Gaya Hidup

Hari Anak Nasional 2021, Tantangan Orangtua di Masa Pandemi Ciptakan Lingkungan Bermain yang Aman

Hari Anak Nasional 2021, Tantangan Orangtua di Masa Pandemi Ciptakan Lingkungan Bermain yang Aman dan Ramah pada Anak.

TRIBUN KALTIM/TRINILO UMARDINI
Ilustrasi anak berolahraga di luar rumah. Hari Anak Nasional 2021, Tantangan Orangtua di Masa Pandemi Ciptakan Lingkungan Bermain yang Aman. 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Hari Anak Nasional 2021, tantangan orangtua di masa pandemi ciptakan lingkungan bermain yang aman dan ramah pada Anak.

Tepat 23 Juli 2021 diperingati sebagai Hari Anak Nasional (HAN).

Satu di antara 13 Hak Anak yang diatur dalam UU adalah hak istirahat, memanfaatkan waktu luang, dan bergaul. Pendeknya adalah bermain.

Namun di masa pandemi Covid-19, hak anak untuk bermain sepertinya tak sepenuhnya bisa dilakukan di luar rumah.

Sebagian anak lebih suka bermain dengan melakukan kegiatan fisik seperti berlari keliling kompleks, bersepeda bersama teman, atau bermain bola.

Dengan anjuran main di rumah saja, inilah tantangan bagi orangtua dan pendidik agar anak bisa bermain dengan aman dan tidak bosan di rumah.

Hal ini juga diakui Dosen sekaligus Praktisi PAUD, Baldwine Honest, di mana menurutnya orangtua berkewajiban untuk menciptakan lingkungan yang menarik bagi anak.

"Selain membatasi gawai pada anak, orangtua juga wajib menciptakan situasi lingkungan yang bisa membuat mereka bahagia. Jadi selain memberikan pemahaman pada anak bahwa kondisi saat ini kita dilarang untuk berkumpul, orangtua juga harus mampu menyediakan lingkungan alternatif bagi mereka. Karena bagaimana pun, anak membutuhkan tempat yang nyaman dan kondusif bagi tumbuh kembangnya," ujar wanita yang akrab disapa Honest ini.

Baldwine Honest
Baldwine Honest (HO-Dok Pribadi)

Menurutnya, aktivitas menarik bagi anak dapat mulai dilakukan dari pekarangan rumah.

"Anak-anak itu cukup mudah dibuat bahagia. Lewat aktivitas sederhana seperti bersepeda, membuat kerajinan tangan, atau berkebun saja sudah cukup bagi mereka. Karena yang terpenting adalah aktivitas fisik dan menghindari anak-anak dari penggunaan gawai berlebihan," lanjut Baldwine Honest.

Permainan tradisonal bola bekel. Permainan ini pernah populer di kalangan anak-anak zaman dulu. Saat ini bola bekel jarang dimainkan anak-anak lantaran keberadaan gawai.
Permainan tradisonal bola bekel. Permainan ini pernah populer di kalangan anak-anak zaman dulu. Saat ini bola bekel jarang dimainkan anak-anak lantaran keberadaan gawai. (TRIBUN KALTIM/TRINILO UMARDINI)

Terkait dengan perkembangan bahasa, Baldwine Honest mengatakan orangtua bisa mulai dari mengajarkan anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya atau saudaranya.

"Kita bisa memanfaatkan teknologi jika memang di rumah tidak ada saudara yang sebaya. Sejak pandemi tahun lalu, sekolah tetap dilaksanakan dan ini cukup membantu anak untuk bersosialisasi. Meskipun dilakukan secara daring, anak-anak tetap dapat distimulasi untuk melakukan sosialisasi dengan teman-teman sekelasnya dan guru-guru di sekolah. Apalagi untuk anak usia PAUD dan SD, hal ini sangat penting. Agar ketika PTM dilaksanakan, mereka tidak kaget dan tetap dapat bersosialisasi dengan baik," jelas Baldwine Honest.

Terkait dengan kualitas pendidikan anak selama pandemi, Baldwine Honest optimis jika belakangan sistem belajar dari rumah sudah mulai membaik.

"Tidak seperti di bulan awal pandemi. Saat ini guru dan orangtua sudah mulai menyesuaikan. Sekolah juga sudah mulai kreatif untuk menyediakan materi belajar yang menyenangkan meski anak-anak belajar dari rumah," ungkapnya.

Ia pun mengatakan jika kombinasi belajar secara daring dan luring yang mungkin akan diterapkan dalam beberapa tahun ke depan, tidak akan menurunkan kualitas belajar siswa.

"Dalam hal ini, interaksi antara orangtua dan guru menjadi hal penting. Karena sekarang kita tidak bisa berharap kondisi akan kembali seperti semula. Tapi yang bisa kita lakukan adalah menyesuaikan diri dengan kondisi ini dan optimis kualitas pendidikan kita pasti akan membaik tahun demi tahun," kata Baldwine Honest.

Wanita yang merupakan seorang ibu ini juga mengatakan jika saat ini merupakan momen di mana pendidikan anak tidak dapat dilakukan hanya dengan mengandalkan guru dan sekolah.

"Dari dulu kita tahu bahwa peran orangtua, guru, dan sekolah sangat dibutuhkan untuk pendidikan anak. Tapi memang untuk urusan pendidikan, kebanyakan orangtua masih mengandalkan guru dan sekolah. Padahal selain pendidikan, perkembangan keterampilan dan karakter juga penting. Tentu hal ini pun membutuhkan peran orangtua," terangnya.

Ahim dan kedua buah hatinya.
Ahim dan kedua buah hatinya. (TRIBUN KALTIM/DWI ARDIANTO)

Terkait hal ini, Honest berharap orangtua bisa semakin menyadari perannya sebagai pendamping dan pendidik anak selama berada di rumah.

"Anak-anak pasti rindu kegiatan outdoor dan aktivitas belajar tatap muka. Tapi memang saat ini hal yang dapat kita lakukan adalah bersabar dan menyesuaikan dengan kondisi yang ada," tutur Baldwine Honest.

Ia berharap orangtua dan keluarga tidak melupakan perannya dalam mendidik anak.

Untuk urusan metode pembelajaran yang menarik, biarlah menjadi urusan sekolah, guru dan akademisi.

Tapi untuk urusan menciptakan kondisi rumah yang kondusif, membuat aktivitas bermain yang menyenangkan untuk pertumbuhan kreativitas dan karakter anak adalah tugas orang terdekat yaitu orangtua dan keluarga.

Jangan banyak mengeluh, dari keterbatasan kita mampu melakukan apapun. Selamat Hari Anak Nasional," pungkasnya.

Komunikasi Efektif dengan Guru

Setiap orangtua tentu memiliki strategi khusus untuk memenuhi kebutuhan anak selama pandemi, satu di antaranya adalah strategi yang dimiliki oleh Ade Sarwendah.

Menurutnya, strategi yang selama ini ia terapkan adalah melakukan komunikasi efektif dengan guru di sekolah.

"Dengan adanya teknologi Zoom dan platform belajar online lainnya, orangtua jadi lebih mudah untuk mengawasi proses belajar anak. Tapi di satu sisi, kita juga dituntut untuk jeli mengawasi anak selama belajar agar tidak lepas kontrol," ujarnya.

Dalam hal ini, Ade selalu menerapkan pengawasan ketika sang buah hati sedang belajar secara daring.

Selain itu, ia secara rutin juga berkonsultasi dengan guru-guru di sekolah anaknya untuk memastikan bahwa buah hatinya dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik.

"Harus ada komunikasi efektif dengan guru. Jangan mentang-mentang sudah ada guru, kita jadi lepas kontrol. Guru dan sekolah tentu sudah memiliki materi yang telah disesuaikan dengan kondisi saat ini. Dari sisi orangtua, kita memastikan bagaimana materi tersebut dapat diserap anak secara maksimal," kata Ade.

Nanda Adi Surya bersama sang buah hati.
Nanda Adi Surya bersama sang buah hati. (TRIBUN KALTIM/DWI ARDIANTO)

Selain akrab dengan guru di sekolah, Ade mengatakan bahwa tak ada salahnya orangtua juga kenal dengan teman-teman anaknya.

"Lebih baik lagi kalau kita dekat dengan orangtua siswa lain. Karena dari situ kita bisa saling berbagi tips terkait dengan aktivitas apa saja yang dapat dilakukan jika anak bosan," jelasnya.

Untuk aktivitas di rumah, Ade juga selalu memastikan anaknya memiliki kegiatan fisik seperti olahraga dan keterampilan lainnya.

"Kalau dari sekolah anak saya, biasanya guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesenian (Penjaskes), selalu memberikan materi permainan tradisional yang dapat dilakukan bersama orangtua di rumah. Itulah mengapa, penting bagi orangtua untuk terlibat dalam kegiatan belajar anak. Karena dari situ kita juga bisa mendapatkan ide untuk melakukan aktivitas menyenangkan di rumah," tutupnya. (Dwi Ardianto dan Bella Evanglista)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved