Berita Internasional Terkini
Digempur Amerika & Barat Imbas Invasi ke Ukraina, Hanya China-India yang Bisa Selamatkan Rusia
Konon hanya India dan China yang bisa menyelamatkan Rusia dari gempuran sanksi yang diterapkan Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya
TRIBUNKALTIM.CO - Konon hanya India dan China yang bisa menyelamatkan Rusia dari gempuran sanksi yang diterapkan Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya.
Lalu, bagaimana China dan India menyelamatkan Rusia?
Sebelum itu, Amerika Serikat dan sekutu Eropanya memang telah meluncurkan sanksi yang menghancurkan terhadap Rusia atas perangnya di Ukraina.
Mereka memotong Moskwa dari pasar energi kritis pada saat dibutuhkan modal untuk terus menggerakkan perang yang sedang berlangsung.
Tetapi dilansir Newsweek, Presiden Rusia Vladimir Putin bisa "diselamatkan" oleh raksasa ekonomi Asia, China dan India.
Kedua negara menolak bergabung menjatuhkan sanksi, dan membeli lebih banyak minyak Rusia daripada sebelumnya.
Baca juga: LINK Live Streaming Playoff Piala Dunia 2022 Wales vs Ukraina, Peluang Lolos Timnas Ukraina ke Qatar
Baca juga: Rusia Berhasil Kuasai 20 Persen Wilayah Ukraina, Setara dengan Belanda, Belgia, dan Luksemburg
Baca juga: Kini Rusia Khawatir Bakal Diserang Ukraina Pakai Roket Canggih Bantuan Amerika
Premisnya sederhana: China dan India membeli apa yang sebagian besar telah dilarang oleh Uni Eropa dengan harga yang lebih rendah.
Daniel Fried, mantan duta besar AS untuk Polandia yang juga menjabat sebagai koordinator program sanksi mantan Presiden Barack Obama terhadap Rusia, mengatakan bahwa solusi sanksi Moskwa "benar-benar tepat".
"Solusinya adalah fokus pada China dan India sehubungan dengan minyak," ujar Fried.
"Dan salah satu pertanyaan besar yang saya miliki adalah apakah AS atau Uni Eropa akan bertindak untuk mencoba memperumit kemampuan Rusia untuk mengalihkan minyaknya dari Eropa ke China dan India," tambahnya, dilansir dari Kompas.com.
Fried, yang saat ini menjadi rekan terhormat di think tank Dewan Atlantik di Washington, mengatakan bahwa penjualan ini akan datang "mungkin dengan diskon."
"Harga minyak sangat tinggi sehingga tanpa sanksi sekunder yang menargetkan importir pihak ketiga, Rusia (tetap) akan menghasilkan banyak uang," ujarnya.
"Pertanyaan langsungnya adalah pengaturan apa yang akan dibuat untuk pembelian minyak dan pembatasan tambahan apa yang dapat diterapkan oleh Uni Eropa dan AS," tambahnya.
"Rusia akan kehilangan sejumlah besar pendapatan kecuali China dan India menebus kekurangan itu, yang tidak akan mereka lakukan sepenuhnya."
Rangkuman Perang di Hari ke-100
Serangan Rusia ke Ukraina memasuki hari ke-100 pada Jumat (3/6/2022).
Baca juga: Ukraina Diduga Bersiap Lakukan Serangan Balik ke Wilayah Rusia Gunakan Roket Bantuan Amerika
Ini terhitung sejak Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi Rusia ke Ukraina yang disebutnya sebagai operasi militer khusus pada 24 Februari.
Pada perang Rusia-Ukraina hari kemarin, masih ada banyak hal baru yang terjadi “mewarnai” konflik kedua negara.
Salah satunya, keluar keyakinan pada Zelensky bahwa negaranya akan memenangkan perang melawan Rusia.
Ada juga laporan mengenai pasukan Ukraina yang terus memerangi pasukan Rusia untuk merebut Kota Severodonetsk di Ukraina timur.
Untuk lebih lengkapnya, berikut adalah rangkuman serangan Rusia ke Ukraina pada hari ke-100, seperti dilansir TribunKaltim.co dari Kompas.com:
1. Zelensky: Kemenangan akan menjadi milik kita
Dilansir dari AFP, Presiden Volodymyr Zelensky pada Jumat, bersumpah bahwa negaranya akan menang atas pasukan Rusia dalam sebuah video yang menandai 100 hari sejak Moskwa menginvasi tetangganya.
"Kemenangan akan menjadi milik kita," kata Zelensky dalam sebuah video bersama dengan Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal dan penasihat presiden Mykhaylo Podolyak di Kyiv di mana mereka berbicara kepada bangsa pada awal perang dan berjanji untuk tetap memimpin perlawanan.
Pemimpin Ukraina mengatakan, Rusia sekarang menguasai sekitar seperlima dari Ukraina, termasuk semenanjung Crimea dan bagian dari Donbass yang direbut pada tahun 2014.
Baca juga: Rusia Ancam Stop Pasokan Migas ke Eropa, 6 Juta Rumah Terancam tanpa Listrik saat Musim Dingin
2. Kremlin: banyak pemukiman dibebaskan
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, banyak pemukiman telah dibebaskan dari angkatan bersenjata pro-Nazi Ukraina dan langsung dari elemen nasionalis selama 100 hari terakhir.
"Kesempatan telah diberikan kepada orang-orang untuk mulai membangun kehidupan yang damai," kata Peskov kepada wartawan.
Rusia mengeklaim telah mengirim pasukannya ke Ukraina untuk membela penduduk dari dua negara bagian yang didukung Rusia di wilayah Donbass timur, Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk.
"Dalam hal memastikan perlindungan mereka, langkah-langkah sedang diambil dan hasil tertentu telah dicapai," kata Peskov.
3. PBB melihat tidak ada pemenang dalam perang
Pada hari kemarin, PBB mengatakan "tidak ada pemenang" dalam konflik terburuk di Eropa dalam beberapa dekade terakhir, yakni perang Rusia-Ukraina.
Menurut perkiraan PBB, gampir 14 juta warga Ukraina terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak invasi Rusia pada 24 Februari, mayoritas perempuan dan anak-anak.
"Perang ini telah dan tidak akan memiliki pemenang. Sebaliknya, kami telah menyaksikan selama 100 hari apa yang hilang: nyawa, rumah, pekerjaan, dan prospek," kata Asisten Sekretaris Jenderal PBB Amin Awad dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Ukraina Darurat Militer, Pria Dewasa Tak Mau Perang Lawan Rusia Harus Bayar Segini
4. Pertempuran sengit di Severodonetsk
Pada hari ke-100 perang Rusia-Ukraina, pasukan Ukraina terus memerangi pasukan Rusia untuk merebut kantong terakhir kota utama Severodonetsk di timur.
Gubernur wilayah itu mengatakan pasukan Rusia menguasai 80 persen kota tetapi pasukan Ukraina masih menguasai zona industri, situasi yang mengingatkan pada kota tenggara Mariupol, di mana pasukan bertahan selama berminggu-minggu di pabrik baja sebelum akhirnya menyerah pada akhir Mei.
Mendapatkan kendali atas Severodonetsk akan memberi Rusia kendali de facto atas Luhansk, salah satu dari dua wilayah, bersama dengan Donetsk, yang membentuk Donbass.
5. Pemimpin Uni Afrika bertemu Putin bicara tentang kekurangan pangan
Pemimpin Uni Afrika dan Presiden Senegal Macky Sall mengadakan pembicaraan dengan Presiden Vladimir Putin di resor Laut Hitam Sochi tentang kekurangan pangan yang disebabkan oleh konflik Rusia-Ukraina, yang mendorong kelaparan di beberapa bagian Afrika.
Baik Ukraina dan Rusia adalah pemasok utama gandum dan sereal lainnya ke Afrika, sementara Rusia, yang berada di bawah sanksi Barat yang membatasi ekspor, adalah produsen utama pupuk.
Dia mengatakan kepada Putin bahwa orang Afrika adalah "korban" perang dan menyerukan "segala sesuatu yang menyangkut makanan, biji-bijian, pupuk" dibebaskan dari sanksi Barat terhadap Rusia.
6. Sanksi Uni Eropa untuk pacar Putin
UE menambahkan dugaan pacar Presiden Vladimir Putin, mantan pesenam Alina Kabaeva, ke dalam daftar hitam pembekuan aset dan larangan visa sebagai bagian dari sanksi gelombang keenam yang mencakup larangan sebagian besar impor minyak Rusia.
Inggris adalah negara pertama yang memasukkan Kabaeva dalam daftar sanksi bulan lalu.
Baca juga: Ribuan Pasukan Militer Kremlin Gugur di Ukraina, 600 Anggota & Sipil Rusia Terlibat Kejahatan Perang
7. Pelobi Rusia dilarang dari parlemen Uni Eropa
Parlemen Eropa melarang pelobi Rusia dari tempat mereka untuk mencegah mereka menyebarkan apa yang disebut "propaganda" tentang perang Rusia di Ukraina.
"Segera berlaku, perwakilan perusahaan Rusia tidak lagi diizinkan memasuki gedung Parlemen Eropa," kata ketua parlemen Roberta Metsola di Twitter.
8. Dua wartawan Reuters terluka
Dilansir dari Reuters, dua wartawan Reuters telah terluka dan seorang pengemudi tewas pada Jumat setelah kendaraan yang mereka tumpangi diserang saat menuju ke Sievierodonetsk.
9. Rusia akan terus serang Ukraina
Pada hari kemarin, Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, menyatakan Rusia akan melanjutkan operasi militernya di Ukraina sampai semua tujuannya tercapai.
10. Jaksa Ukraina periksa tuduhan deportasi paksa anak-anak ke Rusia
Jaksa yang menyelidiki kasus kejahatan perang di Ukraina sedang memeriksa tuduhan deportasi paksa anak-anak ke Rusia sejak invasi ketika mereka berusaha membangun dakwaan genosida.
Ukraina tak berencana pakai roket dari AS Penasihat presiden Ukraina pada Jumat, memastikan Ukraina tidak berencana menggunakan sistem roket yang diterimanya dari Amerika Serikat untuk menyerang fasilitas di Rusia. (*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.