Virus Corona
Jarang yang Tahu, Dokter Tak Anjurkan Pasien Covid-19 Isoman Gunakan Oksigen di Rumah, Ini Alasannya
Jarang yang tahu, Dokter tak anjurkan pasien Covid-19 isoman gunakan oksigen di rumah, ini alasannya
TRIBUNKALTIM.CO - Kasus Virus Corona yang melonjak dua bulan terakhir di Indonesia membuat fasilitas kesehatan kewalahan.
Alhasil, banyak pasien Covid-19 yang terpaksa menjalani isolasi mandiri meski mengalami gejala sedang.
Tak jarang, pasien isoman berusaha antre guna mendapatkan tabung oksigen untuk memerbaiki saturasi yang menurun.
Pasokan tabung oksigen berikut perlengkapannya pun menjadi langka.
Tak sedikit mereka yang menjalani isolasi mandiri akhirnya meninggal dunia.
Namun, tak banyak yang tahu, ternyata pasien Covid-19 yang menjalani isoman ternyata tak disarankan menggunakan oksigen tanpa berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.
Baca juga: Daftar Tempat Isi Ulang dan Penyewaan Tabung Oksigen di Balikpapan
Pasalnya, pasien Covid-19 yang memerlukan terapi oksigen seharusnya dirujuk ke fasilitas kesehatan.
Dilansir dari Tribunnews.com dalam artikel berjudul Bolehkah Gunakan Oksigen Saat Isolasi Mandiri di Rumah? Begini Penjelasan Dokter, tingkatan gejala orang terinfeksi Covid-19 beragam. Ada yang tanpa gejala, ringan, sedang, hingga gejala berat.
Saat seseorang terkena virus SARS-CoV-2 ini dan bergejala berat, biasanya mengalami gejala Covid-19 berupa sesak napas.
Pada saat normal, tingkat saturasi oksigen atau tingkat oksigen dalam darah berada antara 95-100 persen.
Saturasi ini bisa diukur dengan alat bernama pulse oximetry (oximeter nadi).
Namun ketika virus Covid-19 sudah menginfeksi organ seperti paru-paru, maka saturasi oksigen dapat terganggu.
Bahkan kadar oksigen dalam darah bisa menurun hingga di bawah normal, sehingganya pasien membutuhkan bantuan terapi oksigen.
Fenomena penuhnya rumah sakit membuat beberapa pasien terpaksa melakukan isolasi mandiri selama di rumah.
Sebagian pasien pun menggunakan oksigen di rumah saat melakukan isolasi mandiri.
Tapi amankah penggunaan oksigen saat isolasi mandiri di rumah?
Menurut dr Ugi Sugiri Sp EM, idealnya, perawatan di rumah tidak dibenarkan beri oksigen.
Menggunakan tabung oksigen harus diawasi oleh para ahli.
Ada aturan khusus seperti berapa liter pemberian pada pasien, berapa jam oksigen akan habis dan sebagainya.
"Oleh karena itu, jika ada yang merasa sesak bisa ke rumah sakit saja.
Biar bisa dinilai dirawat inap atau enggak perlu.
Kalau menggunakan oksigen di rumah tidak dianjurkan," ungkapnya pada siaran Radio Kesehatan, Rabu (4/8/2021).
Penggunaan tabung oksigen menurut pemaparan dr Ugi betul-betul harus dipantau.
Tidak hanya sekadar kasih oksigen saja, bahkan ukuran tabung juga memengaruhi.
Karenanya perlu berkonsultasi terlebih dahulu.
Tanda Virus Corona Menyerang Paru-Paru
Seseorang yang terinfeksi Virus Corona akan merasakan tanda atau gejala khusus jika Virus Corona telah menyebar ke paru-paru.
Menurut dokter, jika Virus Corona sudah menyebar di paru-paru, kondisi pasien akan terlihat semakin parah.
Virus ini memang menyerang paru-paru sebagai target utama.
Itu sebabnya, gangguan paling menonjol pada pasien Covid-19 yakni gangguan pernapasan.
Lambat laun, penurunan fungsi paru-paru sering kali menjadi masalah yang terkait dengan Covid-19 dan dapat berlangsung lama.
Bila tak ditangani, Covid-19 bisa menyebabkan kematian.
Lantas, tanda apa saja yang harus diwaspadai?
Baca juga: Percepat Penanganan Covid-19, Pemkab Kubar Fokus Upayakan Ketersediaan Oksigen
5 tanda Virus Corona masuk ke paru-paru
1. Batuk terus menerus
Virus Corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 diketahui berkembang biak di lapisan dada dan menyebabkan serangan batuk yang parah.
Batuk kering tidak hanya merupakan tanda khas Covid-19.
Perlu diperhatikan, jika Anda mengalami batuk terus-menerus yang tidak kunjung membaik bahkan dalam 2-3 minggu setelah serangan infeksi awal, itu mungkin merupakan tanda komplikasi paru-paru dengan Covid-19.
Selain itu, batuk yang keras dan terus menerus juga bisa menjadi tanda Covid-19 yang berkepanjangan.
2. Mengalami sesak napas
Sesak napas atau dispnea adalah masalah yang biasanya terjadi jika ada infestasi atau gangguan fungsi paru-paru, yang membuat oksigen sulit masuk ke paru-paru.
Bagi orang dengan Covid-19, terutama mereka yang termasuk dalam kelompok berisiko tinggi, mengalami sesak napas, atau penurunan saturasi oksigen bisa menjadi hal yang umum.
Kondisi ini punya potensi berakibat fatal dalam waktu singkat.
Pasien yang mengalami sesak napas membutuhkan dukungan oksigen dan ventilasi serta menderita komplikasi dada.
Hal ini juga dapat menimbulkan masalah setelah pemulihan, karena pasien tersebut mungkin memerlukan bantuan dan dukungan tambahan untuk melanjutkan fungsi normal.
3. Mengalami nyeri dada, kesulitan bernapas
Dokter memperingatkan bahwa kesulitan bernapas, atau mengalami nyeri dada akut secara tiba-tiba mungkin merupakan tanda kerusakan paru-paru terkait Covid-19 yang parah, atau ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) yang merupakan tanda gagal paru-paru.
Baik itu tanda ringan atau fatal, ARDS dan komplikasi terkait mungkin merupakan tanda peradangan di paru-paru dan dapat menimbulkan dampak yang bertahan lama, seperti jaringan parut paru-paru.
Oleh karena itu, perhatian segera diperlukan.
4. Tanda-tanda infeksi lain mulai terlihat
Komplikasi paru-paru atau dada dapat memicu penyakit lain dan infeksi yang mematikan untuk datang.
Misalnya seperti sepsis, yang dapat terjadi ketika virus masuk ke aliran darah dan mulai menyerang jaringan sehat di tubuh, termasuk jantung dan paru-paru.
Sepsis juga dapat merusak sinkronisasi dan koordinasi antara berbagai organ, vital untuk fungsi kita dan membuatnya sangat sulit.
Dalam beberapa kasus yang parah, ini dapat menyebabkan kerusakan paru-paru permanen juga.
Jika Anda mengalami gejala yang berhubungan dengan penurunan fungsi vital dan tidak melihat penurunan gejala lainnya, konsultasikan dengan spesialis.
Pasien berisiko tinggi juga harus terus memantau dan mengevaluasi parameter vital mereka.
5. Badai sitokin
Badai sitokin, yang merupakan tanda sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang organ dan sel sehat juga bisa menjadi tanda komplikasi pernapasan.
Ini terutama terjadi ketika pertahanan tubuh bekerja terlalu keras dalam menghilangkan virus dari organ, dan membuat tubuh rentan terhadap infeksi dan kerusakan lain, bersama dengan Covid-19.
Hal ini dapat menyebabkan kerusakan paru-paru yang bertahan lama dan fungsi yang terganggu, yang juga disebut superinfeksi. (*)