Berita Kaltim Terkini
Dubes Uni Eropa Sebut Transisi Energi Terbarukan Berpotensi Naikkan Pendapatan Kaltim
Beberapa negara pun menjadi importir batubara dari dalam negeri. Meskipun begitu tidak semua negara khususnya Uni Eropa membeli batubara.
Penulis: Jino Prayudi Kartono | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO,SAMARINDA- Sektor tambang baik itu batubara maupun migas menjadi senjata andalan Kalimantan Timur, dalam meningkatkan pendapatan daerah maupun negara. Bahkan sektor batubara pun menjadi penyumbang besar pendapatan negara.
Beberapa negara pun menjadi importir batubara dari dalam negeri. Meskipun begitu tidak semua negara khususnya Uni Eropa membeli batubara.
Beberapa negara Eropa tidak melirik batubara sebagai sumber utama energi dalam negeri.
Hal tersebut dijelaskan oleh Duta Besar Uni Eropa Vincent Piket dalam kunjungannya ke Kantor Gubernur, Selasa (26/10/2021).
Ia menjelaskan beberapa alasan negara di Eropa tidak melirik batubara sebagai sumber utama energi dalam negeri. Batubara menghasilkan gas karbon saat pembakaran berlangsung.
Baca juga: Delegasi Uni Eropa Tiba di Kaltim, Isran Noor Harap Proyek Strategis Dilirik Negara Eropa
Baca juga: Pemerintah Bahas Kerja Sama dengan Uni Eropa soal Penanganan Dampak Perubahan Iklim
Baca juga: Gubernur Isran Ingatkan Guru Harus Bersyukur dan Bekerja Tulus
Sisa pembakaran tersebut menguap di udara dan menghasilkan polusi. Akibat sisa asap pembakaran itu berakibat terhadap pencemaran udara di sekitar pembangkit batubara.
"Itu menjadi ekonomi yang penting bagi Indonesia khususnya Kaltim. Batubara adalah bahan bakar karbon tinggi yang mudah habis dan menyebabkan polusi global," ucapnya.
Ia mencontohkan negara Belanda puluhan tahun silam. Pada tahun 1970 ke bawah, Negeri kincir angin itu menggunakan energi Fossil sebagai bahan bakar utama.
Namun pada tahun 1970an, pemerintah Belanda melarang energi fosil dikarenakan mencemari lingkungan.
Akibatnya 60 ribu masyarakat pada waktu itu kehilangan pekerjaan. Saat itu, pemerintah Belanda terus berinovasi mencari cara dalam peningkatan energi.
Selain pemerintah Belanda berupaya mencari cara agar puluhan ribu warga yang di PHK pada waktu itu bisa bekerja lagi.
Baca juga: Paser Masuk 3 Besar Lomba Pembangunan, Kedatangan Tim Verifikasi dari Pemprov Kaltim
Akhirnya saat ini pun masyarakatnya mulai menggunakan energi bersih sebagai kebutuhan utama.
"1970 di Belanda batubara bukan nilai ekonomi lagi. Sehingga 60 ribu orang kehilangan pekerjaan tentu kita harus lakukan alternatif. Dan investasi dengan skill yang berbeda agar menyerap warga yang kehilangan pekerjaan itu. Itu bisa saja dilakukan di Kaltim," ucapnya. (*)