Pernik
Permainan Berisiko Tinggi Cedera Tapi Pehobi Airsoft Gun Tetap Rela Rogoh Kocek Belasan Juta Rupiah
Permainan Berisiko Tinggi Cedera Tapi Pehobi Airsoft Gun Tetap Rela Rogoh Kocek Belasan Juta Rupiah
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Siapa sangka permainan yang memiliki risiko tinggi cedera tapi bagi pehobi Airsoft Gun tetap rela rogoh kocek hingga belasan juta rupiah untuk membeli aksesori senjata Airsoft Gun.
Aktivitas Airsoft Gun belakangan semakin banyak digemari.
Sejalan dengan itu, para pecinta kegiatan ini pun ramai-ramai mulai mengoleksi berbagai perlengkapan pendukung di luar senjata yang memungkinkan pehobinya memuaskan hasrat bertempur dan tampil gagah saat berada di medan laga.
Jika membahas mengenai usia dari hobi ini, ternyata aktivitas airsoft gun terbilang cukup tua karena diciptakan pertama kali di Jepang pada tahun 1970-an.
Lantaran memiliki banyak peminat, hobi ini pun menyebar dari negara asalnya ke Hong Kong, China, Eropa lalu ke seluruh dunia.

Balikpapan juga tak ketinggalan. Menurut Hamsa dan Dj, di Kota Minyak setidaknya terdapat tiga komunitas pehobi Airsoft Gun.
Kedua pria ini sendiri merupakan anggota dari komunitas Airsofter Tactical Assault.
Menggeluti hobi ini sejak tahun 2009, keduanya mengaku telah memiliki puluhan koleksi perlengkapan pendukung lain seperti rompi dan aksesori senjata, di luar unit Airsoft Gun.
"Untuk unit Airsoft Gun, saya memiliki sekitar 9 koleksi unit dan masih ada 2 yang sedang dalam proses pembuatan," kata Hamsa.
Meskipun bukan senjata sungguhan, Hamsa menjelaskan bahwa Airsoft Gun dibuat mirip 1:1 dengan senjata sungguhan sehingga model, ukuran, bahkan beratnya sendiri menyerupai aslinya.
Selain itu, kepemilikan Airsoft Gun juga harus didaftarkan ke Kepolisian sebelum dapat digunakan.
"Jadi kita tidak bisa sembarangan membeli lalu dipakai. Harus diregistrasi dulu, setelah mendapat nomor registrasi baru dapat digunakan," ujarnya.
Terkait pemberlakukan sejumlah aturan yang memang cukup ketat, Hamsa mengaku bahwa dirinya belum pernah menjual satu pun dari unit Airsoft Gun gunnya sejak pertama kali dibeli.

"Karena proses jual beli airsoft gun juga tidak mudah. Setiap unit yang didaftarkan memiliki surat kepemilikan sehingga kalau mau dijual, harus mengurus surat lagi. Sebenarnya ada saja beberapa oknum yang membeli secara ilegal dan tidak mendaftarkan unitnya. Tapi berhubung kami tergabung dalam komunitas, dari Kepolisian sendiri sering melakukan pengecekan berkala ke kantor sekretariat kami untuk memastikan seluruh anggota sudah mendaftarkan unitnya," jelas Hamsa.
Hal ini pun yang membuat koleksinya makin menggunung. Belum lagi ditambah dengan perlengkapan pendukung lain di luar unit Airsoft Gun.
"Sering kali saat mengikuti pertandingan, mau tidak mau kita harus memiliki alat pendukung lainnya mulai dari perlengkapan pengaman seperti BDU atau rompi, kacamata dan sepatu, hingga pelengkap unit Airsoft Gun seperti red dot, teropong, baterai, dan talkie walkie," timpal Dj.
Meski sangat mencintai hobi ini, kedua pria itu mengaku bahwa untuk menekuni hobi tersebut memang perlu merogoh kocek yang cukup dalam.
"Untuk unit senjata tipe M4 dan AK 47 yang standar saja dibanderol dengan harga paling murah Rp 5 juta. Itu pun di luar dari biaya modifikasi," jelas Hamsa.
Hamsa sendiri mengatakan jika dirinya cenderung menyukai Airsoft Gun yang telah dimodifikasi, sehingga harga dari tiap unit yang dimilikinya bisa mencapai belasan juta rupiah.

"Saat pemain mengikuti perlombaan, baru akan terasa bahwa unit yang di-upgrade itu sangat mempengaruhi performa kita di lapangan," jelasnya.
Karena alasan rutin mengikuti pertandingan inilah dirinya tak keberatan jika harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk memodifikasi unit Airsoft Gunnya.
"Kalau ditanya soal harga upgrade, sebenarnya tergantung dari si pemilik unit mau dimodifikasi seperti apa. Tapi biasanya kalau saya pribadi cenderung memodifikasi bagian dinamo, inner barrel, menambah aksesori lain seperti baterai, red dot dan teropong," jelasnya.
Untuk biaya modifikasi tersebut, rata-rata Hamsa mengeluarkan paling tidak Rp 2-3 juta.
"Selain itu, biasanya saya juga menambah aksesori pendukung seperti red dot dan teropong. Harga masing-masing keduanya adalah sekitar Rp 600 ribu hingga Rp 2 juta," ujarnya.

Aktivitas Berisiko dan Aturan Ketat
Banyak orang yang berani merogoh kocek dalam demi menekuni kegiatan yang menjadi kecintaannya. Tapi hal ini sedikit berbeda dengan hobi Airsoft Gun.
Selain perkara membeli unit atau peralatan pendukung, pehobi kegiatan ini juga harus siap disibukkan dengan sejumlah aturan ketat lainnya.
"Apalagi ketika sudah tergabung dalam komunitas. Maka mau tidak mau, memang harus mengikuti peraturan dengan ketat. Mulai dari memiliki KTA, mendaftarkan unit, bahkan mengusahakan izin ketika ingin melakukan latihan," ujar Dj.

Hal ini lantaran hobi Airsoft Gun termasuk dalam kegiatan berisiko dan bahkan ada beberapa kasus pidana di mana pelaku melakukan pengancaman dengan menggunakan unit Airsoft Gun.
"Ada beberapa anggota kami yang juga sempat mengalami cedera saat melakukan latihan atau pertandingan," ujarnya.
Salah satunya adalah Hamsa, di mana ia harus mengalami tanggal gigi seri akibat terkena peluru Airsoft Gun.

"Satu gigi seri saya tanggal akibat berlatih Airsoft Gun. Meskipun menggunakan pengaman, pehobi kegiatan ini tetap memiliki risiko cedera. Itulah mengapa aturan yang ditetapkan pun cukup ketat. Selain itu, jarak tembak juga diatur minimal 5 meter karena meskipun menggunakan BDU, tetap akan terasa sakit saat jarak tembaknya dekat. Jadi walaupun cukup merepotkan, memang sebaiknya untuk menggeluti hobi ini kita harus rela disibukkan dengan beberapa aturan dasar supaya kita aman, masyarakat pun merasa aman," pungkas Hamsa. (Bella Evanglista)