Google Doodle
Google Rayakan Ulang Tahun ke-23, Doodle Pamerkan Tart Ultah, Sejarah hingga Asal Nama
Hari ini, 27 September 2021 adalah ulang tahun ke-23 Google. Doodle pamerkan tart ultah. Sejarah Google hingga asal nama.
TRIBUNKALTIM.CO - Hari ini telah tanggal 27 September 2021, Google rayakan ulang tahun ke-23.
Di hari ulang tahun Google, Doodle memamerkan tart ultah dengan tulisan angka 23.
Sekarang ini, di era digital dengan kemajuan teknologi masa kini, Google tak bisa lepas dari kehidupan manusia.
Pernah terbayang jika Google down atau mati?
Bukankah banyak yang menjadikan mesin pencari di internet sebagai bagian dari setiap aktivitas, sudah googling belum, atau tanya aja mbah Google.
Ini kedekatan Google dalam kehidupan manusia era sekarang.
Meskipun banyak mesin pencari lainnya, namun Google adalah mesin pencari raksasa dengan berbagai layanan lainnya.
Baca juga: Cara Mudah Menggunakan Fitur Animasi di Google Meet, Ini Langkah-langkahnya
Baca juga: Cara Mudah Login ke Google Classroom Bagi Siswa dan Guru Mengunakan HP atau Laptop
Baca juga: Mulai Hari ini Android Versi Lama Tidak Bisa Akses Google Termasuk Gmail dan YouTube, Ini Daftarnya
Seperti apa sejarah Google dan asal nama yang kini lekat dalam kehidupan manusia masa kini?
Dikutip TribunKaltim.co dari Tribunnews.com di artikel yan berjudul Google Doodle Hari Ini Rayakan Ulang Tahun Google ke-23, Ini Sejarah Singkat Berdirinya Google, Doodle tampilkan tart ulang tahun.
Di atas tart tersebut ada sepotong lilin yang mewakilkan huruf "L" untuk tulisan Google dan dibawahnya tertulis angka 23.
Hal itu berkaitan dengan ulang tahun Google yang diperingati setiap tanggal 27 September.
Tahun ini, Google merayakan ulang tahunnya yang ke-23.
Sejarah Berdirinya Google
Mengutip Hindustantimes.com dan 9to5google.com, Google didirikan pada tanggal 4 September 1998.
Selama tujuh tahun pertama, Google merayakan ulang tahunnya pada tanggal tersebut.
Namun, Google memutuskan untuk menggeser perayaan ulang tahunnya ke tanggal 27 September bertepatan dengan pengumuman rekor jumlah halaman yang diindeks oleh mesin pencari Google.
Pendiri Google adalah dua orang yang bertujuan untuk membangun mesin pencari sebagai kumpulan informasi, yaitu Sergey Brin dan Larry Page.
Sergey Brin adalah seorang mahasiswa pascasarjana di Universitas Stanford.
Sergey Brin dan Larry Page membangun mesin pencari bersama di kamar asrama mereka dan mengembangkan prototipe pertama mereka.
Pada tahun 1998, Google Inc. resmi lahir.
Banyak yang telah berubah dari masa-masa awal Google.
Dari server pertamanya bertempat di lemari yang terbuat dari balok mainan ke servernya yang sekarang ditempatkan di lebih dari 20 pusat data secara global.
Adapun CEO saat ini adalah Sundar Pichai.
Ia menggantikan Page pada 24 Oktober 2015.
Sementara itu, Page mengambil alih posisi yan sama di Alphabet Inc.
Pada 3 Desember 2019, Pichai juga menjadi CEO Alphabet.

Penentuan Nama Google
Nama "Google" merupakan rekonstruksi dari istilah angka matematika yaitu 10100.
Para matematikawan menyebutnya sebagai "googol" yang mencerminkan kumpulan informasi yang sangat besar yang sedang berkembang pesat di internet.
Di luar itu, kantor pusat Google, yang sekarang dikenal sebagai "Googleplex," adalah permainan dari jumlah yang lebih besar, "googolplex," yaitu 10 pangkat googol.
Tampilan beranda Google.com Doodle dalam festival Burning Man, seperti yang disebut sebelumnya, menampilkan huruf-huruf "Google" yang dilapisi frosting dan taburan cokelat.
Baca juga: Google Chrome Bakal Jadi Browser Gaming, Apakah Pengguna Biasa Masih Bisa Gunakan?
Nyaris Dijual Murah
Dikutip TribunKaltim.co dari kompas.com, tahun 1998 lalu, dua pendiri Google yakni Larry Page dan Sergey Brin hampir saja menjual algoritma yang mereka rancang untuk Google.
Algoritma tersebut bernama PageRank.
PageRank berfungsi untuk memberi peringkat atau urutan situs web yang ditampilkan di hasil pencarian Google, berdasarkan tingkat kepentingan situs tersebut.
Alasannya sederhana, mereka kewalahan dan memilih fokus untuk menuntaskan pendidikan yang tengah ditempuh di Univesitas Stanford, Amerika Serikat.
Duo sahabat ini lantas melakukan pendekatan ke sejumlah perusahaan teknologi yang menawarkan layanan mesin pencari, salah satunya adalah Yahoo.
Saat itu, Page dan Brin rela melepas Google dengan harga "murah", yakni 1 juta dolar AS atau kini bernilai sekitar Rp 14 miliar (kurs 1 dolar AS = 14.000).
Namun, Yahoo menolak tawaran tersebut.
Akan tetapi, melihat kesuksesan Google, Yahoo malah mendekati Google pada 2002 dan menawar 3 miliar dolar AS (sekitar Rp 42 triliun) agar Page dan Brin mau melepas perusahaan yang mereka rintis.
Page dan Brin menolak tawaran tersebut dan menaikkan angkanya ke 5 miliar dolar AS (sekitar Rp 70 triliun).
Yahoo pun bergeming. Mereka juga mungkin menyesal mengapa pada 1998 tak mengambil tawaran yang justru sangat jauh lebih menguntungkan.
Ditolak Excite
Tak cuma Yahoo, search engine populer di tahun 90-an, yakni Excite juga sempat didekati oleh Page dan Brin.
Diskusi dengan Excite terkait akuisisi proyek Google terjadi pada 1999, satu tahun setelah penolakan Yahoo.
Banderol Google saat itu masih sama, yakni 1 juta dolar AS. Tetapi pihak Excite tampaknya masih melihat angka tersebut terlalu tinggi untuk algoritma PageRank.
Page dan Brin kemudian sepakat menurunkan harga jual proyek hasil keringat mereka itu dengan harga 750.000 dolar AS (sekitar Rp 10,5 miliar).
Excite masih tidak mau membelinya dan beralasan bahwa tawaran tersebut masih "terlalu tinggi".
Hal ini memaksa Page dan Brin pulang ke rumah tanpa mendapatkan kata sepakat dari perusahaan yang dipimpin oleh George Bell tersebut.
Bukan cuma karena harga, ternyata ada alasan lain di balik penolakan Google oleh Excite.
Dalam sebuah wawancara, George Bell mengatakan bahwa Larry Page ingin mengganti semua teknologi mesin pencari milik Excite menggunakan Google Search.
Hal itulah yang kemudian menjadi dasar keputusan bagi Excite menolak penawaran Larry Page dan Sergey Brin.
"Apabila kami kerja di Excite (menjual Google), kalian harus menghapus seluruh teknologi Excite dan menggantikannya dengan mesin pencari Google," ujar Page kala itu, menurut pengakuan Bell.
Nah, penolakan Yahoo dan Excite ini membuat Page dan Brin "terjebak" dengan proyek mereka sendiri, sembari berusaha untuk fokus ke pendidikan doktornya masing-masing.
Namun, kondisi itulah yang justru membuat Google seperti sekarang.
Saat ini, Google sudah dikenal oleh orang banyak di seluruh dunia dan bisa dibilang melekat di kehidupan sehari-hari.
Nilai atau valuasi perusahaan yang bermarkas di Mountain View, California, AS ini juga semakin melambung dan disebut-sebut sebagai salah satu perusahaan termahal di dunia.
Bahkan, berdasarkan data Marketwatch, valuasi Alphabet, Inc., induk yang menaungi Google, saat ini bernilai 1,42 triliun dolar AS atau sekitar Rp 19.800 triliun
Andaikan Yahoo atau Excite mengakuisis Google kala itu, mungkin kondisinya akan berbeda dari saat ini.
Nama yang lahir dari ketidaksengajaan
Soal nama, "Google" bukanlah sebuah nama yang ada di pikiran Page dan Brin ketika mereka memulai proyeknya pada 1996 lalu.
Kala itu, nama Google sebenarnya adalah "BackRub", suatu proyek mesin pencari yang dioperasikan menggunakan server di Universitas Stanford.
Pada 1997, Page dan Brin mengganti nama BackRub menjadi Googol.
"Googol" merupakan istilah matematika untuk angka 1 yang diikuti oleh 100 angka nol.
Nama ini diambil untuk menjelaskan misi Google sebagai gudang informasi tak terbatas di internet.
Akan tetapi, para investor rupanya salah mengeja nama Googol menjadi Google, dan telanjur menuliskannya dalam cek dan berbagai dokumen.
Hal itu membuat Page dan Brin akhirnya "terpaksa" menggunakan nama Google untuk teknologi mesin pencari mereka hingga sekarang.
Baca juga: Cara Mudah Mengakses File di Google Drive Tanpa Mengunakan Internet, Ini Langkah-langkahnya
Menjadi verba dalam kamus
Kini, Google tampaknya bukan merupakan produk atau merek semata.
Banyak orang yang menggunakannya sebagai suatu elemen dalam kalimat, entah itu kata kerja (verba) maupun kata benda (nomina).
Apabila kita bertanya kepada kerabat tentang sesuatu hal yang masih belum umum, misalnya, maka kerabat tersebut bisa saja berkata "coba Googling aja apa yang mau dicari" atau "cari dong di Google" dan sejenisnya.
Artinya, Google memang sudah melekat dengan kehidupan.
Jika ditarik ke belakang, kebiasaan semacam ini berakar dari penggunaan kata "Google" dalam serial TV asal AS yang populer di tahun 2000-an, yakni Buffy the Vampire Slayer.
Di serial horor tersebut, ada seorang pemeran yang melontarkan kalimat "Have you googled her yet?" atau jika diartikan dalam bahasa Indonesia kira-kira
"Apakah kamu sudah mencarinya di Google?".
Karena masih istilah baru, hal tersebut sontak bikin lawan bicaranya kaget.
Ia lantas menjelaskan bahwa Google adalah semacam mesin pencari di internet.
Kata Google pun makin marak dipakai bertahun-tahun kemudian.
Bahkan, pada 2006 lalu, "google" didaftarkan sebagai kata kerja di kamus bahasa Inggris internasional keluaran Merriam-Webster dan Oxford.
Artinya?
Tentu saja untuk "mencari informasi tentang seseorang atau sesuatu di internet menggunakan mesin pencari Google".
Pada tahun yang sama, pihak Google lantas mengimbau warganet agar menggunakan merek tersebut untuk menyebutkan beragam hal yang memang berkaitan dengan perusahaan pemilik Googleplex ini.
"Kami ingin menegaskan bahwa kalian boleh menggunakan kata 'Google' ketika kalian benar-benar merujuk ke perusahaan Google dan beragam layanan kami," ujar Google dalam sebuah pengumuman.
Terlepas dari nama, sebenarnya banyak fakta menarik lain yang berhubungan dengan sejarah Google.
Di samping kesuksesan Google, Page dan Brin tampaknya berhasil membuat branding perusahaan diingat dengan mudah dan digunakan orang banyak, meski namanya lahir dari ketidaksengajaan.
Baca juga: Agar Terlihat Lebih Menarik, Ini Cara Mengubah Latar Belakang dan Menggunakan Efek Google Meet
Baca juga: ShopeePay Luncurkan Google Play Festival untuk Fasilitasi Kebutuhan Hiburan Masyarakat saat Pandemi
Baca juga: Daftar Aplikasi Penghasil Uang di Google PlayStore, bisa Dapat Duit dari Nonton YouTube hingga Mabar
(*)