sudah menurun. Data prevelensi sebetulnya tahun 2019 itu kita ranking dari 33 dari 34 provinsi. Itu pun saya tidak yakin.
Data yang seperti itu misalkan kita di peringkat 33 dari 34 malah menyenangkan para pengedar itu, pasti menyenangkan karena menurut mereka tidak terdeteksi. Sekedar data saja itu.
Jenis narkoba apa yang beredar di Kaltim?
Kalau di Kaltim paling banyak digunakan ranking satu masih ganja 65 persen, sabu-sabu sekitar 38 persen, dan ekstasi 18 persen itu yang paling dominan.
Ada sebagian kecil tapi masih terjadi sampai saat ini, penggunaan jenis bahan alkohol, inhalen (lem), spirtus dan itu masih marak.
Terutama digunakan oleh anak-anak yang taraf ekonominya menengah ke bawah dan paling gampang dicari, dimana ada, itu kan zat adiktif. (Mohammad Fairoussany/Bagian 1)