Berita Nasional Terkini
Empat Manfaat Mangrove Secara Ekonomi Bagi Kaum Perempuan
Siapa sangka, tanaman mangrove yang tumbuh di kawasan payau bukan sekedar hidup bertumbuh biak. Ternyata memiliki banyak manfaat
Meski demikian, tegas Ayu, masyarakat tidak bisa bebas untuk mengelolanya sebab mereka terkendala di modal dan kemampuan mengolah yang sebab inilah BRGM penting untuk hadir dan mendampingi.
Ayu menyampaikan, untuk pekerjaan tersebut BRGM bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa.
Baca juga: Gubernur Jateng Sempatkan Silaturahmi dengan Kagama di Mangrove Center Balikpapan
Salah satu program BRGM yang tengah berjalan dan menggandeng keduanya adalah Desa Peduli Mangrove (DPM).
Melalui program tersebut, BRGM mendampingi masyarakat untuk bisa membuat produk olahan mereka, seperti ikan asap dan ikan asin, lebih memiliki nilai tambah.
“Ini nanti soal packaging ya, soal pengiklanan, dan pastinya produk olahan ikan yang sehat tanpa pengawet, yang karena ini nanti mereka bisa menjual hasil olahannya lebih mahal ke pembeli,” papar Ayu.
“Pelatihan dan sebagainya ini nanti dibantu dari Dana Desa,” imbuhnya.
Ayu menengarai pula bahwa selain potensi pertanian, mangrove berhubungan dengan potensi laut.

Ketika mangrove di suatu area pantai bagus dan berkualitas, maka biota laut yang ada di sekitarnya akan baik pula.
Ayu memberi contoh ikan dan kepiting. Dua jenis biota ini akan tumbuh luar biasa selama ada mangrove yang lebat di areanya.
“Kenapa bisa begitu? Sebab ikan-ikan ini kalau bertelur kan di sela akar-akar mangrove, termasuk kepiting. Di balik mangrove yang baik, pasti ada banyak kepiting dan ikan-ikan yang segar,” ungkap Ayu.
Mangrove memiliki kedekatan khusus dengan perempuan. Ketika mangrove tidak diperhatikan dan terjadi intrusi, maka yang terdampak pertama adalah perempuan.
Baca juga: Susuri Kawasan Mangrove Balikpapan, Gubernur Ganjar Pranowo Mengaku Terkesan
Meski demikian, ketika mangrove diperhatikan dan dikelola dengan baik, maka pihak yang akan merasakan dampaknya juga perempuan.
Kenyataan bahwa ketika hasil dari mangrove dipanen, maka yang akan sibuk mengolahnya adalah para ibu.
“Atau lebih pasnya di sini ada keseimbangan antara perempuan dan laki-laki, meski ketika terjadi bencana, perempuan lebih terdampak, seperti susahnya mencari air yang bersih,” jelas Ayu.
Untuk kebijakan dari BRGM terhadap peran perempuan di area mangrove, Ayu mengatakan bahwa itu tidak terjadi secara khusus.