Berita Nasional Terkini

Mahfud MD Jawab Konspirasi Virus Corona Alat Kafir untuk Hancurkan Umat Islam, Juga Hoaks Vaksin

Mahfud MD jawab konkspirasi Virus Corona alat kafir untuk hancurkan Umat Islam, juga hoaks vaksin

Editor: Rafan Arif Dwinanto
KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD. Mahfud MD mengulas seputar hoaks Covid-19 

TRIBUNKALTIM.CO - Menkopolhukam Mahfud MD membantah beberapa teori konspirasi mengenai Virus Corona.

Satu diantaranya yakni hoaks mengenai Covid-19 jadi senjata kafir untuk menghancurkan Umat Islam.

Diketahui, berbagai narasi yang diduga hoaks mengiringi penanganan pandemi Virus Corona di Indonesia.

Indonesia juga dilanda gelombang Virus Corona dua bulan terakhir.

Angka kasus Covid-19 di Tanah Air melesat jauh hingga sempat mencapai 50 ribu kasus baru per hari.

Presiden Joko Widodo ( Jokowi) pun mengambil langkah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Darurat.

Belakangan, PPKM Darurat berganti nama menjadi PPKM level 4.

Baca juga: Anies Baswedan Sukses Lampaui Target Jokowi, Belum Agustus, 7,5 Juta Warga Jakarta Vaksin Covid-19

Dilansir dari Tribunnews.com dalam artikel berjudul Mahfud MD: Banyak Hoaks Beredar soal Covid-19, Ada yang Bilang Corona Konspirasi Orang Kafir, Menkopolhukam Mahfud MD mempersoalkan munculnya narasi di masyarakat yang tidak percaya Covid-19.

Mahfud menuturkan salah satu narasi yang pernah didengarnya adalah Virus Corona hanya konspirasi orang kafir ingin yang menghancurkan agama Islam.

"Ada isu-isu yang kadang kala mengganggu pemerintah.

Pertama (isu) Virus Corona itu bohong, Virus Corona itu konspirasi.

Nah, masih ada yang bilang begitu, ketika kita tanya konspirasi ya siapa.

Wah itu konspirasi orang kafir untuk menghancurkan orang Islam ada yang bilang begitu," kata Mahfud dalam diskusi daring, Sabtu (31/7/2021).

Menurut Mahfud MD, narasi tersebut jelaslah tidak benar alias hoaks.

Pasalnya berdasarkan data, mayoritas masyarakat yang terdampak Covid adalah non muslim.

"Nah ternyata saudara yang kena itu justru orang kafirnya sendiri lebih banyak.

Orang yang tidak Islam itu lebih banyak, India ya itu orang Hindu, China itu komunis, Amerika, Jerman dan sebagainya Jepang, Australia itu tidak Islam.

Jadi konspirasi itu sudah diperbantukan," jelasnya.

Tak hanya itu, kata Mahfud MD, narasi yang kerap didengarnya adalah Covid-19 merupakan bagian konspirasi bisnis.

Anggapan ini pun dinilainya keliru.

"Bahwa konspirasi pedagang, ya semumpama itu benar, wong pedagang-pedagangnya sendiri juga kena gitu ya.

Dan kalau obat itu ada penyakit itu ada karena permainan dagang kan harus kita hadapi juga karena itu berbahaya secara medis," jelasnya.

"Bahkan juga ada orang datang ke rumah sakit, (pelaku bilang) bohong tuh mana saya mau ketemu sama yang kena virus memberi tahu saya nantang saya mau hirup ini ya.

Ternyata akhirnya jadi korban juga," sambungnya.

Di sisi lain, Mahfud MD juga mempersoalkan banyaknya hoaks terkait vaksinasi nasional yang dilakukan pemerintah.

"Hoaks ada orang yang kalau divaksin orang akan meninggal di dalam waktu dua tahun.

Orang meneliti vaksin itu lama sekali uji klinisnya 1,2,3 itu agar tidak membahayakan orang dalam waktu tertentu agar aman," tukasnya.

Hoaks Bertemu Tuhan?

Seorang warga berinisial M mengaku bertemu dengan Tuhan untuk memprovokasi gerakan anti vaksin Covid-19 di media sosial.

Ternyata setelah diselidiki, ternyata pelaku diam-diam telah vaksin duluan.

Mahfud MD menyampaikan video yang dibuat pelaku sempat viral di media sosial dan sampai ke telinganya.

"Kemarin itu ada orang dia membuat provokasi yang viral itu saya baru bertemu Tuhan tidak ada gunanya itu vaksin intinya tuh jangan mau divaksin.

Untuk apa. Saya (pelaku) sudah bertanya kepada Tuhan tidak ada gunanya.

Berarti seperti dia bertemu Tuhan begitu," kata Mahfud MD.

Mahfud MD menyebutkan pernyataan pelaku tidak disangka dipercaya oleh sejumlah masyarakat.

Pasalnya, gaya dan pembawaan bicara pelaku dinilai meyakinkan.

Mahfud MD pun langsung mendalami profil pelaku. Usut punya usut, ternyata pelaku justru diam-diam telah divaksin Covid-19 duluan.

"Ternyata sudah sejak awal, dia vaksin dulu. Kemudian memprovokasi orang agar tidak vaksin.

Ada tanda sertifikasinya," ungkapnya.

Lebih lanjut, Mahfud menduga pelaku sengaja memprovokasi masyarakat agar tidak vaksin agar mendapatkan vaksin duluan.

Namun, Mahfud tidak menjelaskan rincian identitas pelaku.

"Orang-orang seperti itu masih banyak. Memprovokasi agar orang tidak taat kepada pemerintah agar tidak divaksin.

Tetapi dia diam-diam mencari jalur untuk vaksin duluan itu ada," pungkasnya.

Baca juga: Respon Mahfud MD Terhadap Cuitan SBY di Twitter jadi Sorotan, Bongkar Kebiasaan di Era Gus Dur

Harta dan Jabatan Tak Berguna

Dilansir dari Tribunnews.com dalam artikel berjudul Jelaskan Situasi Pandemi, Mahfud: Harta dan Jabatan Kini Tidak Ada Gunanya, Menkoplhukam Mahfud Md menjelaskan situasi Pandemi Covid-19 sekarang ini kepada para ulama, dan tokoh agama se-Jawa Barat, dalam acara silaturahmi secara virtual, Minggu, (25/7/2021).

Acara tersebut juga dihadiri Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Mahfud mengatakan bahwa korban meninggal dunia akibat Covid-19 di Indonesia sekarang ini sudah lebih dari 80 ribu. Mereka yang meninggal berasal dari berbagai latar belakang.

"Sampai catatan tadi malam mungkin hari ini bertambah lagi, termasuk dari kalangan tokoh agama, kiai, dokter, ilmuwan, pejabat, orang kecil, orang besar.

Ini yang terjadi sekarang," kata Mahfud.

Penanganan Pandemi sekarang ini kata dia, sama beratnya dengan tahun lalu.

Hanya saja yang berbeda, pada tahun lalu pemerintah masih mencari orang yang mau diobati melalui tracing dan testing.

Kini situasi berbalik yang ingin diobati banyak hingga antre di rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya.

Bahkan saking banyaknya yang ingin diobati, harta serta jabatan sudah tidak berguna atau berpengaruh.

"Nah sekarang, saudara, harta dan jabatan dan sebagainya nggak ada gunanya.

Karena sekarang sudah pada antre di rumah sakit, nggak dapat tempat.

Hartanya banyak mau bayar paling mahal, nggak bisa, karena ini (tempat perawatan) sudah ditempati orang, di rumah sakit, begitu banyak orang itu," kata Mahfud.

Bahkan orang kaya yang biasa ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan, sekarang ini tidak bisa, karena negara lain juga menutup pintu.

"Kalau dulu orang punya uang bisa, mau ke Jerman, Singapura, Amerika tinggal milih, sekarang nggak bisa di sana ditutup di sini penuh," katanya.

Oleh karenanya kata Mahfud sekarang ini dibutuhkan kebersamaan dan persatuan dari seluruh elemen masyarakat dalam menangani Pandemi Covid-19.

Karena dalam menangani Pandemi yang hampir melanda seluruh negara di dunia tersebut, pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved