Berita Nasional Terkini
Bantah Luhut Pandjaitan, Fadli Zon Sebut Indonesia Kolaps, Bongkar Bukti Lapangan & Pengakuan Nakes
Bantah Luhut Binsar Pandjaitan, Fadli Zon sebut Indonesia kolaps, bongkar bukti lapangan & pengakuan tenaga kesehatan
TRIBUNKALTIM.CO - Politikus Gerindra, Fadli Zon mengungkapkan penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia jauh dari kata terkendali.
Pernyataan Fadli Zon ini seolah membantah pernyataan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan yang menyebut penanganan pandemi Virus Corona, terkendali.
Fadli Zon membeberkan fakta lapangan di mana warga yang terpapar Covid-19 kesulitan mendapat layanan fasilitas kesehatan.
Menurut Fadli Zon, fasilitas kesehatan di Indonesia sudah kolaps.
Diketahui, angka terbaru kasus baru Covid-19 di Indonesia sudah menyentuh angka 47 ribu dalam sehari.
Sementara, angka kematian terbaru mencapai 800 kasus per hari.
Baca juga: Geram Covid-19 Dinilai Tak Terkendali, Luhut: Nanti Saya Tunjukkan ke Mukanya Bahwa Kita Terkendali
Hal ini menjadikan Indonesia berada di peringkat pertama di dunia soal penambahan kasus baru Covid-19 plus angka kematian tertinggi.
Fadli Zon pun berharap Pemerintahan Jokowi meminta maaf kepada masyarakat akibat belum mampu mengendalikan pandemi Covid-19.
Dilansir dari TribunWow.com dalam artikel berjudul Pemerintah Yakinkan Covid-19 di Indonesia Terkendali, Fadli Zon: Ini Denial, Harusnya Minta Maaf, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon mengkritik pemerintah yang mencoba meyakinan bahwa Covid-19 di Indonesia terkendali.
Menko Marves Luhut Pandjaitan sebelumnya lantang menentang semua pihak yang tak yakin bahwa Covid-19 tak terkendali untuk membuktikan.
Berangkat dari sejumlah fakta di lapangan dan pengakuan beberapa Nakes, Fadli Zon menyebut bahwa pemerintah semestinya mengakui bila sudah kolaps.
Terlebih, mengingat semakin banyaknya pasien yang akhir-akhir ini meninggal dunia saat isolasi mandiri.
"Ini kan ada satu fakta, fakta bahwa sudah kolaps rumah sakit kita," kata Fadli Zon di tvone, Selasa (13/7/2021).
"Dan akhirnya karena rumah sakit ini penuh, akhirnya tidak ada pilihan lain kecuali isolasi mandiri."
"Jadi isolasi mandiri itu bukan pilihan, karena yang isoman itu harusnya yang tanpa gejala atau gejala ringan," imbuhnya.