Keunikan Alat Musik Tradisional NTT Sasando, Alat Musik Petik yang Diciptakan untuk Menghibur Raja

Alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur sasando adalah merupakan jenis alat musik petik.

Editor: Doan Pardede
Kompas.com/Silvita Agmasari
Alat musik khas Rote, Nusa Tenggara Timur, Sasando. Alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur sasando adalah merupakan jenis alat musik petik. 

TRIBUNKALTIM.CO  - Nusa Tenggara Timur bukan hanya terkenal dengan komodo, tapi juga karena ada juga alat musik tradisionalnya.

Alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur tersebut adalah sasando yang merupakan jenis alat musik petik.

Cara memainkan sasando mirip dengan harpa, namun jumlah senarnya berbeda.

Sasando merupakan alat musik tradisional yang muncul dari Pulau Rote.

Baca juga: 5 Alat Musik Tradisional Jawa Timur & Cara Memainkannya, Gamelan Sunda, Jateng & Jatim Ternyata Beda

Baca juga: Bisa sebagai Alat Komunikasi, Ini 4 Fungsi Alat Musik Tradisional, Tidak Hanya jadi Pengiring Tarian

Baca juga: Google Doodle Hari Ini 10 November, Ismail Marzuki, Maestro Musik Indonesia yang tak Terlupakan

Beberapa orang Rote menyebut sasando dengan nama 'sasandu' yang berarti alat bergetar atau berbunyi dengan tujuh tali senar.

Sedangkan dalam bahasa Kupang, sasando diartikan sebagai alat musik berdawai yang dimainkan dengan cara memetik menggunakan jari tangan.

Bentuk sasando ini tergolong unik dan berbeda dari berbagai alat musik petik lainnya.

Alat musik khas Rote, Nusa Tenggara Timur, Sasando.
Alat musik khas Rote, Nusa Tenggara Timur, Sasando. (Kompas.com/Silvita Agmasari)

Dari bentuknya yang unik ini, sasando menjadi alat musik yang dipromosikan sebagai alat musik internasional.

Mengutip Bobo.id di artikel berjudul Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur: Sasando, Alat Musik yang Dipetik, berikut ulasan seputar alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur (NTT) 

Bentuk Unik

Sasando memiliki bagian utama yang berbentuk tabung dengan panjangan 70 hingga 80 cm.

Lalu pada bagian atas dan bawah tabung, terdapat tempat untuk memasang dawai atau senar.

Pada bagian itu, senar atau dawai bisa diatur kekencangannya sehingga menghasilkan suara yang merdu.

Sedangkan bagian tengah tabun terdapat ganjalan atau senda dengan susunan melingkar dari atas ke bawah.

Baca juga: Creve Ouverte Gabungkan Musik Elektronik & Hardcore, Lagu Burgundy Jadi Penanda Awal Kelahiran Band

Ganjalan itu akan memberikan efek nada berbeda pada setiap petikan dawai. Hal yang unik adalah posisi dari tabung dawai ini.

Tabung ini diletakan dalam sebuah wadah berbentuk seperti cekungan tempat air yang disebut haik.

Haik ini dibuat dari daun lontar yang dibentuk seperti kipas dan menjadi cekungan.

Bukan hanya sebagai penghias, haik juga berfungsi sebagai tempat resonansi sasando.

Untuk memainkan sasando, kedua tangan akan memetik dawai dengan posisi tertentu untuk menghasilkan suara.

Pada bagian tangan kiri akan memainkan melodi dan bas, sedangkan tangan kanan bertugas memainkan accord.

Legenda Sasando

Hal lain yang membuat sasando menarik adalah legenda dari munculnya alat musik ini.

Masyarakat Nusa Tenggara Timur mengenal sasando sebagai alat musik yang diciptakan untuk menghibur raja.

Legenda itu menyebut bahwa sasando dibuat oleh seorang pemuda yang bernama Sangguana.

Sangguana adalah pemuda yang terdampar di Pulau Ndana dan dipertemukan dengan Raja Rote.

Pada pertemuan itu, Sangguana jatuh hati pada anak Raja Rote.

Putri raja tersebut meminta Sangguana membuat sebuah alat musik indah yang bisa menghibur ayahnya, sebagai syarat menikah.

Baca juga: NEWS VIDEO Aksi Pemain Musik Lansia Kelompok Bambu Garuda Mas di Sulawesi Utara

Atas permintaan tersebut, Sangguana berusaha keras untuk membuat alat musik.

Hingga suatu malam, ia bermimpi sebuah alat musik petik yang indah.

Saat terbangun, dibuatlah alat musik seperti yang ada di mimpinya.

Lalu jadilah sasando yang bisa menghibur Raja Rote, dan membuat Sangguana menikah denga putri raja.

Perkembangan Sasando

Pada penjelasan sebelumnya sasando dikenal sebagai alat musik dengan tujuh atau 11 dawai.

Namun, seiring perkembangan zaman, sasando ikut berubah dan memiliki banyak model.

Perubahan sasando ini sebagian besar pada jumlah dawai pada tabung.

Beragam model sasando ini disesuaikan dengan kebutuhan permainan alat musik ini.

Beberapa model sasando yang muncul adalah sasando engkel, sasando dobel, dan sasando biola.

Ada juga sasando gong yang sudah lebih dulu terkenal di masyarakat Rote.

Perbedaan dari setiap sasando ini adalah jumlah dawai pada tabung.

Sasando engkel memiliki 28 dawai, sedangkan sasando dobel memiliki dawai sekitar 56 hingga 84.

Sedangkan sasando biola memiliki suara yang mirip dengan biola saat dimainkan.

Jenis ini memiliki jumlah dawai sebanyak 30 hingga 36.

Selain itu, ditemukan juga sasando eletrik pada tahun 1960 oleh pemain sasando asal Kupang, Arnoldus Edon.

Kelebihan sasando ini adalah suara petikan yang lebih besar dan jumlah dawai ada 30 senar.

Bahkan suara musik sasando ini bisa dinikmati dari kejauhan.

Para pemain sasando terus melakukan eksperimen dengan alat musik ini agar bisa terus dinikmati banyak orang.

Beberapa pemain sasando profesional pun mencoba menggabungkan sasando dengan musik jazz, pop, rock, dan lain sebagainya.

Nah, itu tadi seluk beluk tentang alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur, yaitu sasando.

Selain bentuk yang unik, sasando juga memiliki banyak model yang berbeda.

(Sumber foto: Creative Commons/Fakhri Anindita)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved